Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Biarkan Aku Mencintaimu Dengan Caraku, Meski Tidak Akan Pernah Bisa Dibilang Sempurna

Kisah Cinta Kita Berdua Terbaru

 

Cerlians - Begitu melelahkan jiwa dan raga secara bersamaan, tidak biasanya aku merasakan perasaan seperti ini dalam pekerjaan, namun hari ini berbeda. Bukan hanya Tita, melainkan juga pegawai lain.

Terhempas lepas tubuh pada rajang terbuat dari kayu jati, meski sederhana namun tetap terlihat cantik kala dipadukan dengan warna dekorasi senada. Juga musik K-Pop sudah menggema sejak awal menginjakkan kaki di dalam kamar.

Dering ponsel berhasil membelah setengah tidur, diraihnya ponsel dari dalam tas dekat kaki kiri, tanpa melihat siapa yang tengah menghubungi saat ini.

“Siapa?” tanya Tita dengan malas

“Sendy. Aku mau ajak kamu jalan sama makan berdua, bisa?”

“Kapan? Sekarang?” kata Tita masih bermalas-malasan merebahkan tubuh

“Iya, kamu sakit?” tanya Sendy merasa ada yang berbeda dengan Tita dari biasanya

“Enggak kok, baru pulang kerja!” menggosok mata

“Aku jemput sekarang!”

“Iya, tapi aku mandi dulu!” jelasku bangkit

“Iya, cepat mandinya.”

Usai mandi, berbagai macam tumpukan rapi pakaian terlihat sangat melelahkan jika harus memilih akan mengenakan yang mana, diambilnya asal, lalu segera mengenakan.

Izinkan Aku Bersandar Di Punggungmu Sebentar

Suara kendaraan bermotor sudah terparkir di depan teras, “Cepat banget mandinya!”

“Iyalah, ayo jalan mumpung masih sore. Kita ke kafe biasa ya, sekalian lihat senja!”

“Oke kita berangkat!”

“Sen, jangan kencang-kencang. Gue mau tidur dulu, nanti kalau udah sampai bangunin!” pinta Tita menyenderkan kepala di punggung Sendy

“Iya, pegangan yang erat” kata Sendy tersenyum senang

Suara kendaraan bermotor telah meninggal perkampungan, menyisakan kepulan asap yang telah bercampur dengan angin sore. Jalan raya juga semakin padat sejak waktu jam pulang bekerja dan sekolah, lalu lalang berhasil melintasi setiap celah yang ada.

Laju kendaraan sengaja di perlambat, juga arah menuju tujuan agar Tita lebih lama untuk tidur, meski kebisingan tetap sama membuatnya begitu terlelap.

Hingga laju kendaraan berhenti di teras, “Ta, bangun. Udah sampai!”

“Tumben lama banget sampainya?” turun dari boncengan, meminta Sendy melepaskan helm

“Sengaja lewat jalan yang beda, biar kamu bisa tidur lebih lama. Gimana, sekarang capeknya berkurang?”

“Iya.”

Jangan Bikin Aku Khawatir, Sayang!

Aku mengenakan masker, begitu banyak debu beterbangan oleh embusan angin dan kendaraan. Apalagi sudah beberapa bulan hujan belum juga datang, mungkin katak lagi sibuk jadi tak memanggil hujan!

Sebenarnya aku paling takut dibonceng melaju kencang, tapi tetap saja kalau diberitahu tak pernah mendengar, pasti jawabannya lupa, sudahlah aman kok, dan pegangan saja!

“Gimana kerjanya?” sedikit teriak

“Begitulah, tapi hari ini lebih capek!” jelasku menepatkan pada telinga Sandy dibalik helm

“Capek kenapa?”

“Ada anak baru bikin masalah, tapi yang kena marah semua!” jelasku sambil melihat taman di tengah jalan

“Buat masalah apa?”

“Salah hitung pemasukan uang!” Sandy hanya mengangguk

 “Duduk di dalam atau luar?” tanya Sendy sembari menyaku kunci motor di jaket

“Di luar aja sambil lihat senja, lama banget aku enggak menikmatinya!”

“Kenapa suka senja?”

“Meskipun senja hadir hanya sebentar, tapi keindahannya tak akan sama, setiap hari selalu memperlihatkan keindahan dengan sangat sempurna. Meskipun orang jarang menghargai kehadirannya, tapi senja selalu ada dan itu sebabnya aku suka!”

“Waww, sampai segitunya, aku bahkan sering mengabaikan senja. Tapi kamu benar, senja ternyata bagus” menengok senja yang sudah hadir dari tadi

Pemandangan bulan sambil lebih dulu terlihat pada Tita, menatap Sendy kekasih yang selalu membuatnya bahagia, meski sering kali berbeda pendapat antara keduanya.

“Sen, setelah makan antar aku beli sepatu kerja” pinta Tita melihat pelayan mengantar pesanan

“Cepat banget rusaknya, bukannya baru beli empat bulan lalu?”

“Buat jalan kaki tiap hari kos- tempat kerja, apalagi tadi aku buat lari kejar copet”

“Kamu kecopetan?”

Duga Sendy akan keadaan Tita, karena selama ini selalu menolak setiap kali ingin diantarkan berangkat kerja. Bagi Tita akan merepotkan buat Sendy yang bekerja lebih jauh dan tidak satu arah.

Itu sebabnya sering kali berdebat hingga Tita-lah yang memang, tidak ingin rasanya merepotkan Sendy meski kekasihnya, lagipula jika masih bisa dilakukan sendiri untuk apa meminta bantuannya saat ingin berangkat bekerja.

“Orang lain, aku cuma bantu kejar aja. Dan Alhamdulillah dompetnya bisa diambil kembali, ya walaupun tangan aku agak sakit kena pukulan” jelas Tita menunjukkan tangan kirinya

Sendy memijat tangan Tita dengan perlahan, “Kalau sakit bilang” ucap Sendy

“Aku tahu kamu jago berantem, tapi ada baiknya biar orang lain yang kejar, untung kamu suka pakai sepatu, kalau pakai hak tinggi malah bahaya. Memangnya tadi enggak ada laki-laki yang kejar copetnya, sampai-sampai kamu yang kejar?”

“Ada, cuma mereka larinya kurang kencang, makanya aku kejar duluan, terus berantem deh!” jawab Tita menahan sakit

“Sakit? Lain kali kamu juga hati-hati, apalagi suka jalan kalau berangkat-pulang kerja. Lebih baik kamu naik ojek online aja, habis kerja pasti capek” saran Sendy masih tetap memijit

“Enggak ah. Dekat juga, lagipula sejak tadi aku pulang sama anak baru, dia satu tempat kerja, satu tempat kos juga!” tolak Tita memang suka jalan kaki jika masih bisa dijangkau dengan berjalan

“Yang ada di teras tadi?”

“Iya. Udah, aku mau makan!”

Bahkan senja telah berlalu bersama obralan kita yang belum juga rampung, meski hanya sekedar basa-basi, tapi itu sangat berarti. Sangat menyenangkan setiap kali jalan berdua, ada saja hal unik yang terjadi.

Pertengkaran Membuat Kecemasan dan Luka

Suara dering ponsel menghentikan aktivitas melipat pakaian, “Fandi, tumben ada apa?”

“Lagi di mana?” tanyanya

“Kos, memangnya ada apa?” Tidak biasanya Fandi menghubungi dengan nada cukup cemas

“Sendy habis berantem, sekarang ada di rumah gue!” jelasnya

“Oke aku ke sana!” segera langkah kaki menuju luar sambil memesan ojek online

Sampailah pada tempat yang tidak asing lagi bagi Tita, dalam perjalanan rasa khawatir terus membayangi akan keadaan Sendy, bagaimana bisa dirinya berkelahi. Sedangkan tadi izin bekerja lembur, apa dia berbohong?

Langkah segera masuk tanpa dipersiapkan lebih dulu, “Andi berantem sama siapa? Kok bisa seperti ini?”

“Tadi waktu kita habis pulang kerja tiba-tiba ada geng motor yang menyerang, kalau enggak salah musuh. Kelihatan dari jaketnya!” jelas Andi mengompres mata, “Dari tadi Sendy belum sadar!”

“Kenapa enggak di bawa ke rumah sakit!”

“Tahu sendiri Sendy orangnya keras kepala sekali enggak ya enggak, dari sebelum pingsan dia ngomong supaya gue enggak kasih tahu lho!” Jelasnya melihat tubuh Sendy penuh luka pukulan

“Tadi berapa orang?” Tita meletakkan kompres pada pelipis mata

“Sekitar sepuluh orang, lawan kita berdua. Padahal Sendy sudah bisa melawan mereka, terus tiba-tiba punggungnya di tendang!” jelas Fandi mengambil kursi di dekat pintu

Tanpa ragu Tita mengambil gunting yang berada di laci meja dekatnya, untuk menggunting kaos yang kini di kenakan Sendy, tidak mungkin jika melepas seperti biasa. Karena takut ada luka pada bagian dada dan punggung.

“Selamat malam” ucap dokter telah datang ketika tadi sengaja dihubungi saat dalam perjalanan ke sini

“Malam dok” jawab Tita mempersilahkan memeriksa Sendy lebih dulu setelah itu memeriksa keadaan Fandi yang tidak begitu parah

Cepat Bangun! Aku Selalu Takut Setiap Kali Kamu Terluka

“Jangan bangun!” ucap Tita mengetahui Sendy telah sadar dan menyaksikan kalau Tita telah ada di dekatnya

“Kamu......” Tita tidak lagi bisa membendung derai air mata, kini telah membasahi pipi dengan cepat

Sendy paling tidak suka melihat Tita menangis, apalagi karena dirinya, “ Jangan nangis, aku jadi merasa bersalah sama kamu. Sebenarnya yang punya masalah temanku satu geng motor, bukan aku yang cari masalah sama mereka!”

“Terus kenapa kamu sama Fandi yang dikeroyok?”

“Kamu kan sudah mengerti!” jelasnya memegang tanganku

“Kamu sudah tiga kali berantem aku harap ini yang terakhir, lihat luka kamu jauh lebih parah dari sebelumnya. Jangan keras kepala kalau dikasih tahu, itu juga untuk kebaikan kamu juga”

“Aku enggak bisa janji!” candanya tertawa tanpa memedulikan memar di bibirnya, “ Aawww sakit”

“Rasain makanya jangan bercanda, sudah tahu lagi sakit malah ketawa ngakak” memanyunkan bibi

“ Ngambek. Kamu jangan terlalu khawatir berlebihan!” pintanya menyeka air mata

“Enggak khawatir gimana, keadaan kamu kayak gini!” bentakku masih menangis

“Galak!”

“ Memang, kalau kamu enggak di marahi malah seenaknya. Ini minum obatnya!” aku membantunya dengan memegang punggung agar bisa duduk sebentar

“Fandi ini punya lho, buruan diminum!” melihat Fandi tetap duduk di bangku

“Makasih. Ta, baik banget pacar sahabat gue ini!”

“Iyalah” tersenyum padanya

“Gue tinggal dulu! Mau jemput cewek gue pulang kerja, takutnya dia marah enggak dijemput!” beranjak dari bangku

“Enggak usah” bentak Tita, “ Habis berantem, muka memar mau keluar cari masalah, tadi aja ke sini diantar orang, bisa bawa motor?”

“Galak!” Fandi

Sandy tertawa melihat Andi ketakutan, “Memang Galak cewek gue”

“Kalau cewek gue marah gimana, dari tadi telepon terus!” memperlihatkan panggilan masuk

Aku rampas ponselnya, “Ada apa?”

“Ini siapa ya, kok suaranya cewek, terus Fandi mana?” tanyanya sebal

“Gue kirim fotonya, hari ini Fandi enggak bisa jemput mending lho naik ojek aja!” setelah mengakhiri panggilan Tita mengirim foto keadaan Fandi saat ini

“Dia marah enggak ya?” tanya Andi

“ Sudah pasti, tapi tenang dia lebih khawatir dari pada marah, lihat aja nanti!”

“Sudah malam lebih baik kamu pulang, nanti kena marah ibu kos, aku baik-baik aja. Lagi pula kamu besok libur kerja, bisa ke sini kan!”

“Iya, kalau begitu aku pulang. Kamu istirahat jangan begadang, besok aku buatkan bubur. Selamat malam sayang!”

Tersenyum, “ Hati-hati sayang!” jawab Sendy begitu bahagia memiliki kekasih seperti Tita, meski suka galak padanya

Setiap hubungan sering kali membawa konflik tanpa duga, namun lebih sering rasa bahagia menyertai. Cinta akan terasa setiap kali bersama, juga jeda dalam pertemuan, atau malah luka mendadak yang bikin rasa khawatir?

The End

Judul : Cinta Kita

Titimangsa : Jawa Timur, 30 Juni 2021

lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Biarkan Aku Mencintaimu Dengan Caraku, Meski Tidak Akan Pernah Bisa Dibilang Sempurna"