Hanya Bisa Diam, Masih Adakah Cinta untukku?
Cerita Cinta Luka Salah Siapa Terbaru
Suara air terdengar jelas membuat irama sangat indah. Kaki melangkah dengan pelan masuk ke dalam lumpur siap tanam, dua orang lebih dulu dariku. Bahkan mereka menyapaku saat aku berjalan menghampirinya. “ Sofyan!”
“ Maafkan saya, terlambat datang!” kujelaskan pada pemilik sawah
Beliau tersenyum ramah, “ Tidak masalah, sekarang kamu bisa mulai bekerja!”
“ Terima kasih pak Hendro” ucapku lagi, lalu mulai bekerja
Melelahkan memang! Namun ini harus dilakukan. Aku dulu pernah ingin menyudahi semua, tapi tidak kuasa aku mengubur semua mimpi orang tua asuhku. Yang kini telah pergi meninggalkan dunia untuk selamanya, sejak kecil harus bekerja keras.
Hingga hati tidak kuasa menahan tangis air mata, saat mendengar berita duka tentang sosok penting yang telah aku anggap sebagai orang tua kandungku. Mereka telah pergi bersama mobil yang ditumpanginya, tepat saat usiaku lima belas tahun.
Hadirmu, apa itu sebuah keajaiban?
Mentari sudah tersenyum terang tepat di atas sana, menandakan siang waktu pulang. Aku pergi setelah upah diberikan, membersihkan kaki lebih dulu di sungai dekat sawah.
“ Aaaawww, tolong!” ucap seorang perempuan dari arah sungai
Aku berlari ke bawah melewati jalan setapak menuju suara itu, terlihat perempuan itu sedang memegang kakinya kesakitan, dengan ragu langkahku menghampirinya. Tatapan wajah cantik terpaku pada diriku, laki-laki kampung dengan sedikit lumpur masih tersisa di pakaian.
“ Tolong!” pintanya dengan sangat halus
Aku mendekati, mengalir perlahan darah pada luka. Tersebab batu tajam bekas pijakan kakinya. Terobek kasar kaos yang kukenakan. Ragu! Itu yang tengah berada dalam diriku, dengan tangan gemetaran aku membalut agar bisa meredakan darah mengalir.
Jantung berdebar kencang, baru pertama kali ini menyentuh kulit perempuan, selain ibu. Tapi perempuan itu malah memperlihatkan raut sakit mendekat padaku, lebih dekat!
“ Terima kasih telah membantuku, mungkin jika kamu tidak hadir, darah ini akan lebih banyak lagi. Bolehkan aku meminta tolong agar kamu mengantarku pulang, tidak sanggup lagi aku harus berjalan sendiri!” pintanya membuatku menatap mata indah
“ Akan aku antar kamu pulang!, arahkan aku untuk sampai ke tempat tujuan!”
“ Namaku Darina dan nama kamu?” tanyanya menahan sakit saat berjalan
“ Panggil saja Sofyan!” aku tidak menatap matanya kembali, “ Selama ini aku tidak pernah melihatmu, bahkan tidak akan perempuan di desa ini yang sepertimu!” melihat penampilan seperti perempuan kota yang lebih terbuka
“ Aku baru tiba di desa ini dua hari lalu, Ayahku ada pekerjaan yang harus dilakukan di sini, makanya itu aku dan ibuku harus ikut juga! Senang, bisa bertemu dan berkenalan denganmu!” senyumnya begitu manis hingga hati ini terasa sangat terpukau oleh kata lembut
“Kamu masih bisa berjalan?” tanyaku ragu
“Sepertinya lumayan sulit!” jelasnya memintaku membantu berdiri
“Maaf.” Kataku sebelum menggendongnya. Tanpa jawaban hanya anggukan, tapi senyuman manis masih diberikan. Dua tangan mengilang pada leherku, jelas ini akan terasa canggung.
Memilih terdiam setiap kali Darina menunjukkan arah menuju rumah, meski sebenarnya mencoba mengontrol detak jantung yang tidak begitu stabil.
“ Kita sudah sampai! Masuklah dulu ke dalam rumah, akan aku perkenalkan dengan orang tuaku!”
Hati lebih dulu ragu untuk melangkah ke sebuah rumah mewah, rumah yang selama ini sering ditinggali oleh orang kaya dan terpandang.
“ Maaf, mungkin lain waktu aku akan terima pintamu untuk menemui keluargamu. Hari ini hatiku masih ragu, aku harap kamu mengerti untuk itu!” jelasku menolak dengan halus
Darina tersenyum memaklumi, “ Baiklah, terima kasih atas bantuanmu telah mengantar sampai tujuan, aku harap nanti kita akan bertemu lagi!”
“ Aku permisi!” hanya tersenyum yang menjadi balasannya, bahkan dirinya masih terdiam di teras melihat kepergianku
Kamu dengan mudah menembakku, Apa itu benar cinta?
Setahun sudah menunggu pasar malam ada lagi di desa pelosok tempatku tinggal, kali ini aku sendiri datang untuk sekedar melepas lelah dengan segala masalah yang selalu ada.
Keramaian pasar malam di sambut hangat oleh masyarakat, mereka sangat menikmati setiap permainan dan makanan yang ada. “ Sofyan!” panggil Darina menghampiri
“Darina, dengan siapa kamu datang!” tanyaku melihat sekeliling orang yang tidak ada di dekatnya
“Aku sendiri!, Aku senang bisa bertemu lagi. Kamu mau menemaniku malam ini? Maaf, jika kamu tidak berkeberatan!”
“Aku akan menemanimu, kamu mau jalan ke mana dulu?” Tanyaku melihat wajah cantik dengan polesan make up
“Aku ingin beli sate ayam, sudah lama aku tidak memakannya?”
Kami berjalan berdampingan, perasaanku sulit terjelaskan oleh kata-kata, hatiku sedang berbunga-bunga. Apa aku jatuh cinta padanya? Bagaimana bisa.
Memang sejak dulu aku belum pernah merasakan hal seperti ini, sejak dulu hanya memikirkan untuk makan saja sudah bersyukur.
Darina memegang tanganku dengan sangat lembut, jantungku terus berdetak kencang tanpa jeda. Keringat pada dahiku mulai menetes dengan pelan. “ Keringat kamu!” mengelap dengan sapu tangan berwarna merah muda yang baru saja dikeluarkan dari tas berukuran kecil
Mataku berkedip berkali-kali sambil menatap dekat wajah cantiknya, tanpa ada senyuman pun Darina begitu sangat cantik.
“Aku mencintaimu sejak kita bertemu, Sofyan!”
Kata-kata itu membuatku tercengang, sebenarnya aku juga mencintainya tapi mulut ini ragu untuk berucap. “Apa kamu tidak mencintaiku, Sofyan!” tanyanya lagi
“Aku juga mencintaimu!” jelas Sofyan tidak menyangka akan mengatakan itu, “Tapi aku takut.”
Perkenalan, menciptakan ujung tombak hinaan!
“Selamat malam, ayah, ibu!” ucap Darina menggandeng tanganku menemui orang tuanya
“Duduk!” perintah ayahnya dengan sangat tegas, sedangkan ibunya hanya diam, sorot mata menatap Sofyan dengan wajah tidak suka
“Kenalkan ini Sofyan! Aku mencintainya dan dia juga mencintaiku!” penjelasan itu membuat amarah dari ayahnya
“Apa pekerjaanmu? hingga berani menjalin hubungan dengan putri semata wayangku? lihatlah penampilanmu itu! tidak pantas untuk bersanding dengan Darina. Keluarga kami terpandang dan tidak akan mungkin kami bisa menerimamu hadir di keluarga ini. Lebih baik kamu pulang saja, hapus mimpimu itu. Dan jangan pernah temui Darina lagi!” tegas ayahnya dengan ucapan sangat menyakitkan hatiku
Aku pergi meninggalkan raga dan tangisan yang terus menahanku untuk tetap bertahan di sampingnya. Jeritan panggilan tidak lagi terhiraukan, hati ini begitu sakit, malu dan marah oleh hinaan tanpa penyaring kata. Bahkan, kata usiran itu begitu tajam. Yang akan membekas dalam diriku dan semenjak itu aku memilih untuk merantau merubah nasibku.
Suara ketukan pintu membuatku beranjak menghentikan lamunan, “Darina!” aku kaget dengan kehadirannya di waktu begitu malam
“Maafkan ayahku telah membuatmu sakit hati, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain diam dengan luka dan derai air mata. Maafkan aku tidak bisa menemuimu lagi, ayahku telah memutuskan untuk menjodohkanku. Aku tidak bisa menolaknya, apalagi laki-laki itu adalah teman kecilku sendiri! Aku akan berusaha melupakan cinta kita dan mulai berusaha mencintai suamiku nanti” berlinang air mata
“Lupakan sudah cinta kita, apalagi aku tidak bisa bertahan untuk tetap di dekatmu. Derajat kita beda aku kaya....sedangkan kamu hanya orang miskin yang mungkin saja berniat mendekatiku untuk harta saja!” menghapus air matanya
“Seperti itukah aku di matamu? Hingga kamu tega berkata seperti itu? Tidak ada niat sedikit pun untukku mengambil harta milikmu!” kecewa
Cinta itu masih ada, apa cintamu juga sama?
Bukan sejak kejadian masalalu membuatku takut mendekati perempuan, hanya saja...ingin diriku mengubah nasib meski dari hasil uang perantauan tidak seberapa. Harus bisa mengatur uang untuk menabung dan kebutuhan hidup.
Meski sering sekali senyuman Darina masih terlintas dalam benakku, bersama rasa cinta yang tidak akan pernah hilang untuk terus berharap hadirnya.
Kini setelah merantau selama enam tahun, hidupku telah berubah drastis. Bisa membeli apa yang dulu masih menjadi anggapan tidak akan mungkin bisa. Rumah mewah juga kendaraan, telah berhasil terbeli, hanya saja kekosongan jiwaku butuh seseorang untuk mengisi.
‘Apa yang sedang Darina lakukan, aku selalu merindukannya. Jiwa dulu kamu memiliki untuk tetap bertahan, mungkin sekarang kita sudah hidup bahagia!’ batinku masih belum bisa melupakan
Keramaian pesta perayaan keberhasilan bisnis, yang kujalankan dengan susah payah telah menjadikanku bisa menciptakan lapangan pekerjaan, selalu ada rasa syukur dalam diriku.
“Sofyan?” panggil Darina menghampiriku
“Darina. Kamu dengan siapa?”
Datanglah laki-laki memeluk bahunya, “Sayang kamu sedang bicara sama siapa?” tanya Mario masih terfokus melihat wajah Darina
“Sofyan!” Mario melihatku dengan kaget, apalagi kami sudah beberapa bulan tidak bertemu dan bekerja sama lagi
“Mario. Senang bisa bertemu lagi! Bagaimana dengan bisnismu?” tanyaku yang dulu pernah memberikan pinjaman pada bisnisnya yang hampir saja bangkrut
“Bisnis.... sudah mulai membaik, maaf aku tidak mengundangmu dalam acara pernikahanku, acaranya digelar di rumah istriku, apalagi ayahnya sedang sakit-sakitan!” jelas Mario terbuka
“Tidak masalah, semoga ayah istrimu cepat sembuh!” Aku sejak tadi memilih untuk mengelak menatap wajah Darina, hati ini masih sakit
Aku tahu Darina sangat kecewa saat aku pura-pura tidak mengenalnya di depan Mario, aku harap itu yang terbaik untuk hubungan di antara kita. Karena aku tidak ingin menjadi masalah di dalam keluarga orang, meskipun hati ini masih mencintainya!
“Mario!” panggil seseorang membuat Mario meninggalkan kami berdua
“Sofyan, masihkah ada cinta di hatimu untukku? Selama ini aku tidak bisa menghilangkanmu dari hati juga pikiranku! Aku ingin bersanding lagi di dekatmu, lebih dari sekedar pacarmu dulu. Aku rela meninggalkan Mario...agar aku bisa lagi bersamamu!” pinta Darina dengan sangat lembut, namun aku tidak percaya dirinya akan melakukan sebodoh itu
“Aku tidak menyangka kamu bisa sekaya ini, bahkan kamu telah membantu bisnis Mario. Ternyata kamu bisa sukses! Kamu sekarang sudah memiliki banyak harta, yang dulunya kamu bukan siapa-siapa! Aku bangga sama kamu... Sofyan, apa kamu masih mencintaiku?” tanyanya lagi
“Kamu ingin denganku karena tahu aku telah kaya, dulu kamu pinta aku untuk melupakan cinta kita... sekarang kamu hadir untuk memulai kembali cinta itu, maaf aku tidak bisa. Begitu sakit atas hinaan saat itu. Bahkan kamu juga bilang kalau kita tidak sederajat, apa kamu lupa dengan perkataan itu?” aku tetap tegar meskipun aku masih mencintainya, tapi aku tidak akan mengulang cinta itu kembali
“Sofyan, aku minta maaf soal perkataan itu. Tapi kamu harus tahu kalau aku masih cinta sama kamu!” jelasnya lagi
“Maaf kita sekarang sudah tidak ada apa-apa lagi! Aku hanya ada urusan kerja sama dengan suamimu Mario, tidak lebih dari itu!” jelasku pergi meninggalkan Darina yang masih menatap punggungku, meski samar-samar terhapus oleh keramaian orang
‘Kala cinta telah berhenti, hati tidak tahu harus berkata apa lagi?’ batinku mengutarakan bibir yang memilih untuk membisu, ‘Jelas, aku masih mencintaimu, Darina!’
Memandang kasta dan derajat selalu saja menghalangi cinta untuk terus bersama, menghentikan hati untuk tidak lagi saling mencintai. Padahal cinta bisa saja merubah semuanya, asal saling percaya.
Memperjuangkan sendiri untuk mempertahankan cinta itu percuma, lelahnya akan diderita tanpa dibagi bersama. Untuk apa mempertahankan hubungan jika salah satu memilih untuk menyerah, lebih baik berhenti berjuang pada cinta yang salah. Daripada berjuang sendiri tapi kalah.
Judul : Masihkah ada cinta?
Titimangsa : Jawa Timur, 18 Juni 2021
Post a Comment for "Hanya Bisa Diam, Masih Adakah Cinta untukku? "