Kenapa Memilih Menghilang Tanpa Kabar, Salahkah Jika Terlalu Mengkhawatirkan Keadaanmu?
Cerpen Remaja Romantis Terbaru
Cerlians - Begitu beruntung bisa memiliki seseorang yang selalu mengerti, Dialah yang telah mengajarkan banyak hal, mengenai sebuah kisah cinta antara kita berdua. Hadirnya merubah cerita lama, juga membuat hari semakin berwarna.
“Beb, aku bawakan burger sama teh manis, makan dulu. Jangan main hp terus, kamu tadi pagi belum sarapan” tegur Dika meletakkan pada meja.
Erin sedikit mendongak melihat Dika telah menghampirinya, lalu menyuruh untuk duduk di sampingnya, “Duduk. Makasih sudah dibelikan, punya kamu mana?”
“Aku belum lapar, cuma beli minum saja” Mengambil burger dari wadah, lalu memberikan pada Erin.
“Nanti malam aku mau jalan sama kamu” kata Erin meletakkan ponsel.
“Nanti malam ya” berhenti sejenak, “Maaf, aku enggak bisa. Soalnya mama minta aku antar ke rumah temannya, lain kali saja. Kamu enggak marah kan?”
“Ya sudah. Lain kali saja” jawab Erin melanjutkan makan.
“Eh, ada yang pacaran” ucap Della masuk ke dalam kelas, “Gue ganggu enggak?” menghampiri kita berdua.
“Dari mana lho, Dell?” tanya Dika pada Della sahabat pacarnya.
“Kantin, beli ini!” menunjukkan keresek dan teh botol kemasan.
“Apa itu?” tanya Erin memerhatikan keresek di tangan Della.
“Jamur krispy, lho mau?” tawarnya meletakkan di meja, “Wadahnya habis, makanya di keresek, rasanya masih sama. Cuma beda tempatnya!” lanjut Della mengambil bangku di belakangnya.
Dika mengambil, “Iya, rasanya sama saja!” kembali mengambil lagi.
“Dik, gue pinjam buku matematika dong, besok pagi bakal ada pelajaran itu. Lho kan pintar soal matematika” pinta Della sering kali menyontek setiap pelajaran matematika di kelas.
“Gini, kalau kelas beda, sukanya contek kelas yang duluan pelajaran matematika.” Sindir Dika sambil bercanda.
“Haruslah, kalau enggak gitu. Gue contek siapa, Erin? Sama saja enggak bisa matematika....” jawab Della menarik keresek miliknya yang sudah hampir habis dimakan Dika.
“Beb, aku masuk kelas dulu ya!” kata Dika beranjak, “Nanti waktu pulang gue kasih bukunya” jelas Dika pada Della.
“Iya.” Jawab Erin tersenyum.
“Gitu dong” sahut Della membuka tutup botol.
Dika telah pergi meninggalkan ruang kelas, tersisa Erin dan Della melanjutkan makan terus tertunda, “Rin, nanti malam jadi ke toko buku?”
“Jadilah, gue mau beli komik detektif Conan. Lagian Dika gue ajak keluar malah enggak bisa, katanya mau antar nyokapnya. Padahal pengen banget gue jalan berdua sama dia, setiap kali gue ajak pasti saja ada alasan lain!” jelas Erin mengambil ponsel kembali.
Kamu Sedang Dengan Siapa?
Usai membeli komik, Erin dan Della berjalan-jalan keliling pusat perbelanjaan. Melihat beberapa pakaian yang sangat menyita perhatian untuk dihampiri, cahaya terang lampu sangat penting untuk mengambil kendali.
“Rin, itu kan Dika! Ngapain dia kesini?” tanya Della tak jauh dari keberadaan Dika tengah berada pada toko pakaian perempuan.
Erin hanya bisa melihat punggung, “Orang lain mungkin, Dika itu antar nyokapnya, pasti mirip saja!” jawab Erin kembali memilih pakaian.
Meski dalam hati ingin tahu, apakah benar itu Dika? Namun punggung dan bentuk tubuhnya, membuat Erin begitu yakin kalau itu benar-benar Dika. Tapi saat ini mencoba berkata berbeda di depan Dilla.
Tak ada niat ingin menunjukkan kejelekan Dika dimata, Della. Bagaimana juga setiap hubungan harus saling berbicara dulu, hingga akhirnya memutuskan apakah benar atau salah, Erin hanya melihat Dika yang baru saja keluar dari toko pakaian bersama cewek.
“Itu betul Dika, barusan gue lihat wajahnya jelas, masa lho enggak percaya sama gue. Mungkin saja Dika bohong soal antar nyokapnya, supaya bisa keluar sama cewek itu. Rin, gue tahu lho sayang banget sama Dika, tapi jangan mau dibohongi!” tegas Della masih saja memerhatikan kepergian Dika.
“Nanti gue coba tanya dia!” kata Erin menahan rasa cemburu, karena dirinya telah jelas melihat wajah Dika mengarah padanya meski memandang lain arah.
Apakah Cintamu Masih Ada Untukku?
Cahaya mentari sudah mulai muncul menghiasi cerahnya awan di pagi, hawa dingin perlahan mulai pergi berganti dengan hangatnya matahari menyinari bumi.
Della datang menghampiri Erin tengah melamun di bangkunya, “Rin, Erin..... Erin!” menepuk pundak.
Seketika kaget, “Dell”
“Lho bengong? Ada masalah apa, cerita sama gue?” duduk di sampingnya.
“Dari semalam Dika gue hubungi enggak di angkat, di chat enggak dibalas. Gue barusan ke kelasnya katanya belum datang, padahal bentar lagi masuk!” jelas Erin mencemaskan keadaannya.
“Tumben, biasanya selalu kabari lho, kenapa sekarang enggak? Atau jangan-jangan dia.....” berpikir kalau Dika berselingkuh dengan cewek kemarin.
“Lho jangan mikir macam-macam, Dika enggak bakal melakukan itu, gue percaya sama dia” tolak Erin yakin kalau Dika tak akan menduakan.
Menghembuskan nafas membuang segala prasangka buruk, “Sorry. Gue enggak bermaksud buat lho makin khawatir, ada baiknya nanti pulang sekolah datangi dia ke rumahnya, siapa tahu dia lagi sakit, jadi enggak ada kabar!”
“Ada benarnya juga, nanti gue samperi dia. Semoga saja enggak kenapa-kenapa, gue khawatir banget. Dell, gue masih kepikiran soal di mall kemarin!”
“Sama, harusnya kemarin kita samperi saja langsung biar tahu. Sekarang malah jadi pusing sendiri. Ya sudah ke kantin dulu!” ajak Della berangkat lebih dulu, di susul Erin berjalan lemas.
Hati ini terus saja memikirkan dirinya, mengapa tak ada sedikitpun kabar sebagai penenang, haruskah marah atau memilih membiarkan? Gundah-gulana terasa menyesakkan jiwa, kala sosok yang selama ini selalu ada, lalu hilang tanpa kabar darinya.
Cinta Antara Kita Akankah Segera Berakhir
Laju kendaraan roda empat telah berhenti, pada sebuah rumah yang tengah terparkir mobil silver, begitu asing sejak awal melihatnya. Namun terdengar tawa dari dalam rumah, jelas ini menjadikan tanya siapakah pemilik suara itu?
Sejenak langkah terakhir mendengar suara cewek berbicara dengan Dika, mereka tampak begitu bahagia saling lempar canda-tawa. Hati seketika dibuatnya cemburu, suara ketukan pintu membuat semua terhenti.
Langkah kaki berjalan untuk membuka pintu, diikuti cewek dari belakang. Dalam sekejap hati ini begitu sakit menyaksikan cewek yang tak asing lagi, cewek kemarin yang telah berduaan dengan Dika di mall, kini dirinya sedang berada di rumah Dika.
Siapa yang tak marah melihatnya? Kenapa Dika begitu tega membawa cewek lain, apakah tak bisa menjaga perasaan Erin kekasihnya. Tatapan mata masih tajam menatap cewek itu, dan dirinya juga membalas tatapan balik.
Tak kuasa menahan, sebening tirta telah berhasil menerobos dinding pertahanan, “Dika.” Kata Erin memilih untuk tak melanjutkan ucapannya.
“Kamu jahat, jahat sama aku.....”
“Erin, kamu kenapa enggak bilang kalau mau ke rumahku?” ucap Dika sama sekali tak merasa bersalah.
“Sejak kapan kalau ke rumah kamu bilang dulu, apa gara-gara ada cewek ini? Asyik ya ngobrolnya, sampai enggak tahu aku datang”
“Sudah lupa sama aku? Bagus banget, bisa begitu mudah lupanya...” kata Erin selalu saja mengambil alih sebelum Dika berbicara.
“Dari kemarin sampai sekarang kamu kenapa enggak ada kabar? Aku terus ke pikiran keadaanmu, tapi kamu malah terlihat begitu bahagia” kata Erin terhenti saat cewek itu meletakkan tangannya pada bahu Dika.
“Aku pikir kemarin salah lihat, ternyata apa yang aku lihat benar” lanjut Erin begitu kecewa.
Belum paham juga apa yang sedang dijelaskan, “Bentar. Maksudnya kemarin itu apa?” tanya Dika melepas sandaran tangan di bahunya.
“Aku lihat kamu sama dia berduaan di mall, bahkan Della juga tahu! Aku coba beranggapan itu bukan kamu, tapi ternyata saat aku lihat dia, sekarang aku yakin kemarin itu kamu”
“Buat apa berbohong bilang kalau mengantar mamamu, tapi kenyataannya beda, aku kecewa sama kamu!” tambah Erin membiarkan air matanya terus menetes.
Jika Masih Bisa Dipertahankan, Kenapa Tidak!
Dua langkah kaki ke depan, lalu mengambil tangan Erin, “Kemarin aku memang antar mama, tapi sebentar...”
Segera memotong ucapan, “Tapi kenapa enggak ada kabar? Enggak sempat? Padahal kamu lama jalan sama dia, belikan pakaian segala....”
“Aku mohon sama kamu, dengarkan penjelasanku, gimana aku bisa jawab kalau dari tadi kamu bicara terus” jawab Dika selalu kalah setiap kali Erin kumat sikap cerewetnya.
“Apa? Apalagi yang mau dijelaskan...” jawab Erin lagi.
Meraih tangan kanan Erin, “Aku tahu kamu marah, tapi aku punya alasan kenapa enggak kabari kamu. Hpku kemarin jatuh di dalam toilet, sekarang masih diperbaiki sama orang konter. Dan cewek ini, saudaraku yang kemarin aku antar ke mall.”
“Ha... Saudara?”
“Iya, anak dari adiknya mama. Dia seminggu mau menginap di sini, makanya aku ajak dia belanja, soalnya cuma bawa baju dikit. Itu juga permintaan mama!” jelas Dika membuat Erin perlahan lega.
“Maaf, gara-gara gue kalian berdua berantem. Dika benar, kalau gue sepupunya” sahut Alma pada Erin agar semakin yakin apa yang telah terjadi.
“Dika, aku minta maaf sudah berpikir yang enggak-enggak, habis kamu sulit dihubungi, terus berduaan sama cewek. Aku kan cemburu jadinya, maaf ya!” pinta Erin.
“Iya. Lain kali tanya dulu, aku tahu kamu marah, aku juga salah!” jawab Dika mengakui kesalahannya.
“Gue Alma, sepupu Dika. Maaf ya!” sahut Alma mengulurkan tangan.
Erin membalas senyuman, “Erin. Gue juga minta maaf, sudah berpikir buruk tentang lho!”
“Gue paham, cewek mana yang terima cowoknya jalan sama cewek lain, apalagi seumuran. Pasti marah, mending masuk dulu ke dalam, kita ngobrol!” ajak Alma menggandeng tangan Erin masuk, membiarkan Dika yang hanya mengikuti langkah.
Pentingnya saling percaya satu sama lain adalah untuk mengurangi rasa curiga terlalu berlebihan terhadap pasangan, terutama saat memberi tahu tentang kabar satu sama lain. Mungkin terbilang sangat sederhana, namun itu sangat penting untuk menjauhkan praduga buruk yang sering kali terlintas.
The End
Judul: Aku, Kamu dan Dia
Titimangsa : Jawa Timur, 10 November 2021
Post a Comment for "Kenapa Memilih Menghilang Tanpa Kabar, Salahkah Jika Terlalu Mengkhawatirkan Keadaanmu?"