Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Katakan Kalau Kamu Memang Cinta, Jangan Biarkan Menunggu Lama

Cerita Romantis Bikin Baper Terbaru

 

Cerlians - Ketika langkah kaki mengarah ke sebuah kafe, dalam sekejap merasakan sesuatu yang selama ini hilang terasakan kembali kehadirannya, rasa nyaman kian semakin mendekat saat memutuskan untuk duduk pada sebuah meja mengarah ke jendela.

Jiwa begitu bahagia tanpa sebab, semakin bertambah rasa nyaman, tenang secara bersamaan. Lalu apa yang kini terjadi dengan relung hati, seperti tengah mengembalikan kenangan masa lalu untuk terulang kembali.

Dalam benak terlintas sebuah wajah. Wajah yang dulu pernah ada walau hanya sesaat, hingga waktu memisahkan. Tak terasa delapan tahun rasa itu tersimpan rapi, hingga semesta selayaknya tau kapan rasa itu kembali dibangkitkan.

Sorot mata melihat sekeliling kafe yang hanya terdapat kumpulan cowok-cowok dan terhenti pandangan pada cewek berambut hitam legam. Mengapa begitu tak asing ketika melihat kedua matanya, layaknya sinar ketenangan sedang terpancarkan.

Hingga aku putuskan untuk menyapa dengan keraguan, langkah berjalan menghampirinya yang tengah memainkan ponsel, “Nata?”

Dia langsung melihatku ang telah berdiri di depannya, sama sekali tak pernah mengenal siapa yang kini menyapa, “Iya aku Nata. Tapi maaf kamu siapa ya?”

“Riki. Satu angkatan waktu SMP, kelas X-B.” Berharap bisa mengenaliku, karena sudah lama ingin sekali mendekati tetapi apalah daya ketidakmampuan. Ada harapan akan hadirnya kembali meski sesaat untuk memberikan kenyamanan lagi.

Tampak wajah tengah mencari tau mengenai keberadaanku yang mungkin pernah sekedar melewati secarik kisah hidupnya. Lalu senyuman manis itu nampak memukau, hingga menciptakan suasana indah dalam hidupku.

“Aku ingat, kamu Riki yang duduk di belakangku? Kalau enggak salah kamu dulu paling rajin di kelas, terus sering ikut lomba. Tapi jarang ngobrol sama teman-teman yang lain”

“Iya.” Jawabku merasa senang ketika dia telah mengingat walaupun hanya sekedar tau mengenai prestasi, tapi cukup bahagia tak terlupakan begitu saja.

“Kamu masih sama ya. Suka malu-malu, oh iya duduk. Maaf sampai lupa!” ucap Nata ramah, senyuman manis itu telah diberikan dua kali sejak memutuskan untuk menghampiri.

“Apa kabar? Udah lama kita enggak ketemu, terakhir waktu wisuda” masih tetap sama, mengenai sikap yang telah lama dikagumi dalam diam kini malah bisa berbicara di tempat duduk yang sama, apa sebuah keajaiban.

“Baik. Kabar...kamu gimana?”

Berdebar kencang detak jantung tanpa irama, ketika kumpulan rasa gugup bersatu pada posisi yang belum tepat, hanya bisa mengalihkan pandangan ke jidatnya. Jikalau ini cara untuk menetralkan ketenangan pada jiwa akan kulakukan agar bisa lebih lama berbicara.

“Kamu gugup ya?” pertanyaan itu sontak membuat terdiam dengan tatapan kaget, apa Nata bisa melihat jelas apa yang kini terjadi. Memainkan bola mata cukup membatu walau sulit terkendalikan.

“Ini kamu minum dulu masih baru kok” menggeser gelas mengarah padaku, bahkan waktu meminum tangan terus bergetar sulit terkendalikan.

“Riki. Hay. Tarik nafas dulu biar sedikit tenang!” kembali memberikan senyuman manis, hal ini membuat hati tak bisa mengatur nafas dengan tenang.

Bergetar ponsel Nata tergeletak pada meja, lalu layar menunjukkan pesan singkat yang entah apa itu, “Riki aku pamit ya, ada kerjaan yang harus diselesaikan sekarang”

“Nata aku boleh enggak minta nomor kamu” ucapku cepat membuat Nata tertawa kecil

“Itu nomorku kalau ada apa-apa tinggal kontak saja” meletakkan kartu nama berwarna putih berhias warna gold pada bagian atas mengelilingi nama panjangnya.

“Iya, Nata.” Kurasakan sedikit kelegaan melihatnya telah berlalu pergi menghilang sudah dari pandangan

Bahkan detak jantung kian tentang selepas kepergiannya, hanya saja rasa rindu belum terlunaskan, andai waktu mengizinkan lebih lama untuk berbicara.

Gambaran Penuh Cinta

 Hamparan senja telah datang tak membiarkan gelap malam hadir, usai bertemu dengannya sungguh aku tak bisa berhenti memikirkan, mengapa baru sekarang pertemuan itu terjadi. Mungkin ini memang salahku, yang tak ada keberanian untuk memulai.

Terhentilah pada sebuah pelataran rumah tampak sepi, kulangkahkan kaki menaiki tangga bergegas untuk mengambil sebuah kerja polos, ingin rasanya menggoreskan pensil untuk menampilkan keindahan ciptaan Tuhan.

Terbayang wajah Nata dalam benak hingga tersampaikan pada selembar kertas, bahkan senyuman manis itu tetap tampak indah kala dipanggang. Aku hanya bisa bersyukur atas nikmat Tuhan yang telah menemukan pada waktu sudah direcanakannya.

Sebuah suasana nyaman dalam obrolan sesaat, tapi cukup berarti. Kuambil ponsel dari dalam jaket, nomor telah tersalin pada layar berukuran enam inci. Mungkin inilah waktu yang tepat untuk bisa dekat dengannya.

“Halo” terdengar nada lembut diujung panggilan

“Ini aku, Riki” bergetar wajah hanya untuk menyapa, lalu mengapa mendengar suara singkat begitu menenangkan. Apa benar aku masih tetap berharap cinta?

“Aku tau, soalnya suara kamu terpotong-potong”

“Boleh ketemu lagi?” hanya mengajak bertemu tanpa sadar bibir tergigit, untung saja tak berdarah. Tapi nafas lumayan sesak seperti pertemuan tadi.

“Boleh. Kita ketemuan di kafe tadi, gimana kalau besok malam jam tujuh” saran Nata dengan kehangatan lewat suara, berbicara langsung saja membuatku gugup tak karuan, lalu bagaimana jika besok bertemu.

“Iya.”

“Ya udah. Kalau gitu aku mau kerja dulu ya, sampai ketemu besok!”

“Iya.” Seketika rasa lega selepas berkomunikasi. Kulangkahkan lagi menggambar wajahnya sembari mendengarkan musik, berbagai kata yang ingin terlontarkan untuknya, namun tapi begitu sulit untuk berucap.

Kalau Cinta Katakan Segera

Waktu yang telah ditunggu akhirnya tiba. Sebisa mungkin untuk menjaga suasana agar tetap terkendalikan ketika bertemu nanti, namun mengapa rasa gugup begitu mudah terpancing padahal belum juga ada tanda kehadirannya.

Benak terus berpikir tanpa henti untuk mencari berbagai macam obrolan agar tak basi, terus cari-mencari hingga teguran dari Nata sama sekali terhiraukan, “Hay”

“Riki” sudah tahu gugup ketika bertemu, Nata malah memegang tanganku untuk membangunkan lamunan. Sama saja menambah keguguran, lalu aku pun semakin salah tingkah oleh sikapnya.

“Maaf aku terlambat, kamu sudah lama nunggu?” sebelum duduk Nata meletakkan tas mini pada senderan kursi, lalu duduk dengan posisi tegak.

Entah mengapa Nata semakin cantik ketika mengenakan dress putih berlengan panjang, berhias kain brokat di bagian pinggang. Diuraikan rambut panjang dengan hiasan japit pita senada, lalu tersenyum itu tetap sama.

“Iya.”

“Itu apa?” melihat paper bag berada di dekat kaki kursi, kulihat lukisan pensil semalam sengaja kubawa untuk Nata, dengan harapan akan suka.

“Maaf, aku enggak berniat lancang menggambar wajah kamu. Tapi entah kenapa tiba-tiba tanganku ingin...”

Belum usai menjelaskan, Nata mengambil paper bag tersebut, dilihat lukisan wajahnya tergores begitu indah hingga mirip dengannya. “Aku suka, makasih. Riki”

“Sekali lagi aku minta maaf”

“Kamu jangan minta maaf terus, aku jadi enggak enak. Kamu ajak aku ketemu mau apa?” meletakkan paper bag di lantai tapi dekat kursinya.

“Aku mau jujur sama kamu, tapi tolong jangan marah soalnya. Mungkin ini terlalu cepat, tapi aku udah memikirkan sejak SMP dulu, aku sudah lama suka sama kamu. Tapi aku takut bilangnya, sekali lagi aku minta maaf!”

“Riki. Aku hargai keberanian kamu, terutama mengenai perasaan kamu ke aku. Dan aku menerima kamu, kalau bisa temui orang tuaku!”

Berkaca-kaca mata mendengar jawaban, tak menyangka bahwa Nata akan menerima perasaanku. Aku begitu terharu hingga kembali kesulitan untuk mengatakan mengenai situasi saat ini, setelah sekian lama aku menunggu, akhirnya Tuhan telah menentukan jalan yang tepat.

“Iya. Besok malam aku akan datang bertemu orang tua kamu”

Mungkin ini begitu cepat, tapi mendengar jawabanku terlihat raut bahagia dari wajah Nata. Bahkan kulihat dinding kaca menampilkan ekspresi terharu dari sorot matanya, aku bersyukur Nata cinta tak bertepuk sebelah tangan.

 

Judul : Cinta Yang Sama

Penulis : lianasari993

Titimangsa : Malang,16 April 2022

lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Katakan Kalau Kamu Memang Cinta, Jangan Biarkan Menunggu Lama"