Kenangan Pahit Masalalu Terulang Kembali, Kau Tinggalkan Aku Tanpa Perasaan!
Cerpen menyentuh perasaan, bikin nangis
Cerlians - Sebuah luka yang tak bisa lagi ditahan untuk kesekian kali, jiwa terasa terkoyak paksa dalam ikatan belum ingin terselesaikan, namun memilih untuk menyudahi. Meski harus menderita cukup lama mengenang kenangan yang dulu pernah terlewati bersama.
Tangisan telah berhasil menerobos ruangan rapat hingga keluar kamar, bahkan dering ponsel terus saja berusaha menghubungi. Begitu menyakitkan luka yang telah diberikan, mengapa tega dirinya melakukan itu.
Kebahagiaan yang dulu pernah terimpikan untuk selalu mencintai dan selalu setia, sementara kebahagiaan sirna usai begitu saja. Salahnya di mana, hingga tega memutuskan secara sepihak?
Suara ketukan pintu, panggilan takku hiraukan, “Nana. Keluar dulu kamu belum makan, keluar ya, sayang.” ucap mama dengan cemas.
“Ya sudah, makanannya mama letakkan di depan pintu, cepat dimakan keburu dingin. Mama harap kamu enggak terus-menerus mengunci diri” melangkah menuruti tangga bersama rasa sedih, terdengar dari suara alas kakinya.
Tiba-tiba perut terasa lapar hingga mengeluarkan bunyi nyaring, dengan malah tubuh beranjak dari ranjang untuk menyudahi mengurung diri. Membuka pintu masih terkunci rapat dari dalam.
“Lapar ya. Menangis itu bikin cepat lapar, sudahi menangis hanya karena dia, mama enggak suka lihat kamu terus seperti ini” Tegur mama ternyata tadi hanya pura-pura menuruni tangga.
“Kalau ada masalah cerita, apa diam di dalam kamar sendiri bisa menyelesaikan masalah, melainkan akan semakin membebani juga. Cepat di makan” ucap mama masuk ke dalam kamar lebih dulu.
“Mama mau bicara sama kamu!” ucap mama duduk di ranjang yang berserakan tak karuan.
“Kamu sudah besar, pasti tahu siapa yang baik dan tidak baik untuk bersamamu. Dalam sebuah hubungan pacaran, harus siap untuk sakit hati, entah itu soal sepele atau perginya seseorang karena ada orang lain yang lebih baginya. Semua hubungan baik itu cinta, persahabatan, saudara itu enggak selalu berjalan baik terus. Jadikan semua yang telah terjadi sebagai pengalaman, supaya bisa lebih baik lagi ke depannya” mengelus rambut putrinya sambil tersenyum menghibur.
“Tapi dia yang salah, tinggalkan aku demi wanita lain” ucapku mengadu.
“Iya, mama tahu. Ada baiknya sudahi hubungan kalian berdua, mungkin Allah (Tuhan) memberitahu sikapnya, sebelum kamu menjalin hubungan lebih jauh lagi. Kelak jika ada laki-laki yang ingin mendekati, berpikirlah matang-matang lebih dulu, sebelum memutuskan”
“Aku bersyukur, Allah (Tuhan) telah memberi tahu lebih dulu. Meski aku harus sakit hati....” ucapku tak bisa membendung air mata di depan mama.
“Ingat, selalu dekatkan diri pada (Allah) Tuhan. Insyaallah kamu bisa menemukan laki-laki seperti dirimu, perbaikilah ibadah dan perilaku baik... Jangan pernah berprasangka buruk pada Allah (Tuhan), karena Allah (Tuhan) tahu segalanya”
“Iya Ma. Kalau Begitu aku sholat isya dulu”
Aku merasa begitu tenang kembali, mama benar. Semua memang telah direncanakan oleh Allah, akan menjadi terbaik dan aku bersyukur telah diberikan perlindungan.
Kenapa Kau Torehkan Luka Begitu Kejam?
Bertemu dengannya lagi bukanlah hal yang teringinkan, mendengar namanya saja begitu sakit, apalagi harus sering bertemu. Namun, situasi saat ini sedang berbeda, setiap hari berjumpa. Iya, aku dan dia satu sekolah, lebih tepatnya satu kelas.
Dan wanita yang telah berselingkuh dengannya juga sama, bagiku dia dulu teman meski sekarang telah mengambil Reno secara perlahan. Tak ada sedikitpun penyesalan telah mengenal Sandra, walau kini dia telah mengambil kekasihku.
Hanya saja saat tahu kenyataan itu, hatiku terasa runtuh dua kali, Sandra yang selama ini selalu mendengar curahan hatiku. Malah menikung kejam hingga rela melakukan apapun untuk mengambil Reno dari diriku.
Aku sadar ini bukan seutuhnya salahnya, tapi Reno juga sama. Jika memang bisa tetap bertahan dan setia semua tak akan terjadi perpisahan antara kita, sementara dalam diam mereka telah bermain cinta di belakangku.
Yang salah siapa dalam kejadian ini, kenapa harus diriku begitu menderita, sedangkan mereka tampak bahagia. Semoga kelakku temukan penggantinya.
“Na. Sepertinya aku enggak perlu jelaskan lagi tentang hubunganku dengan Reno, kamu juga tahu sendiri kalau Reno lebih memilihku, ” tegur Sandra mendekatiku masih terdiam pada pojok ruang kelas.
“Harusnya sejak awal Reno menjadi milikku, bukan milikmu. Tapi aku senang kini Reno telah kudapatkan, makasih juga selama ini sudah banyak cerita tentang Reno, enggak salah dulu berteman sama kamu” kata Sandra tersenyum puas.
“Aku enggak nyangka kamu berteman hanya untuk mencari tahu semuanya tentang Reno, setelah tahu malah mengambilnya dariku. Aku pikir kamu teman yang baik, ternyata aku salah” jawabku kecewa.
“Nana, mana ada teman baik. Itu semua cuma omong kosong, atau bermuka dua. Jangan terlalu bodoh, sampai-sampai percaya begitu saja.” Cemooh Sandra melihat kedatangan Reno memasuki kelas.
“Sayang, kenapa baru datang sekarang. Aku tunggu kamu lama banget, sampai bosan ada di dalam kelas ini, bikin gerah!” aduk Sandra bermanja pada bahu.
“Enggak usah sok deh, mending keluar kelas sana, malas lihat kalian berdua” tegurku melirik tajam pada Reno.
Reno berjalan menghampiriku, “Na, aku minta maaf sudah selingkuh sama sahabat kamu. Aku tahu aku salah, tapi aku enggak bisa bohongi perasaanku, jadi aku lebih memilih Sandra”
“Oh.” Jawabku memilih pergi meninggalkan mereka berdua, aku tak sanggup terus berada di dalam ruangan yang sama, hatiku belum bisa mengikhlaskan.
Cinta, Akankah Sekarang Berpihak Padaku?
Di hari libur kugunakan untuk mengunjungi rumah nenek, berharap bisa menenangkan hati yang sudah lelah tersakiti. Bersama udara sejuk pegunungan berhasil membuatku sekejap menghapuskan bayangan dirinya.
Meski selama empat bulan rasa cinta itu masih tetap sama, bagaimana tak sama, jika setiap hari selalu bertemu baik di sekolah maupun di rumah. Menyebalkan!
“Siang, Nek!” tegurku pada Nenek yang tengah bersantai di teras rumah sambil melihat tanaman hijau miliknya.
Melihatku sambil mengamati lebih dekat, “Nana!” memelukku erat sambil mencium pipiku sangat bahagia bisa dikunjungi lagi
“Sama siapa kamu ke sini?” melihat tak ada yang keluar dari dalam mobilku.
“Sendiri. Mama sama Papa titip salam, enggak bisa ikutan ke sini, masih ada pekerjaan Papa yang harus di selesaikan. Sedangkan mama baru saja buka salon kecantikan!” jelasku berjalan masuk dengan nenek.
“Sekarang kamu makan dulu, nenek sudah masak makanan kesukaan kamu” jelas nenek mengajak ke dapur.
“Nenek tahu saja, kalau aku sudah lapar. Nenek juga ikutan makan ya, temani Nana!” duduk di kursi.
“Pasti, nenek sudah kangen bisa makan bareng kamu lagi, selama ini nenek selalu kesepian. Jauh dari keluarga!” jelas nenek tampak sedih.
“Gimana kalau nenek ikutan ke Jakarta, biar setiap hari kita makan bersama” tawarku.
“Enggak mau, nenek akan tetap tinggal di sini. Ini adalah rumah peninggalan kakekmu, banyak kenangan yang sudah dilewati bersamanya. Suatu saat nanti nenek akan menyusulnya”
“Nenek jangan ngomong gitu, Nana jadi sedih dengarnya” kataku masih makan.
“Ya. Setelah makan kamu mandi langsung tidur, pasti capek mengendarai mobil sendirian, apalagi jauh!”
“Iya, nek” kataku segera merampungkan makan
Hadirnya Bukan yang Diharapkan
Sinar mentari telah menyapa, langkahku telah melewati perkebunan milik nenek yang sudah lama dikelola secara turun-temurun. Sengaja hari ini aku memilih untuk berjalan-jalan menikmati kesejukan dan pemandangan alam.
Karena aku tak bisa hati-hati seketika kakiku terkilir usai menginjak batu cukup besar berada di tanah. Aku begitu kesakitan mendapati kaki sakit jika digerakkan, “Tolong!” panggilku pada laki-laki yang sedang lewat
“Kakinya kenapa, neng?” tanyanya melihat kakiku
“Terkilir, tolong bantu aku!” pintaku padanya
“Bisa, kalau begitu ke rumah saya saja. Ibu saya tukang urut!” jelasnya menatah langkahku yang cukup kesulitan
Sampailah di rumah sederhana akhir langkah terhenti untuk sesaat. “ Buk, ini ada yang kakinya terkilir” membantu meluruskan kaki pada kursi panjang
“Arif, kamu ambilkan minyak urut di meja kamar” pinta ibu mendekati kakiku
‘Ternyata namanya Arif!’ batinku memegang kaki
Tanpa menunggu lama Arif membawa minyak urut berisi setengah botol berukuran kecil, “Ini, Bu!”
“Sebentar ibu urut dulu, tapi sedikit sakit. Ditahan ya!” jelas Ibu mulai mengoleskan minyak sambil memijit
Aku berteriak kencang tak lagi bisa menambah rasa sakit oleh pijatan, “Bu, sakit kakinya!” kembali aku berteriak
“Iya sakit, tapi jangan mencengkeram tangan saya” sahut Arif padaku
“Maaf enggak sengaja” jawabku melepaskan tangan darinya
Usai dipijat kakiku terasa lebih enak, meski ada sedikit nyeri bekas pijatan, “Ibu buatkan minum dulu!” beranjak masuk ke dalam
“Saya Arif” mengulurkan tangan
“Nana”
Setelah Beberapa Hari Bersama
Aku tak menyangka begitu cepat jatuh cinta kembali, pada laki-laki yang baruku kenal beberapa hari. Tapi sudah terasa begitu lama dengannya, perhatian yang selama ini diberikan, juga rasa nyaman ketika dekat dengannya.
“Aku suka banget datang ke sini walaupun setiap hari” kataku tersenyum padanya
“Maaf, aku hanya bisa mengajak berkeliling di sekitar sini. Nanti kalau sudah gajian aku akan ajak kamu ke tempat yang bagus”
“Iya. Lagi pula ini sudah cukup buatku, aku merasa nyaman tinggal di sini, apalagi sekarang diajak jalan”
“Aku juga senang sering bareng sama kamu. Nana. Entah sejak kapan perasaan ini ada, sampai aku sudah jatuh hati sama kamu, mungkin ini lucu didengarnya. Tapi aku benar-benar suka sama kamu” jelas Arif menyatakan perasaannya padaku
“Aku juga begitu, aku pikir hanya diriku, ternyata kamu juga punya perasaan yang sama” jawabku begitu bahagia mengetahui perasaan Arif padaku
“Jadi sekarang kita jadian?”
“Iya.” Jawabku menyenderkan kepala pada bahunya, lalu Arif merangkul bahuku
Cinta Telah Runtuh Dalam Waktu Dekat
“Arif “ panggil ibu mengetahui kedatangan putranya menggandeng tanganku ingin masuk ke dalam rumah
“Ini ada acara apa, Bu? Apalagi tamunya.....” belum usai berkata
“Duduk dulu. Begini, maksud kedatangan keluarga pak kades ke sini ingin menjodohkan kamu dengan anaknya. Sesuai wasiat yang bapakmu ucapkan sebelum meninggal” jelas ibu sambil tersenyum
Luka hatiku terulang kembali, meski sakit hati ini mendengar kenyataan, kuikhlaskan memilih untuk meninggalkan. Biarkan jiwa harus tersakiti lagi oleh harapan yang tak pernah pasti bisa kumiliki. Aku memilih untuk bertahan sebentar, memastikan dirinya akan memilih siapa?
“Tapi, buk” ucap Arif masih menggenggam tanganku
“Setiap wasiat harus di jalankan. Kamu enggak boleh menentang itu, terutama itu sudah keputusan bapakmu” jelas ibu melihat calon mantu berada di depannya
“Selamat ya.” Kataku memilih untuk pergi, bahkan Arif menghiyakan perjodohan itu, tepat di depanku
Meski luka yang dulu perlahan mulai sembuh, tapi sekarang luka itu terus lebih menyakitkan, sosok laki-laki yang berhasil membuatku melupakan kisah pahit masalalu. Tapi sekarang malah membuat kepahitan semakin membekas dalam hatiku, salahkan bila mudah jatuh hati? Akan kucoba merelakannya.
The End
Judul : Terulang kembali
Titimangsa : Jawa Timur, 5 November 2021
Post a Comment for "Kenangan Pahit Masalalu Terulang Kembali, Kau Tinggalkan Aku Tanpa Perasaan!"