Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Bukan Untuk Bercanda, What Really Is Our Relationship? Episode 5 Novel Remaja Romantis

Novel What Really Is Our Relationship? Terbaru

 

“Maksudnya gimana ya Bu?”

“Mending diberikan contoh Bu, biar paham....” sahut Elin yang dari tadi melihat sambil duduk di belakang cewek bergerombol, lain dengan cowok malah memegang boneka yang jelas itu membuat mereka heran.

“Ibu di rumah jualan baju” tanya Rendra memegang lengan boneka dengan mengarah-arahkan ke depan-belakang kanan-kiri dan berakhir lepas, “Aduh Bu, tangannya lepas...”

Para siswa langsung tertawa terbahak-bahak melihat Rendra terkejut atas ulahnya sendiri, apalagi dirinya setiap lihat boneka pakaian selalu mengenakan baju sekarang sedang dalam keadaan telanjang, bersusah payah mengembalikan pada posisi semula tapi tetap saja kesulitan.

“Kamu ini, sudah tahu buat praktik agama bukan mainan, sini biar ibu betulkan” meminta tangan yang masih dipegang Rendra dengan wajah cengengesan tanpa rasa bersalah.

“Siapa yang akan menjadi perwakilan dari kelompok laki-laki untuk mencoba mengafani jenazah? Masing-masing kelompok dua orang” tutur guru pengajar sudah pasti yang akan maju siswa cowok tukang recok.

“Saya Bu” jelas ketua kelas, “Rendra, Ghazi, sama siapa yang mau lagi”

“Waduh kenapa harus kalian berlima, ya sudah enggak masalah asal yang serius...”

“Iya Bu, enggak percaya banget sama kita” jawab Rendra dan keempatnya maju ke depan.

Ketika menata kain kafan saja sudah beberapa kali salah, menggerakkan kedua tangan ada berada sejajar dengan pusar diikat menggunakan tali agar tidak lepas, dalam memakai kain kafan ada saja tingkah kocak yang dilakukan hingga membuat semua tertawa begitu juga guru pengajar.

Yang tadinya ingin serius seketika langsung berantakan karena ulah mereka berlima, bahkan ketua kelas yang harusnya bikin contoh malah ikut parah juga. Tali kafan malah diikat tidak sesuai ketentuan dari contoh yang tadi diperintah, begitulah pemimpin kelas dipilih tanpa dipikir panjang asal-asalan.

“Farrel, ikat yang benar jangan kayak gitu. Coba perlakuan boneka itu seperti manusia! Jangan diangkat-angkat, aduh... kalian ini....” resah guru agama tidak habis pikir mendapat siswa perwakilan, harusnya memberikan contoh sama yang lain, tetapi yang terjadi malah sebaliknya.

“Kalo gak diangkat kelamaan, Bu” Farrel mengikat pada bagian kaki, “Ikatannya sudah selesai, setelah ini apa lagi, Bu?

“Untuk yang lain coba diperhatikan, Elin!” menatap beberapa siswi sedang asyik berbincang.

“Iya Bu” serentak.

“Sekarang tinggal sholat jenazah, bagi menjadi dua kelompok secara bergantian siapa yang dulu maju. Materi sudah saja jelas minggu kemarin jangan ada yang ketawa, serius semuanya tapi jangan terlalu mendalami juga ingat ini Cuma praktik, kelompok Rendra maju dulu....”

Sudah tahu kelompok yang dari cowok hampir semua suka bikin masalah, terlebih ketika ada kegiatan praktik begini malah di dahulukan, musholla yang tadinya begitu tenteram nan sunyi kini malah kayak pasar tradisional. Untung saja masih di jam pelajaran jadi lingkungan sekitar masih sepi, karena pada berada di kelas masing-masing.

Setelah selesai sholat jenazah kelompok cowok, sekarang giliran kelompok cewek yang lebih tertata rapi, walaupun ada saja beberapa sedang bercanda karena tidak bisa melakukan sesuatu tuntunan pada buku catatan. Tetapi ini bisa dibilang lebih cepat dari sebelumnya, jadi tidak terlalu memakan banyak omelan hingga waktu pelajaran agama selesai dengan bunyi bel istirahat.

“Karena praktek sudah selesai, minggu depan kita ulangan....” jelas guru agama berhadapan dengan siswa yang berada di depannya menyimak sebelum akhirnya dibubarkan.

“Bu...” seorang siswi yang dari tadi sibuk main ponsel mengeluh, “Kok...”

Belum juga selesai berbicara langsung dipotong guru dengan cepat, “Enggak usah banyak alasan, pokoknya ulangan minggu depan harus dapat nilai di atas rata-rata”

“Saya akhiri pertemuan hari ini. Assalamualaikum wr.wb”

“Waalaikumsalam wr.wb” serentak.

Kini suasana musholla perlahan sepi, terasa lebih tenang. Hanya menyisakan suara samar-samar dari sekeliling, memang berasa nyaman ketika berada di musholla. Kalau jam istirahat ada saja siswa yang memilih berada di sini untuk mencari ketenangan atau melakukan ibadah.

Bersamaan menuju kelas untuk meletakkan buku atau sekedar duduk santai, meski sebagian ada yang pergi ke kantin. Hampir semua memilih bergegas ke kantin demi menghindari kehabisan makanan dan waktu menunggu.

Rendra menerima bekal milik Elin, “Makasih, Lin!”

“Sama-sama” membuka bekal berisi roti bakar isi selai kacang, “Besok mau gue bawakan lagi?”

“Mau-mau” Rendra begitu antusias menerima tawaran itu, membuatnya menarik sudut bibir tersenyum tipis.

Saling mendiamkan beberapa saat fokus makan. Hal sederhana yang sering dilakukan bersama, ini sudah menjadi momen berharga bagi Rendra. Walau Elin tampak biasa, malah sibuk tarik-ulur beranda media sosial menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang roti.

Elin tertawa kecil melihat video singkat diputar otomatis, lalu mencari video lain secara random. Tertawa bebas yang Elin lakukan, sering membuat Rendra semakin jatuh cinta.

“Lihat video apa, sampai ketawa segitunya?” Rendra mendekatkan tubuh miring dengan pandangan melirik ponsel yang masih dipegang Elin kokoh.

Elin menunjukkan ke arah Rendra untuk ditonton bersama, “Lihat deh, lucu banget kan?”

Rendra ikut tertawa, “Kok bisa gitu!”

Berganti video berikutnya, hampir keseluruhan berisi segala kelucuan orang-orang. Yah, Rendra kini melihat wajah Elin dari samping. Tersenyum tanpa sadar, menatap lebih dalam. Semakin menemukan sesuatu yang begitu berharga pada diri seorang cewek di sebelahnya, Rendra berharap akan lebih lama.

Tetap kayak gini, jangan pernah berubah! Harap singkat yang sering dipanjatkan dalam benak, tentang perasaan Rendra terhadap Elin. Walau tahu, hubungan ini masih berada di urutan persahabatan. Apakah waktu bisa merubah itu semua?

Dua kali Rendra menguap menahan rasa kantuk, sebab pulang kerja terlalu malam, bahkan masih sempat bermain hampir menjelang pagi.

Elin yang menyadari itu langsung mengambil jaket dari laci meja, “Mending tidur sebentar, mata elo sudah merah banget”

“Gue ngantuk banget” menutup kotak bekal lalu ditekan di dalam laci meja.

Elin meletakkan jaket di meja milik Rendra, “Buat bantal tidur biar kepala elo enggak sakit kena meja”

“Gue tidur bentar, nanti kalau gurunya datang bangunin!”

Rendra menyembunyikan raut bahagia di balik wajah santainya, mengenai jaket milik Elin yang kini telah menjadi penyangga kepala. Bahkan aroma parfum miliknya seakan mampu menina bobok kan, terasa lebih nyaman. Mungkin Rendra akan mimpi indah setelah bangun tidur nanti.

Elin merasa kantuk juga setelah mengamati beberapa saat wajah Rendra yang terlelap oleh rasa lelah nan kantuk. Diletakkan ke dua tangan menyilang di atas meja, lalu Elin mendaratkan kepala sebelum akhirnya terpejam juga.

Ruang kelas memang sepi, namun menyisakan keramaian dari teras sekitar. Pintu masih berbuka lebar, hingga kebisingan itu tetap bisa terdengar apa obrolan dan beragam suara tawa.

“Akhirnya mereka akur juga” Ghazi menghentikan langkahnya ketika berada di ambang pintu kelas, rencana ingin masuk langsung diurungkan.

“Mmm.... terus kita enggak jadi ke kelas?” Farrel yang berada di sebelah kiri hanya melirik mereka, “Ke lapangan sajalah, sambil lihat cewek-cewek kelas sepuluh di sana”

“Sekalian pergi ke kopsis beli kuaci” Ghazi melihat dua siswi berada tidak jauh darinya sedang makan kuaci, “Kayaknya enak”

Farrel dan Ghazi berjalan melewati mereka, “Gue juga pengen beli”

***

Read more....

Judul : What Really Is Our Relationship?

Akun Media Sosial lianasari993


lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Bukan Untuk Bercanda, What Really Is Our Relationship? Episode 5 Novel Remaja Romantis "