Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Kalah Satu Langkah, What Really Is Our Relationship? Episode 6 Novel Remaja Romantis

Novel What Really Is Our Relationship Terbaru

 


Bel pulang telah berbunyi, bergegas semua siswa meninggalkan kelas, saling berdesakan menuruni tangga. Ketika langkah melewati kelas jurusan IPA, tampak Darian berdiri pada samping pintu masuk masih tetap di buka. Selain itu ada siswa keluar kelas untuk segera pulang atau sekedar nongkrong lebih dulu.

 

Sudah pasti keberadaannya di situ untuk menunggu seseorang turun dari tangga melewati kelas jurusan IPA, “Lin!”

 

“Elo belum pulang?” berjalan sendiri dari tangga tidak dengan Rendra maupun Ghazi, berarti ini waktu yang pas untuk menawarkan ajakan pulang berdua.

 

“Iya. Elo di jemput apa naik ojek pulangnya?”

 

Dari belakang Rendra memeluk bahu, “Elin pulang sama gue!”

 

“Gue duluan ya!” jelas Elin tersenyum hangat melihat wajah Darian menampilkan senyuman pula, walau dalam hati sedang marah karena Rendra lebih dulu mendapatkan kesempatan pulang berdua.

 

“Kurang ajar gue kalah satu langkah dari dia.”

 

Geram Darian berjalan ke arah keluar yang memang mengarah ke area parkir, ada beberapa cewek pernah nebeng minta di antar pulang dan Darian selalu mengantarkannya pulang, walau arah menuju rumah tidak sama. Hal itu yang membuat beberapa cewek berusaha mendekati karena terkenal loyal dan mudah akrab.

 

Tolakan itu membuat Darian memutuskan untuk bergegas menuju tempat parkir yang berada di depan, berjalan santai melihat sekeliling tidak lupa saling menegur temannya beda kelas. Relasi antar siswa mulai dari kelas sepuluh sampai dua belas, tidak heran siswa maupun siswa sesekali tersenyum atas memanggil namanya.

 

Meski begitu, Darian tetap mempertahankan perasaan yang sudah lama di simpan untuk seseorang yang hingga kini sulit didapatkan. Kadang mencoba dekat sekedar berbicara, sebagai cara untuk mengusir rasa rindu.

 

“Belum pulang?” seorang cewek sedang berdiri di dekat arah menuju tempat parkir, “Barusan gue lihat Elin sama Rendra”

 

“Iya” terdiam sesaat saling bersebelahan, “Elo mau bareng pulang sama gue?”

 

“Bukannya rumah kita beda arah ya!” jelas Keisha melihat jam tangan pada sebelah kiri, seperti sedang menunggu atau terburu-buru.

 

“Enggak usah, gue lagi nunggu Ghazi ambil sepedanya....” menolak dengan halus, “Gue duluan ya!”

 

Keisha berjalan menghampiri Ghazi yang kini sudah berada di hadapannya, sambil membawa helm milik Keisha.

 

Darian mengambil sepeda motor miliknya yang masih diapit sepeda lain, pelan-pelan mengeluarkan agar tidak saling memberi goresan tipis. Menaiki sepeda tidak lupa mengenakan helm terlebih dahulu sebelum pergi.

 

Lalu lalang kendaraan bermotor melewati gerbang keluar, ada juga yang berjalan kaki menuju jemputan maupun ojek online. Menyisakan kesunyian yang perlahan menggambarkan suasana sekolah.

 

Bahkan guru pengajar juga mulai meninggalkan kelas, sebagai tanda bahwa ajaran telah usai. Hingga esok ayam berkokok menjadi tanda untuk datang ke sekolah lagi, bersama hadirnya fajar menyambut suasana pagi.

 

Ada dua penjual cilok dan telur gulung yang senantiasa hadir setiap kali jam pulang. Beberapa siswa memilih untuk berhenti sejenak membeli salah satu dari jajanan itu, saling menunggu dengan yang lain.

***

Masih mengenakan seragam sekolah, ketika itu jarum jam telah menunjukkan tanda senja segera datang, walau langkah kaki beriringan baru saja memasuki sebuah toko kosmetik dengan dinding terbuat dari kaca begitu juga pintunya. Pusat perbelanjaan begitu ramai, hanya saja ada beberapa orang yang lebih dulu memasuki toko tersebut, sambutan hangat terbalas senyuman manis.

 

Sebab tujuan utama datang untuk membeli lipstik, Elin langsung menuju rak yang berada di samping kiri dekat cermin berukuran sedang, melihat berbagai macam warna dan merek tertata rapi. Terlihat jelas harga pada setiap deret produk yang dijual untuk memudahkan pembeli mengetahui harga tanpa bertanya, terutama tulisan diskon tampak jelas.

 

Cahaya lampu putih terus memberi pencahayaan pada ruangan serba putih dengan ukuran tidak terlalu besar, namun bisa dibilang sangat bagus jika dipandang dan akan betah berlama-lama dalam berbelanja. Terutama pelayanan yang tidak mengganggu membuat pembeli yang datang merasa lebih tenang tanpa ada rasa kurang nyaman selalu diikuti, karena berjarak lima meter sebagai cara untuk memberikan ruang bagi pembeli.

 

“Gue bagus pakai lipstik yang mana?” menunjukkan dua warna dengan merek berbeda, bergantian mendekatkan warna lipstik di samping bibir mungil tersebut.

 

“Bagus semua....”

 

“Salah satu saja jangan dua” sedikit mendekat sambil berbisik, “Uang gue kurang kalau beli dua!”

 

“Gue yang bayar, sekalian bedak juga?” berjalan menuju tempat meletakkan bedak berada, tanpa menunggu persetujuan langsung diambil mengarah ke kasir, Rendra sudah tahu merek kosmetik yang sering digunakan Elin.

 

Proses pembayaran selesai, kini langkah kaki keluar dari toko kosmetik yang cukup ramai pembeli sebab ada diskon besar-besaran. Hanya saja produk yang dibeli Cuma ada diskon lima persen pada lipstik dengan jenis merek yang sama, sedangkan harga beda dan beberapa make up lain tidak ada.

 

“Sampai rumah gue ganti....” sudah berjalan keluar dari toko, letak berdekatan dengan eskalator.

 

“Enggak usah. Sekarang mau makan apa?” berjalan menuruni eskalator yang sepi, tetapi eskalator naik malah ramai mungkin karena mereka baru datang.

 

“Gue ngerasa enggak enak elo bayari terus....”

 

“Pecel lele favorit elo mau enggak?” kembali berjalan setelah menuruni eskalator, pandangan saling bergantian menatap wajah masing-masing, setelah itu melewati setiap orang.

 

“Mau” jika berbicara makanan favorit tidak akan menolak, apalagi hanya dengan Rendra saja pernah datang ke tempat penjual kaki lima biasanya kalau enggak restoran ya kafe.

***

Terhenti kendaraan bermotor pada sebuah tenda warna kuning pada pinggiran jalan, terdapat beberapa tenda penjual lain hanya berbeda jualan. Terdapat empat orang masih muda sedang menikmati makanan, sambil melihat keramaian jalanan dari arah masuk, sebab spanduk jualan selalu menjadi penutup juga gambar menu jualan. Strategi marketing yang sudah bisa ditebak!

 

Kedatangan Rendra sudah dapat ditebak oleh penjualannya, Rendra menarik kursi untuk Elin agar bisa duduk bersebelahan, sebab pada bangku sampingnya ada orang lain, itu sebabnya Elin diberi duduk agar tidak berdekatan.

 

Rendra melakukan itu karena keempat orang tersebut masih muda kisaran umur dua puluhan, apalagi saat baru datang mereka melirik Elin melulu. Karena itulah Rendra merasa tidak nyaman juga cemburu, sedangkan Elin tidak begitu peduli terhadap hal itu.

 

Aroma terasa sejak minyak goreng pada penggorengan terdengar begitu menggoda, apalagi proses pembuatan sambal terasi dibuat dadakan agar tetap menjaga cita rasa khas dari penjualnya. Pemilihan cobek sebagai wadah untuk meletakkan lauk satu tempat dengan sambal, bisa memperlihatkan betapa enak dan harus dicoba segera.

 

Walau menggoreng membutuhkan waktu tidak sedikit, tetap saja orang akan menunggu meski harus mengantre dengan yang lain, apalagi tempat jualan ini sangat ramai sebab dikenal enak dan harga terjangkau. Apalagi masih bisa dibilang sesuai untuk kantong pelajar, karena sekitar sini terdapat sekolah dan tempat kuliah.

 

Dalam waktu dua bulan terjadi permasalahan yang berimbas pada harga kebutuhan sehari-hari, mengenai harga kebutuhan pokok belum bisa diatasi, padahal jika permasalahan tidak segera diatasi bukankah akan semakin pelik. Sebab menunggu bukanlah keinginan, karena janji juga butuh kepastian, sedangkan berbagai macam ucapan akan tetap mengatakan untuk bersabar.


Akun Media Sosial @lianasari993

Judul : What Really Is Our Relationship?

lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Kalah Satu Langkah, What Really Is Our Relationship? Episode 6 Novel Remaja Romantis "