Aku Sangat Mencintaimu, Dengan Begitu Semua Tampak Sempurna
Katakan Cinta Pada Seseorang Yang Kamu Sayang
Cerlians - Gemerlap cahaya buatan tampak indah menghiasi kota, berwarna-warni pada setiap tempat. Juga terang rembulan ikut mengisi kekosongan angkasa, kala gemintang sedang merajuk tanpa sebab.
Di balik kamar berukuran sedang, jiwaku masih sibuk memikirkannya, sambil menunggu hadirnya untuk berjalan berdua. Benar, suara ketukan pintu telah menandakan akan hadirnya, mengambil alih pandangan menatap angkasa. Lalu aku melangkah menghampiri pintu yang masih tertutup rapat.
Sejenak terdiam menatap ketulusan dari balik senyuman, pantulan wajahku tampak jelas pada mata, bahkan dirinya tidak berkedip memandangku. Masih mengenakan baju rumah, juga tatanan rambut berantakan.
Dilewati tubuhku untuk masuk kamar lebih dulu, memerhatikan tempat tidur telah berantakan dengan bekas bungkus camilan berserakan. Tidak ada kata keluar dari mulutnya, melainkan mengambil tempat sampah berada di bawah meja belajar.
Satu persatu sampah dipungut hingga bersih kembali, hanya memberi tatapan tenang melihatku terus memerhatikan setiap langkah, dengan cepat kesemrawutan telah tertata rapi kembali.
Garis setengah lingkaran kini diberikan, “Cepat mandi, jangan bengong lihat aku!” duduk di sofa dekat jendela
Aku masih tetap melihat sambil menggaruk telinga yang tidak gatal, “Iya.” Memilih masuk ke kamar mandi, tidak tahu lagi harus berkata apa padanya
Sementara Abi memilih untuk keluar balkon kamar, sambil menikmati pemandangan perumahan sekitar. Tidak lupa membawa beberapa camilan dan minuman botol, lalu menyenderkan punggung pada kursi dekat tanaman.
Setengah jam kemudian, suara pintu terbuka bersama langkah menuju ruang ganti. Bahkan memilih saja cukup memakan waktu, padahal banyak sekali yang bisa dikenakan.
“Bingung mau pakai yang mana?” kata Abi menggelengkan kepala, lalu tersenyum sambil sedikit tertawa kecil
“Pakai apa saja, kamu tetap cantik” menghampiriku masih memerhatikan baju di dalam lemari, “Pakai dress abu saja, biar sama dengan kemejaku!”
Mengambil dari gantungan, “Sana ganti baju dulu!” katanya berjalan menuju laci tempat hairdryer berada
Kini dress pilihannya telah kukenakan, “Abi!” panggilku meminta
Hanya memberi jempol sambil menyematkan senyuman, seperti biasa aku selalu duduk sambil makeup, sedangkan Abi membantu mengeringkan rambut. Entahlah, itulah kesukaannya!
“Aku tadi beli lipstik, menurut kamu aku pakai yang mana?”
“Ini saja, aku suka lihat kamu pakai lipstik natural”
Terimakasih, Untuk Segalanya Darimu
Jalan ibukota cukup padat terpenuhi lalu lalang kendaraan tanpa henti, lihat saja hampir laju kendaraan seperti layaknya didorong bukan dinyalakan.
Namun setelah melewati persimpangan jalanan tidak begitu macet seperti sebelumnya, terlebih kali ini Abi mengendarai mobil, sedangkan sepeda motor miliknya masih dalam perbaikan dibengkel.
Sampailah di kafe biasa, langkahku menuju lantai atas sambil melihat angkasa yang tengah sendiri tanpa ada rembulan, awan telah berhasil menyamarkan keindahan rembulan. Hingga aku tak lagi bisa melihatnya.
Pelayan ganteng telah datang, laluku balas senyuman. Sedangkan Abi hanya melihat meski kutahu dirinya sedang tidak baik-baik saja saat ini, pelayan selalu saja gombal pada setiap pelanggan perempuan yang datang, tanpa peduli ada kekasihnya atau enggak.
Kadangku balas gombalan darinya, atau sekedar basa-basi sambil menunggu pesanan yang sedang dibuatkan. Lagipula pelayan itu sebenarnya salah satu teman Abi, hanya saja mereka tidak begitu akrab. Melainkan denganku begitu akrab, mungkin karena aku sering datang ke sini.
Tanpa berkata apapun, Abi berjalan menuruni tangga, aku hanya beranggapan dirinya akan ke toilet
“Ke mana dia?” tanya Ridho, “Di marah gue gombali lho?”
“Ke toilet mungkin, ngapain marah. Lagipula lho kan temannya!” jelasku padanya
Sebenarnya kafe ini milik Ridho, selain menjadi pemilik dia juga sering melayani pengunjung. “Tunggu bentar, gue layani mereka dulu!”
Menghampiri beberapa pengunjung yang tidak jauh dari tempatku duduk saat ini. Terlihat Abi telah datang sambil membawa kantong Kresek berukuran kecil berwarna biru, lalu memberikan itu padaku.
Terdapat tiga bungkus kuaci berukuran besar, dengan tiga varian rasa yang berbeda. Terlihat senyuman manis berhasil membuat Abi membalas senyuman itu, “Makasih, sayang!”
“Sama-sama.” Melihat Ridho baru saja datang membawa pesanan, “Lama banget, keburu haus gue!”
“Sorry, lagi antre sama pelanggan lain. Tahu sendiri malam minggu pada nongkrong semua, bentar lagi kalian mau ke mana?” tanya Ridho duduk kembali
“Enggak tahu” jawab Abi yang tidak pernah punya rencana setiap kali mengajak jalan, “Paling juga balik pulang.”
“Gue ke sana dulu!”
Cintaku Padamu Luar Biasa
Suara pintu terbuka- tertutup. Terdengar suara drama Korea yang hampir setiap hari selalu ditonton bibi pembantu rumahku, wanita berusia tiga puluh tahun ini masih belum kunjung menikah juga. Jadi memilih untuk bekerja dulu sambil mengumpulkan uang, hingga siap untuk menikah, entah dengan siapa!
Memiliki bentuk tubuh layaknya gitar Spanyol, menjadikan dirinya sebagai idola laki-laki, namun masih saja ditolak. Baginya mengumpulkan uang saat ini lebih penting demi mengubah latar belakang seorang anak miskin.
Kurang lebih sudah enam tahun bekerja menjadi pembantu di rumahku. Aku tidak pernah mempermasalahkan soal hobi menonton drama Korea, selagi tugas rumah dikerjakan dengan baik.
Martabak pemberian Abi kuletakkan pada meja ruang keluarga, kepulan asap harum berterbangan melewati penciuman untuk meliriknya. Benar, mbak mulai tertarik untuk menyicipi martabak tersebut.
Meski pandangan tetap menatap layar televisi, tapi gerakan tangan begitu lincah mengambil martabak tanpa meniup lebih dulu, berkali-kali tangannya sulit terhenti. Sembari ikut sedih setiap adegan yang sedang ditayangkan.
Waktu terus berputar, entah sejak kapan pandangan telah memudar lalu gelap begitu cepat. Hanya gambaran mimpi tengah terjalani mengarungi kehidupan sementara, tanpa mengenal waktu.
Aku berkelana tanpa batas, membiarkan tubuh terasa ringan dalam menjalani tokoh pada alam mimpi, begitu indah pemandangan juga bunga-bunga bermekaran. Harum semerbak aroma wangi membuatku merasakan kenyamanan, layaknya sedang tidak sendirian.
Langkah kaki Abi terhenti, menghampiri mbak menonton drama Korea sambil menikmati martabak pembeliannya, bahkan hadirnya masih belum juga tersadari. Padahal tubuhnya telah mendekati.
“Mbak!” panggil Abi menarik kardus martabak menjauh dari tangan mbak, namun tetap saja belum dipedulikan juga, “Mbak....”
Lalu Abi mengambil remote pada sofa dekat mbak, dengan cepat mematikan tayangan televisi, jelas membuat mbak seketika terdiam. Perlahan menatap tajam wajah Abi yang tidak kalah tajam dengannya.
“Apa?” berhenti sejenak, “Mau marah?”
Mbak hanya senyum cengengesan, “Mas Abi. Sudah lama berdiri di situ? Maaf, saya enggak tahu kalau mas Abi datang, mas.... Boleh kembalikan remotenya, tinggal dikit lagi selesai”
Memberikan, “Sudah lama Rena tidur di sini, mbak?, Kenapa enggak diambilkan selimut? Dia pakai dress pendek, pasti kedinginan”
“Maaf, mas. Gara-gara nonton drama Korea saya lupa ambilkan selimut, kalau gitu saya ambilkan sekarang”
“Enggak usah, telat!” jelas Abi begitu tegas, perlahan membopong tubuhku dengan hati-hati agar tidak terbangun
I Love You
Abi merendahkan punggungnya ketika hendak menidurkan tubuhku pada tempat tidur, menempatkan kepala pada posisi yang pas, juga menutup tubuhku menggunakan selimut agar tidak kedinginan.
Wajahnya memandang wajahku begitu dekat, lalu memberikan kehangatan cinta pada keningku, juga senyuman yang sering diberikan setiap kali ada di dekatku, semoga saja selalu teringat akan tentangku dalam benaknya.
“I love you, sayang” ucapnya masih menatap wajahku
“I Love you too, sayang” jawabku masih tetap memejamkan mata
Jelas Abi kaget tahu kalau aku sudah terbangun, pandangan matanya seketika canggung menerima balasan tatapan dariku, aku dibuatnya tertawa kecil. “Katanya tadi kantuk, terus kenapa sekarang datang ke rumahku?”
“Masih kangen” jawabnya tersenyum malu, “Kamu lanjut tidur saja”
“Kamu?”
“Kalau kamu sudah terlelap, aku puas melihat wajah dan dekat sama kamu, baru aku pulang. Biar kangennya sedikit reda di dalam hatiku!” jelas Abi selalu saja begitu
“Iya. Selamat malam, sayang” kataku kembali memejamkan mata
“Selamat malam, sayang.”
Hati tengah bergelora ketika kesederhanaan telah hadir dalam hubungan kita, selalu kekurangan bukan menjadi alasan dalam setiap perdebatan, jiwa ini akan tetap cinta dan rindu untuk terus bersama.
The End
Judul : Aku sangat mencintaimu
Penulis : lianasari993
Titimangsa : Jawa Timur, 18 November 2021
Post a Comment for "Aku Sangat Mencintaimu, Dengan Begitu Semua Tampak Sempurna"