Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Restu : Cerita Sepasang Kekasih Untuk Terus Bersama, Bisakah Melewatinya?

Untuk Pejuang Restu, Kalian Pasti Bisa Terbaru

 


Cerlians - Bagaimana dengan hubungan kita nanti, saat harus menjalani hubungan jarak jauh, rasa-rasa sulit untuk melakukan. Namun, dirinya begitu meyakinkan akan terus mencintai meski saat ini tak lagi bersama. Haruskah terlihat bahagia oleh ucapannya, atau malah ingin menangis melihat kepergiannya?

Mentari tanpa cerah membelah luka akan menerima kepergiannya, menyisakan kenangan dan hanya bisa sekedar berhubungan tanpa nyata. Bahkan keramaian stasiun kereta api Jogjakarta serasa terbungkam untuk sesaat.

Merasa iba menatap tubuh terdiam menyeka linang air mata, tidak kuasa sebagai orang juga ikut memandang dua kekasih untuk terpisahkan sementara waktu. Ketika dua hati telah saling melengkapi dan saling bersama dengan janji, kini harus terima oleh kenyataan.

Genggaman erat Rama menatap lembut kekasih tercinta, Dita. Perempuan yang selama ini begitu berharga dalam kisah asmara, namun harus ditinggalkan. Gejolak meronta-ronta ingin menentang untuk tidak menjauh, apalah daya, jika lagi-lagi uang menjadi alasan.

Sering kali pertanyaan akan menikah terus menggema ditelinga, hanya bisa tersenyum atau sekedar melempar candaan, sebagai cara belum pasti akan menikah kapan. Dalam hati selalu ingin segera menikah dengan kekasih yang telah lama dipacari, namun bukankah harus memiliki modal lebih dulu.

“Kamu cepat pulang, kalau sudah sampai jangan lupa hubungi aku!” ucap Dita masih berlinang air mata

“Aku akan cepat pulang! Setelah itu aku akan datang untuk melamarmu, doakan supaya cepat dapat kerja di sana” ucap Rama memegang bahu mungil itu, lalu memeluk dengan erat

“Kamu hati-hati di sana! Jaga kesehatan, jangan sampai telat makan, aku akan menunggu di sini. Jangan nakal..” melepas pelukan mendengar suara kereta api akan segera berangkat

“Iya, aku akan selalu ingat. Karena kamu yang selalu membuatku kuat dan tetap bertahan” jawab Rama sembari mengecup kening diam sesaat

Masa itu terus berulang setiap saat, meski raganya tidak lagi di sini, namun perasaan itu masih tetap menempati relung hati. Di setiap hari yang sama, Dita terus saja mendatangi stasiun menunggu kehadiran Rama, yang telah lama tidak ada kabar.

Harapan saat ini dan nanti akan tetap sama, akan terus menunggu sosok laki-laki berhasil membuatnya begitu mudah mencinta. Hingga masih tetap mengharap hadirnya sosok yang sama, kamu Rama!

Memang waktu terus berputar, mengarungi bahtera cinta belum utuh sempurna, tapi suatu saat nanti akan menjadi nyata. Bersama cinta, kesetiaan, penantian, dan kenyataan. Raga ini akan terus menunggumu!

Kenangan Dua Tahun Lalu

Terhenti sudah di sebuah pelataran rumah, sepeda motor terparkir tepat pada anak tangga dekat pohon belimbing. Belum juga masuk ke dalam, wajah tidak asing lagi menghampiri, dengan tatapan masih sama.

“Sudah berapa kali ibu bilang, jangan berharap sama laki-laki itu, dia itu pengangguran enggak punya masa depan. Sekarang terbukti, dua tahun dia merantau, enggak pernah kasih kabar. Malam ini keluarga pak RT akan datang, kamu dandan yang cantik!” ucap Ibu Ratna berada di ambang pintu

“Buat apa Bu?” tanya Dita yang tidak tahu bahwa dirinya akan dijodohkan, “Apa yang sedang ibu rencanakan?” tanya Dita lagi

“Mereka datang ingin melamarmu!” jelas ibu Ratna masuk ke dalam rumah

“Dita enggak mau menikah sama Yusuf, Dita cintanya sama Rama, Bu!” jelas Dita bersama sebening tirta ikut serta dalam cerita

“Ibu enggak peduli, apalagi sampai nikah sama Rama. Lebih baik menikah sama Yusuf yang sudah tahu masa depannya, kurang apa Yusuf? Sudah bekerja dan sukses, dia pasti bisa membahagiakanmu” jelas ibu Ratna masih saja kekeh dengan pendiriannya, tanpa peduli perasaan anaknya

Segera langkah kaki memasuki kamar sambil menangis sesenggukan, tidak kuasa harus menahan lagi setiap kali membahas perjodohan. Apa begitu sempurna, Yusuf di mata ibu, sampai-sampai tidak memerlukan apakah anaknya menyetujui itu?

Andai saja Rama selalu memberikan kabar, semua pasti bisa dibicarakan. Rama sekarang kamu di mana, tolong diriku? Batin Dita tengkurap

Lamaran, Itu Yang Selalu Menjadi Harapan, Lalu Dengan Siapa?

Terdengar suara mobil berhenti di depan rumah, sudah pasti kedatangan keluarga Yusuf untuk lamaran dan membahas pernikahan. Meski telah mengenakan pakaian rapi, tapi jiwa ini terus terkikis jika harus menerima.

Pandangan masih terfokus menatap selembar foto kebersamaan sebelum akhirnya memilih untuk berpisah sesaat, sengaja mengambil gambar bersama untuk kenangan-kenangan. Masihkah dirinya menyimpan foto kita, atau hanya diri ini saja.

Tahukah kalau hari ini bukanlah yang teringinkan, melainkan sebuah kesalahan akan keputusan, sulit bagi relung hati membiarkan orang lain untuk mengisi. Walau hanya sekejap bersinggah, karena hanya Rama-lah pemilik dan yang pantas menempati.

“Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam. Silahkan masuk, maaf hanya ini yang bisa disuguhkan!” ucap Ibu Ratna begitu bahagia mendapati tamu telah datang

“Ini sudah cukup. Sepertinya ibu Ratna sudah tahu kedatangan kami ke sini untuk apa! Tanpa lama-lama mending kita bahas sekarang, karena lebih cepat lebih baik pula” tegas pak RT ramah

“Sebentar, saya panggil Dita dulu. Sepertinya sudah selesai dandan, tahu sendiri anak gadis kalau mau bertemu calon suami” beranjak menuju kamar

Mengetuk pintu, “Dita keluar, keluar. Yusuf sudah datang!”

Dita menghampiri dengan wajah lesu, “Tapi, Bu!”

“Sudah ayo!” menarik tangan Dita untuk mengikuti langkahnya menghampiri tamu

“Kalau begitu kita mulai saja sekarang, apalagi Yusuf sudah tidak sabar buat menikahi Dita, bagaimana kalau acara pernikahan dilaksanakan minggu depan. Untuk semuanya biar keluarga kami yang mengaturnya, biar lebih enak!”

“Jika itu memang keinginan bapak, kami berdua setuju saja. Apalagi Dita juga bilang ingin secepatnya menikah” jelas ibu Ratna menyenggol bahu Dita supaya tersenyum

“Bapak, Yusuf senang banget bisa menikah sama Dita. Akhirnya perempuan yang selama ini Yusuf suka bisa menjadi milik Yusuf, kamu senang kan Dita?” tanya Yusuf tersenyum bahagia

Sahut ibu Ratna segera, “Dita masih malu-malu, nanti kalau sudah terbiasa bareng akan berubah”

“Nanti kalau sudah menikah, kamu enggak perlu kerja, biar aku saja yang bekerja keras buat kamu!” tambah Yusuf masih tetap berusaha mengambil hati Dita sejak dulu

Rama tolong untuk datang meski hanya sekedar menyapa, jiwa dan raga tidak bisa menerima semua. Hadirmu adalah bukti untuk menjawab semua ini, dari sekian banyak keraguan akan kita ke depannya. Dengan kasih dan cinta tulus, mari lalui bersama.

Tolong, Bertahanlah untuk sebentar saja

Waktu kan cepat mengusaikan cerita cinta, jangan biarkan semua pengorbanan sia-sia, tentang setiap langkah dan jalan terlewati begitu sederhana. Masihkah bisa terselamatkan?

Tatapan seketika terbeku sejak awal mendengar kabar tidak mengenakan, tubuh mematung dengan hati telah runtuh akan kesaksian di depan mata. Sekian lama berjuang untuk bisa bersanding, namun malah harus terluka dalam obrolan mereka.

Seperti ada magnet yang sengaja menarik pandangan Dita, untuk melihat Rama sedang berdiri mengamati di ambang pintu, “Rama. Rama, kamu datang” tegur Dita mulai meneteskan air mata

Mengejar langkah Rama ketika mengetahui Dita telah membalas tatapannya, “Rama, aku bisa jelaskan ini. Tolong berhenti, jangan buatku semakin bersalah!”

“Sudah terlambat, aku di luar sana berjuang buat masa depan kita nanti. Tapi apa balasan darimu, kamu malah mau menikah dengan laki-laki lain. Aku tahu, aku enggak sekaya dia....tapi bukan berarti kamu bisa memperlakukanku seperti ini!” ucap Rama tetap berjalan, tanpa peduli Dita masih mengikutinya

“Belum terlambat, aku enggak terima perjodohan ini. Karena aku sayangnya sama kamu, aku akan tetap menunggu sampai kamu datang menikahiku”

“Aku akan berusaha untuk mengambil hati ibumu, agar bisa merestui hubungan kita. Apa pun akan aku lakukan untuk kamu, aku juga sayang sama kamu” ucap Rama memeluk Dita erat, begitu juga sebaliknya

“Ibu merestui hubungan kalian, maaf jika selama ini ibu selalu menghalangi kalian, ibu berharap kamu bisa mencintai dan membahagiakan Dita” ucap ibu Ratna menghampiri mereka berdua

“Terima kasih, Bu. Saya janji akan mencintai dan membahagiakan Dita, saya minta restu untuk melamar Dita!” ucap Rama mencium tangan ibu Ratna dengan sangat bahagia, perjuangan yang selama ini dilakukan bisa mendapat restu, tidak ada yang bisa dilakukan selain bersyukur pada Tuhan yang sudah mengabulkan doanya.

Sebuah perjuangan akan datang keberhasilan di saat waktu yang tepat, cukup percaya dan yakin bahwa Tuhan pasti tahu apa yang terbaik, sebuah cinta akan terus kuat jika keduanya saling mempercayai satu sama lain dan selalu berjuang bersama.

The End

Judul : Pejuang Restu

Penulis : lianasari993

Titimangsa : Jawa Timur, 3 November 2021

lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Restu : Cerita Sepasang Kekasih Untuk Terus Bersama, Bisakah Melewatinya?"