Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Kabar Dari Pertunangan Sangat Menyakitkan, Skenario Cinta, Episode 4

Seseorang Di Masa Lalu Kembali Datang, Kenapa?

 
 

             lianasari993 - Tampak sebuah benda berbentuk bulat dengan warna dominasi hitam pekat, telah mengusir kenyamanan dalam mengarungi alam mimpi, perlahan bunyi semakin kencang mengisyaratkan segera bangun pagi. Gerakan tangan terus meraba-raba posisi pengusik yang sedang terdiam pada laci dekat lampu tidur.

“Mana?......” geram Sara tetap menutup mata, tersebab rasa kesal segera membangkitkan tubuh dengan gerakan sangat malas.

Lalu menepis selimut menjauh dari tubuhnya, tanpa ragu menginjakkan kaki melangkah menuju kamar mandi. Suara pintu terbuka sekejap, dioleskan pasta gigi sebesar biji jagung. Pasta putih itu telah menciptakan busa untuk sesaat diikuti bilasan air bersih, tidak lupa membilas wajah Lebih utama.

Tangisan semalam tidak mengabadikan bekas pada kantung mata, hanya rasa lelah ketika mata terus terbuka lebar. Padahal jelas-jelas semalam cukup lama meneteskan sebening tirta, namun hasil dari itu tidak membekas.

Mungkin terlalu sering menetes membasahi pipi chubby, hingga daya tampung tetap kuat meski telah beberapa tahun terus merasakan sakit hati. Namun mengapa, kabar tadi malam begitu menyakitkan, jelas-jelas Papa Tyo tidak memikirkan perasaan Sara.

Tibakah saatnya merasakan luka lagi, walau sakit hati usai pengkhianatan tidak kunjung reda, melainkan malah timbul kecewa yang teramat mendalam. Sampai bila rasa ini akan terus ada, karena cinta yang belum bisa mengikhlaskan. Di hati hanya ada Riko seorang, tidak akan ada yang bisa menggantikannya.

Sekarang Riko sedang apa? Kata yang terus berputar di benak dalam waktu lama, sebenarnya ingin menunggu, tapi luka itu sangat mengganggu. Rela masih belum bisa memastikan kebenaran, tersebab rasa cinta itu masih bertahan hingga sekarang.

Kepergiannya telah merubah segalanya di hidup Sara, memilih tertutup rapat diri suatu pilihan yang tidak tepat. Janji dulu belum terlupakan, di sini kerelaan terasa berat. Walau sadar tidak akan bisa bersama kembali, apakah semesta bisa mempertemukan kembali?

Perihal rasa bertanya apa akan kuat menemuinya atau malah air mata menetes duluan? Biarkan waktu akan mempertemukannya, tidak pernah main-main jiwa dan raga dalam hal itu.

“Hhhh...” nafas pajang terdengar membangun untuk menyudahi lamunan di dalam kamar mandi.

Langkah kaki  berhenti menatap lemari putih berisi kemeja dan jas dengan warna sama, hanya beberapa saja yang ikut bergabung meski tidak sama. Amatan masih memandang dalam benak bertanya akan mengenakan yang mana, bukankah seisi lemari hampir sama? Benar....

Kini kemeja putih berlengan panjang telah mengambil alih membalut tubuh dengan jas biru tua, tidak lupa mengenakan sepatu kerja pada pojok kiri tempat semua alas kaki berada. Di dominasi warna hitam pekat tapi masih saja lama memilih untuk mengenakan.

Tampak meja rias berwarna putih dengan hiasan kaca kotak, berukuran sedang lumayan menyita perhatian sebab warna lampu mengelilingi. Dengan tatanan rapi berbagai macam alat make up menempati kedataran meja bergaya simpel, juga koleksi parfum wajib ada pada setiap tempat.

***

Sekejap keberadaan telah berpindah di dalam mobil, melewati kawasan perumahan mewah terbilang sepi. Hanya suara ban berdesir menggeser posisi alas berpijak, melewati setiap pemandangan kala pagi datang. Cahaya mentari tengah bersembunyi dibalik awan, hingga tidak kunjung menampakkan sinar.

Guguran dedaunan terhempas pasrah meninggalkan tangkai, terbawa oleh embusan angin sayu. Ada juga yang terjatuh pada kaca mobil, namun terjatuh menyentuh adimarga. Meski memiliki ukuran kecil kuning dengan bintik-bintik hitam telah menetap sebagai tanda telah usai menempati keberadaan.

Minimarket telah menjadi pemberhentian sementara, hanya untuk membeli pengganjal perut, sedari tadi ingin terisi. Bukan ingin menghindari sarapan, hanya saja perasaan ini masih dilanda kejengkelan usai semalam.

Sambutan kasir hanya terbalas senyuman tipis, melangkah di mana roti berada, tidak lupa air mineral dari dalam lemari pendingin. Sara terus merasa putus asa yang kerap kali datang pada waktu tidak menentu, ada perasaan kurang enak sedang hinggap dalam dirinya, tapi apa?

Langkah telah terhenti bersamaan tepukan biasa pada bahu kiri, beberapa detik kemudian pandangan Sara telah memaling pada sosok wanita yang begitu tidak asing lagi baginya, hanya saja sekian lama baru berjumpa kembali.

“Disti!” ucap Sara tanpa menampilkan ekspresi wajah, menatapnya saja telah membangkitkan perasaan yang dulu pernah diciptakan kejam, menyakiti tanpa ada kata permisi.

Disematkan senyuman manis pada wajahnya, “Hai, Sara. Gimana kabarnya?”

Adisti, wanita cantik sekaligus teman masa lalu Sara, namun pertemanan mereka putus sejak hadirnya Riko. Terlahir kaya membuat dirinya kerap kali menghamburkan uang untuk hal tidak penting.

“Kelihatannya sudah banyak perubahan pada diri elo, setelah kejadian tempo dulu. Gue enggak nyangka bakal ketemu lagi, ngomong-ngomong apa sudah ada pengganti Riko? Dari kelihatannya belum.” Jawab Disti masih saja merendahkan.

“Selama ini elo menghindar dari acara reuni, kenapa?” tambah Disti selalu menduga bahwa Sara masih belum bisa move on.

Memang benar! Itu alasan yang bisa dibilang ada benarnya, bagaimana bisa bertemu dengan mereka lagi dalam keadaan hati masih kecewa. Ini saja terasa menyesakkan, ingin rasanya segera pergi meninggalkan.

Disti mengambil sesuatu dari dalam tas, terlihat undangan berwarna merah muda dengan hiasan bunga dan pita sebagai penutup. Ukuran tulisan dan model kata cukup menyita perhatian, pasal menggunakan penulisan latin putih berkilau.

Tertulis undangan acara ulang tahun, juga tunangan tampak dari gambar cincin sepasang pada bagian tengah cover depan. Tidak lupa foto mereka di belakang, sebagai pengingat waktu dan tempat dilaksanakan.

“Datang ya!” tegas Disti menyembunyikan perasaan puas menatap wajah Sara mulai berbeda.

Dilihat cukup lama sambil mengamati wajah Riko belum berubah sama sekali, “Mmm, gue enggak bisa janji buat datang, soalnya ada pekerjaan!”

“Bilang saja elo belum bisa lupaiin Riko, pakai alasan pekerjaan segala. Sara... Sara. Gue tahu elo itu seperti apa, jadi jangan banyak ngeles buat tutupi perasaan elo, gue tahu elo masih ada rasa buat Riko. Tapi sayangnya Riko sudah jadi milik gue, upss!” perkataan itu langsung melukai Sara dalam sekejap, apa tidak memikirkan kalau di sini ada orang.

“Oke, gue bakal datang!” jawab Sara asal, demi menjaga situasi yang tidak memungkinkan.

“Elo sudah punya pacar? Jangan bilang belum, hari gini masih saja betah sendiri. Atau masih berharap bisa kembali sama Riko? Kayaknya enggak mungkin. Jelas-jelas Riko memilih gue.......”

Segera Sara memotong ejekan terlontar dari bibir pedasnya, “Gue cabut dulu, sudah telat kerja!”

***

Tanpa menunggu jawaban, langkah kaki segera menghindar dari tempat tersebut. Mobil telah menyusuri jalanan teramat ramai lalu lalang kendaraan berangkat bekerja dan sekolah, meski tidak bisa dibilang macet. Tetap saja suara klakson memegang keramaian kota, membelas segala penghalang dalam melangkah.

Musik random kini mengisi kekosongan dalam ruangan berwarna putih, di mana pada bagian bangku sangat terjaga kebersihan setiap hari. Lebih tepatnya jarang ada seseorang bersinggah, hanya tas mini tergeletak dekat bangku pengemudi.

Alunan melodi terputar dengan pergantian setiap jeda lagu baru, hanya saja semua lagu bercerita tentang perasaan yang tengah terluka, hampir sama dengan luka pada Sara. Membuat hati belum usai menggerutu sebal dengan sikap Disti. Kenapa bisa berjumpa?

Apa semesta telah memberikan tanda, bahwa peristiwa akan terulang kembali, jika memang.. kuatkan hati ini dalam menghadapi. Agar tidak lebih sakit hati, karena sesungguhnya cinta itu masih ada. Andai saja bisa terselesaikan kala itu, mungkin beban telah rampung sedari dulu.

Memang kelihatan sudah memaafkan meski hati ini masih belum Ikhlas seutuhnya, bukan berarti dulu tidak bisa membuat Riko tetap dalam pelukan, melainkan dirinya memiliki untuk menyudahi.

***

Sara telah menaiki lift di mana tempat kerjanya berada, keberadaan di sini bisa dibilang sangat menyita perhatian, pasalnya status sebagai anak bos perusahaan. Itu malah membuat semakin merasakan tidak nyaman, segala hal pasti mendapat perlakuan berbeda.

Ketukan sepatu kerja mengambil alih pandangan wanita di depannya, “Gue mau curhat!” sembari menarik bangku mendekat.

Mouse telah terlepas mendengar pinta jarang diberikan itu, “Tumben elo curhat, ada masalah sama bokap lagi?”

👉  Episode Selanjutnya

Penulis : @lianasari993

#puisi #sastra #prosa #quotes #diksi #literasi #kepenulisan #cerpen #novel #artikel #lianasari993 #cerlians #kata #pengkhianatan #cinta #ikatan #teman #perjanjian #perjodohan #tuntutan #kecewa #penyesalan #luka #cemburu #restu #tersakiti

lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Kabar Dari Pertunangan Sangat Menyakitkan, Skenario Cinta, Episode 4"