Mencintai Sendiri Sangat Menyakitkan, Haruskah Aku Memilih Pergi?
Cerpen Sedih Terbaru
Cerlians - Ternyata cukup menyakitkan, ketika harus mencintai seseorang yang tidak pernah membalas perasaan, bukan ragu untuk mengatakan aku mencintaimu. Melainkan dia telah bersama orang lain, cinta ini tidak ada seorangpun yang tahu, mungkin menyembunyikan rasa sangat merepotkan.
Namun tidak ada keinginan untuk mengecewakan, hanya
kesedihan yang terus teratapi, hanya saja kata lelah kerap kali menderu. Apa
salah telah mencintainya? Sedangkan hati tidak ada siapapun yang bisa
menempatkan pada siapa, kini aku pilu.
Ketika rasa ini telah lama tersimpan pada sosok cantik penuh
kerinduan, namun dia telah menjadi milik orang lain. Iya, milik sahabat terbaik.
Harus pihak pada siapa? Perasaan sendiri atau sahabat?
Biarkan waktu yang memutuskan, mencintai dia dengan penuh
kerahasiaan, biarkan aku tetap cinta dengan cara berbeda. Meski sakit hati
kupilih untuk tetap bertahan, hingga terasa kacau mengenai perasaan, aku tidak
pernah mengatakan ini.
Kadang rasa cemburu seketika datang saat melihat mereka
bersama, sedangkan aku masih sering menemani dari jarak dekat. Satu tempat yang
sama, hanya saja tidak berbicara, jika diam bisa mengontrol cemburu maka
pertahankan sebentar hingga usai pertemuan ini.
“Tuh cewek Lo datang!” ucapku melihat kedatangan seseorang
yang sudah lama aku lihat dengan penuh kebahagiaan, ketika itu aku juga mulai
merasakan kecemburuan.
“Halo sayang”
Lagi-lagi panggilan itu sontak membuat terdiam sejenak untuk
mengatur detak jantung nan hati agar tidak terlalu kelihatan jika cemburu telah
datang. Senyuman manis milik Lana berhasil menciptakan senyuman tipis,
sedangkan sahabatku, Zaki telah beranjak menyambut kehadiran kekasih.
“Maaf, aku telah!” ucap Lana kini telah duduk berhadapan
dengan Zaki, saling menggenggam tangan satu sama lain.
Sakit hati telah lama terjadi ketika menyaksikan kemesraan
mereka, namun aku tidak bisa memisahkan. Lana telah lama menciptakan suasana
indah dalam hidupku, mesti itu bukan untukku. Aku rela jika terus begini,
asalkan jangan ada yang tahu mengenai perasaan ini.
Terasa sakit ketika memilih untuk bertahan pada situasi yang
tidak tepat, namun ketika hendak pergi takut muncul rasa kerinduan, tersebab
hanya sebentar bisa melihat wajahnya. Apa yang telah terjadi pada diri ini?
Sampai-sampai rela menahan luka tanpa tepi, saat rasa kangen sering datang
sepanjang malam.
Hari-hari terus memikirkan tentang dia, dia yang telah
berhasil menyita waktu cukup lama untuk sekedar melamun dalam kesunyian, bahkan
tidak henti bayangan terus berputar dalam benak. Senyuman itu yang sulit
terjelaskan mengenai bagaimana aku bisa rindu.
Yang bikin jiwa terus-menerus merasakan keindahan dalam
impian, apa mungkin aku telah melakukan kesalahan, karena mencintai kekasih
orang? Tapi aku tidak pernah berhenti memikirkan dia sepanjang waktu, lalu ini
apa namanya?
Cinta atau hanya sekedar keegoisan yang tidak bisa tergapai?
Jangan biarkan raga mengambil yang tidak seharusnya, walau kadang keegoisan
meminta untuk merebut, hati ini tidak bisa menahan terlalu lama lagi. Tapi
tidak ada kuasa untuk memiliki.
Diam. Itu yang tengah kulakukan, sesekali melempar senyum
ketika mendengar candaan, lalu kembali diam dalam waktu lama. Mengalihkan
pandangan entah sudah berapa kali melakukan, mana bisa terlihat biasa saja,
sedangkan rasa cemburu ingin mengatakan.
Aku Cemburu, Saat Kamu bersamanya
Api dalam relung jiwa terasa bergejolak ingin
memporak-porandakan luka yang sudah tersimpan lama, ingin segera pergi menjauh merelakan
mereka berdua, hanya saja belum ikhlas untuk kehilangan.
“Dan.... Fardan” panggil Zaki sambil menepuk bahu mengusir
lamunan ketika itu pandangan melihat arah lain dekat pintu keluar, buka melihat
wajah Lana, sebab jika itu terjadi akan menghancurkan segalanya.
“Fardan” teguran lembut dari Lana berhasil menembus dinding
lamunan hingga dalam, sehingga diriku yang tadi sibuk dalam perasaan langsung
terbangun.
“Ha... Ha..?” hanya dua huruf singkat yang bisa keluar dari
mulut, sedangkan kelopak mata terus berkedip mengusir lamunan yang belum sempat
terselesaikan.
“Lo ngelamun?” Zaki mengarahkan minum pada tanganku, itulah
yang membuat ragu jika mengatakan perasaan sebenarnya. Sebab Zaki telah baik
terhadapku.
“Gue capek, pengen pulang duluan boleh enggak?” sengaja
mengelak daripada harus mengatakan alasan melamun.
“Bilang dong dari tadi, nah bawa mobil gue pulang”
meletakkan kunci di depan persis dekat tangan kanan.
- Rencana Pernikahan Kita Telah Gagal, Karena Ada Orang Baru!
- Harusnya Aku Sadar Sejak Awal, Kalau Kamu Tidak Pernah Menyukaiku, Sekarang Aku Sakit Sendirian!
- Salahkah jika aku diam-diam mencintai, Walau Mustahil Untuk Memiliki?
- Tolong Katakan Padaku, Apa Arti Menunggu?
- Sakit Tapi Tak Berdarah: Ternyata Hatimu Masih Mencintai Mantanmu
“Lo?”
“Gue gampang bisa naik taksi, mending Lo tidur deh biar agak
enakkan tubuh Lo, besok masih masuk kerja!”
“Oke, kalau gitu gue pulang dulu. Ki, La!” sembari beranjak
aku berpamitan pada mereka berdua, bahkan sebelum pulang kupastikan senyuman
Lana telah mengobati rindu, agar bisa tidur lebih nyenyak lagi.
Aku Takut Kehilanganmu
Kaki terus melangkah dengan penuh ketika keinginan, sebab
baru kali ini aku putuskan untuk pergi sesaat, bila aku tetap di sana mungkin rasa
itu jauh lebih pilu. Dari dulu rasa cinta ada, kini perasaan masih sama.
Biarkan aku lalui sendiri.
Zaki dan Lana sama-sama berarti dalam hidupku. Hingga aku
takut kehilangan mereka, sedangkan kupilih untuk mengorbankan perasaan. Hanya
kata maaf yang sering terucap pada diri sendiri, sebagai pereda luka. Saat diri
ini telah menanti pada sesuatu yang tidak pasti.
Terukir nama Lana di hati tidak akan pernah usang walau
termakan oleh waktu, sebab jiwa akan tetap menyimpan rapi pada tempat yang
telah ditetapkan. Bila aku tidak bisa mengatakan cinta, setidaknya hati tetap
terjaga. Walau perih terus menghampiri di setiap terlintas dia dalam benak.
Aku memang telah melakukan kesalahan, karena tidak bisa
mencari kekasih hati yang belum ada pemiliknya. Mungkin semua harus terjadi,
sebab aku telah menjadi penyebab cinta penuh kesalahan yang telah kuperbuat.
Kenapa aku bisa mati lama karena perasaanku sendiri?
Nasihat Ayah Tentang Cinta
Ketika langkah ingin memasuki kamar terhenti oleh panggilan
seorang laki-laki paruh baya, “Fardan tumben sudah pulang?”
“Iya, ayah. Fardan kurang enak badan, mau istirahat dulu!”
“Fardan..” ucapan berat milik ayah berhasil menghelakan
nafas panjang, hingga menciptakan dinding kaca pada bola mata.
“Ayah tahu apa yang sudah terjadi. Pesan ayah, belajar buat
melupakannya, jangan putuskan hubungan persahabatan kalian hanya karena perempuan.
Kelak kamu akan menemukan perempuan yang tepat, tetap berdoa agar cepat
ditemukan pada yang telah ditetapkan”
“Ayah” berhasil dinding kata terpecahkan ketika pelukan
hangat telah dibalas oleh ayah.
“Aku tahu telah salah mencintai kekasih orang, sampai lupa
mencari perempuan di luar sana. Mungkin apa yang dikatakan ayah benar, aku
terlalu larut mencintai Lana hingga melupakan bagaimana caranya mengiklankan.”
“Ikhlaskan Lana. Carilah perempuan yang bisa mencintaimu
kembali, karena kalau mencintai sendiri itu sangat sakit.” Pesan ayah yang
telah menyadarkan hatiku yang telah lama terbutakan oleh apa itu penantian yang
tidak pasti.
“Makasih, yah. Kalau gitu aku masuk kamar dulu!”
“Iya. Pesan ayah, jangan terlalu berlebihan mencintai
seseorang, agar tidak terlalu dalam sakit hatinya, yang sedang-sedang saja.”
Hati terasa terbuka lebar untuk menghapus sebuah nama yang
telah lama terukir, sembari mencoba membuka hati pada seseorang yang akan
menjadi pengganti. Memang sangat melelahkan jika harus mencintai sendiri,
apalagi telah berlarut-larut berharap, ketika sebuah nasehat yang selama ini
teringinkan mengenai kisah cinta penuh kesedihan. Telah melunturkan rindu yang
sering berterbangan dalam benak.
Judul : Mencintai Yang Salah
Penulis : lianasari993
Titimangsa : Malang 30 April 2022
Post a Comment for "Mencintai Sendiri Sangat Menyakitkan, Haruskah Aku Memilih Pergi?"