Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Mencintai Sendiri Sangat Menyakitkan, Haruskah Aku Memilih Pergi?

Cerpen Sedih Terbaru

 

Cerlians - Ternyata cukup menyakitkan, ketika harus mencintai seseorang yang tidak pernah membalas perasaan, bukan ragu untuk mengatakan aku mencintaimu.  Melainkan dia telah bersama orang lain, cinta ini tidak ada seorangpun yang tahu, mungkin menyembunyikan rasa sangat merepotkan.

Namun tidak ada keinginan untuk mengecewakan, hanya kesedihan yang terus teratapi, hanya saja kata lelah kerap kali menderu. Apa salah telah mencintainya? Sedangkan hati tidak ada siapapun yang bisa menempatkan pada siapa, kini aku pilu.

Ketika rasa ini telah lama tersimpan pada sosok cantik penuh kerinduan, namun dia telah menjadi milik orang lain. Iya, milik sahabat terbaik. Harus pihak pada siapa? Perasaan sendiri atau sahabat?

Biarkan waktu yang memutuskan, mencintai dia dengan penuh kerahasiaan, biarkan aku tetap cinta dengan cara berbeda. Meski sakit hati kupilih untuk tetap bertahan, hingga terasa kacau mengenai perasaan, aku tidak pernah mengatakan ini.

Kadang rasa cemburu seketika datang saat melihat mereka bersama, sedangkan aku masih sering menemani dari jarak dekat. Satu tempat yang sama, hanya saja tidak berbicara, jika diam bisa mengontrol cemburu maka pertahankan sebentar hingga usai pertemuan ini.

“Tuh cewek Lo datang!” ucapku melihat kedatangan seseorang yang sudah lama aku lihat dengan penuh kebahagiaan, ketika itu aku juga mulai merasakan kecemburuan.

“Halo sayang”

Lagi-lagi panggilan itu sontak membuat terdiam sejenak untuk mengatur detak jantung nan hati agar tidak terlalu kelihatan jika cemburu telah datang. Senyuman manis milik Lana berhasil menciptakan senyuman tipis, sedangkan sahabatku, Zaki telah beranjak menyambut kehadiran kekasih.

“Maaf, aku telah!” ucap Lana kini telah duduk berhadapan dengan Zaki, saling menggenggam tangan satu sama lain.

Sakit hati telah lama terjadi ketika menyaksikan kemesraan mereka, namun aku tidak bisa memisahkan. Lana telah lama menciptakan suasana indah dalam hidupku, mesti itu bukan untukku. Aku rela jika terus begini, asalkan jangan ada yang tahu mengenai perasaan ini.

Terasa sakit ketika memilih untuk bertahan pada situasi yang tidak tepat, namun ketika hendak pergi takut muncul rasa kerinduan, tersebab hanya sebentar bisa melihat wajahnya. Apa yang telah terjadi pada diri ini? Sampai-sampai rela menahan luka tanpa tepi, saat rasa kangen sering datang sepanjang malam.

Hari-hari terus memikirkan tentang dia, dia yang telah berhasil menyita waktu cukup lama untuk sekedar melamun dalam kesunyian, bahkan tidak henti bayangan terus berputar dalam benak. Senyuman itu yang sulit terjelaskan mengenai bagaimana aku bisa rindu.

Yang bikin jiwa terus-menerus merasakan keindahan dalam impian, apa mungkin aku telah melakukan kesalahan, karena mencintai kekasih orang? Tapi aku tidak pernah berhenti memikirkan dia sepanjang waktu, lalu ini apa namanya?

Cinta atau hanya sekedar keegoisan yang tidak bisa tergapai? Jangan biarkan raga mengambil yang tidak seharusnya, walau kadang keegoisan meminta untuk merebut, hati ini tidak bisa menahan terlalu lama lagi. Tapi tidak ada kuasa untuk memiliki.

Diam. Itu yang tengah kulakukan, sesekali melempar senyum ketika mendengar candaan, lalu kembali diam dalam waktu lama. Mengalihkan pandangan entah sudah berapa kali melakukan, mana bisa terlihat biasa saja, sedangkan rasa cemburu ingin mengatakan.

Aku Cemburu, Saat Kamu bersamanya

Api dalam relung jiwa terasa bergejolak ingin memporak-porandakan luka yang sudah tersimpan lama, ingin segera pergi menjauh merelakan mereka berdua, hanya saja belum ikhlas untuk kehilangan.

“Dan.... Fardan” panggil Zaki sambil menepuk bahu mengusir lamunan ketika itu pandangan melihat arah lain dekat pintu keluar, buka melihat wajah Lana, sebab jika itu terjadi akan menghancurkan segalanya.

“Fardan” teguran lembut dari Lana berhasil menembus dinding lamunan hingga dalam, sehingga diriku yang tadi sibuk dalam perasaan langsung terbangun.

“Ha... Ha..?” hanya dua huruf singkat yang bisa keluar dari mulut, sedangkan kelopak mata terus berkedip mengusir lamunan yang belum sempat terselesaikan.

“Lo ngelamun?” Zaki mengarahkan minum pada tanganku, itulah yang membuat ragu jika mengatakan perasaan sebenarnya. Sebab Zaki telah baik terhadapku.

“Gue capek, pengen pulang duluan boleh enggak?” sengaja mengelak daripada harus mengatakan alasan melamun.

“Bilang dong dari tadi, nah bawa mobil gue pulang” meletakkan kunci di depan persis dekat tangan kanan.

“Lo?”

“Gue gampang bisa naik taksi, mending Lo tidur deh biar agak enakkan tubuh Lo, besok masih masuk kerja!”

“Oke, kalau gitu gue pulang dulu. Ki, La!” sembari beranjak aku berpamitan pada mereka berdua, bahkan sebelum pulang kupastikan senyuman Lana telah mengobati rindu, agar bisa tidur lebih nyenyak lagi.

Aku Takut Kehilanganmu

Kaki terus melangkah dengan penuh ketika keinginan, sebab baru kali ini aku putuskan untuk pergi sesaat, bila aku tetap di sana mungkin rasa itu jauh lebih pilu. Dari dulu rasa cinta ada, kini perasaan masih sama. Biarkan aku lalui sendiri.

Zaki dan Lana sama-sama berarti dalam hidupku. Hingga aku takut kehilangan mereka, sedangkan kupilih untuk mengorbankan perasaan. Hanya kata maaf yang sering terucap pada diri sendiri, sebagai pereda luka. Saat diri ini telah menanti pada sesuatu yang tidak pasti.

Terukir nama Lana di hati tidak akan pernah usang walau termakan oleh waktu, sebab jiwa akan tetap menyimpan rapi pada tempat yang telah ditetapkan. Bila aku tidak bisa mengatakan cinta, setidaknya hati tetap terjaga. Walau perih terus menghampiri di setiap terlintas dia dalam benak.

Aku memang telah melakukan kesalahan, karena tidak bisa mencari kekasih hati yang belum ada pemiliknya. Mungkin semua harus terjadi, sebab aku telah menjadi penyebab cinta penuh kesalahan yang telah kuperbuat. Kenapa aku bisa mati lama karena perasaanku sendiri?

Nasihat Ayah Tentang Cinta

Ketika langkah ingin memasuki kamar terhenti oleh panggilan seorang laki-laki paruh baya, “Fardan tumben sudah pulang?”

“Iya, ayah. Fardan kurang enak badan, mau istirahat dulu!”

“Fardan..” ucapan berat milik ayah berhasil menghelakan nafas panjang, hingga menciptakan dinding kaca pada bola mata.

“Ayah tahu apa yang sudah terjadi. Pesan ayah, belajar buat melupakannya, jangan putuskan hubungan persahabatan kalian hanya karena perempuan. Kelak kamu akan menemukan perempuan yang tepat, tetap berdoa agar cepat ditemukan pada yang telah ditetapkan”

“Ayah” berhasil dinding kata terpecahkan ketika pelukan hangat telah dibalas oleh ayah.

“Aku tahu telah salah mencintai kekasih orang, sampai lupa mencari perempuan di luar sana. Mungkin apa yang dikatakan ayah benar, aku terlalu larut mencintai Lana hingga melupakan bagaimana caranya mengiklankan.”

“Ikhlaskan Lana. Carilah perempuan yang bisa mencintaimu kembali, karena kalau mencintai sendiri itu sangat sakit.” Pesan ayah yang telah menyadarkan hatiku yang telah lama terbutakan oleh apa itu penantian yang tidak pasti.

“Makasih, yah. Kalau gitu aku masuk kamar dulu!”

“Iya. Pesan ayah, jangan terlalu berlebihan mencintai seseorang, agar tidak terlalu dalam sakit hatinya, yang sedang-sedang saja.”

Hati terasa terbuka lebar untuk menghapus sebuah nama yang telah lama terukir, sembari mencoba membuka hati pada seseorang yang akan menjadi pengganti. Memang sangat melelahkan jika harus mencintai sendiri, apalagi telah berlarut-larut berharap, ketika sebuah nasehat yang selama ini teringinkan mengenai kisah cinta penuh kesedihan. Telah melunturkan rindu yang sering berterbangan dalam benak.

Judul : Mencintai Yang Salah

Penulis : lianasari993

Titimangsa : Malang 30 April 2022


lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Mencintai Sendiri Sangat Menyakitkan, Haruskah Aku Memilih Pergi?"