Aku Pikir Mencintai Dalam Diam Menyakitkan, ternyata Kamu Juga Memiliki Perasaan Yang Sama!
Cerpen Tentang Cinta Terbaru
Dalam waktu satu bulan, dia berhasil meraih kerasnya dinding ego hatiku. Mengingatkan banyak hal baru walau kutahu dia adalah pegawai magang dari kampus, lalu dengan mudahnya aku jatuh cinta dengan segala kesederhanaan. Dari sekian banyak wanita, hanya dia yang bisa membuat hatiku memutuskan untuk memulai cinta. Dia wanita terhebat, penuh dengan tekat kemajuan dalam meraih kesuksesan.
Tentang kita kini, hari terus terlalui bersama. Ada tugas dari atasan untuk segera menyelesaikan pekerjaan hingga ada sedikit rasa tak tega melihatnya telah tertidur lelap dalam mimpi, sejenak pandangan beralih melihat wajahnya, menampakkan senyuman tipis melingkar di bibirnya. Lalu aku putuskan untuk membangunkan.
“Hanaya, bangun sudah malam. Hanaya!” lembut sentuhan pada bahu. Lalu suara itu berhasil membangunkan dari tidur meski menghancurkan mimpi indah miliknya, tak bisa terus kumenatap wajah lalu kuputuskan memalingkan membereskan laptop ke dalam tas.
Suara khas bangun tidur berhasil membuat telinga merinding dalam cepat menjalan dalam tubuh, nada serak lembut berhasil merubah diriku berpikir kotor sejenak. Sebelum terlalu lama larut dalam pikiran buatan, aku langsung beranjak mengambil air minum.
“Maaf, aku ketiduran....” ucapan Hanaya berhasil membuat salivar milikku sulit tertelan ketika pandangan beralih menatap wajahnya, sedikit ada getaran dalam hitungan detik. Namun aku langsung memalingkan wajah menatap lemari dekat jendela kantor.
“Iya.” Aku melihat jam pada pergelangan tangan kiri, “Sudah malam, aku antar kamu pulang!”
“Enggak usah” tolak Hanaya cepat, “Aku naik taksi aja. Lagi pula kita enggak satu arah, aku duluan”
Untuk kesekian kali, lagi-lagi dia selalu menolak setiap diantar pulang, berbagai macam alasan selalu terlontar. Tetapi aku berpikir positif dalam setiap kata yang terucap, mungkin bapaknya galak. Toh, besok akan bertemu lagi, setelah melihat kepergian aku juga ikut meninggal pekerjaan yang tersisa sedikit untuk diselesaikan besok.
Kehadiranmu Adalah Bahagiaku
Sambutan hangat bersama senyuman manis telah diberikan sejak hadirku pada meja kerja, “Selamat pagi Mas Beno!”
“Pagi, Hanaya.”
“Mas Beno. Aku punya ide gimana supaya pemasaran produk bisa diminati banyak kalangan, terutama anak remaja. Dari riset yang selama ini aku lakukan, rata-rata anak remaja lebih tertarik dari segi produk dan... Yang paling penting harga masih terjangkau, nanti pas promosi produk kita adakan pertemuan para remaja...”
“Mengenai pertemuan para remaja biar aku aja yang urus, nanti aku bakal sebar brosur ke teman-teman kuliahku. Gimana menurut Mas Beno?”
“Menarik juga!”
“Satu lagi. Kita harus pakai warna pastel, warna-warni imut gitu biar enggak mudah bosan. Rencana hari ini aku mau buat brosur, Mas Beno tinggal siapkan kemasan menariknya!”
“Oke, sekarang mulai bekerja!”
“Siap mas.”
Dia berhasil membuat aku sering tersenyum setiap hari, dari sekian lama senyuman itu sulit tertuangkan pada wajah datarku, tapi sejak hadirnya mengubah kisah hidupku menjadi lembaran baru. Mungkin ini memang aneh, tapi kenyataan mengatakan kebenaran, karena aku sudah nyaman dengan dia. Dia wanita cantik yang pernah kukenal, aku selalu berusaha memberikan kebahagiaan dalam kesederhanaan.
Aku harap kelak dia akan sadar mengenai perasaan ini, perasaan yang masih sulit terucap secara terang-terangan, menyatakan sesuatu kesulitan dalam memahami diri sendiri. Kelak aku akan memenangkan hatiku suatu saat nanti, dia wanita paling beruntung atau aku yang paling beruntung?
Tentang cinta yang terjalin dalam waktu sebentar, namun waktu mengatakan itu bukanlah menjadi permasalahan dalam urusan hati. Sejak waktu itu memutuskan untuk menemukan dua insan yang sebelumnya saling terasingkan kini malah dipertemukan, pada sebuah tempat di mana kedekatan dengan mudah bisa terjalin dalam ikutan tim.
Rencana Bersama Untuk Tim
Jam pada dinding berwarna abu-abu tua dekat lemari kaca meletakkan berkas kantor, tepat di mana memutuskan untuk menyudahi pekerjaan sejenak, karena waktu makan siang sebentar lagi dilaksanakan. Walau begitu masih saja ada beberapa pegawai masih sibuk dengan laptop masing-masing.
“Mas Beno, mau enggak temani aku makan di luar, itupun kalau mau” ketika usai mengerjakan brosur untuk pemasaran, tinggal memperbanyak cetakan.
“Iya, bentar aku simpan dulu filenya takut lupa!” setelah beberapa lama akhirnya memiliki kesempatan makan berdua, sebab selama ini aku lebih sering gabung dengan pegawai lain kalau makan di kantin.
Ketika hendak memencet tombol lift terbuka terdapat bos yang baru saja berasal dari lantai bawah, di mana dirinya usai rapat mengenai pengajuan proposal baru yang dikerjakan oleh tim lain. Terdapat juga sekertaris cantik seumur dengannya, senyuman ramah selalu menjadi alasan kenapa banyak karyawan suka terhadapnya.
“Bos”
“Mau ke mana kalian?” tanya bos sudah keluar dari lift, sembari mengancingkan jas hitam sebelumnya lupa dikancingkan.
“Mau makan di luar bos” aku melihat Hanaya menampilkan senyuman, lalu pandangan beralih menatap bos lagi.
“Jangan lupa setelah semua selesai langsung kirim lewat email, ya sudah kalian pergi!”
“Baik bos”
“Mas Beno” panggil Hanaya menarik tanganku masuk ke dalam lift, sedangkan fokus saat ini melihat kepergian bos memasuki ruangan bekerja.
“Ada apa?”
“Jangan bengong nanti kesambet baru tau rasa...”
“Emang bisa? Kan barusan aku lagi mikir aja...” alasan mengapa aku sering bengong setiap usai melihat senyuman manis milik Hanaya, sebab senyuman itu seperti sedang bergentayangan mengarungi luasnya benak.
“Mikirin aku ya?” tebakan Hanaya memang benar, tawa kecil berhasil menciptakan tatanan gigi rapi menjadi memukau dalam sekian detik.
“Enggak...” membuang muka menatap wajahku sendiri yang terpantul pada dinding lift, segera aku mengalihkan obrolan, “Mau makan apa?”
Cinta Kita Bisakah Disatukan?
Sampai di lantai satu, aku berjalan berdampingan dengan dia menuju luar dengan lalu lalang pegawai lain juga ingin menuju kantin maupun luar gedung, sesekali mereka membicarakan pekerjaan Baru saja dikerjakan sambil melempar senyum-sapa pada pegawai lain.
“Em...” bola mata miliknya terus mencari makanan yang berada di sekitar kantor, lalu beralih pada penjual bakso sering lewat sekitar sini, “Bakso, aku udah lama enggak makan”
“Sama. Bang bakso dua ya” duduk pada sebuah kursi plastik dekat pohon rindang sebagai tempat berteduh sejak dulu.
Hanya butuh delapan menit bakso sudah siap dimakan, sedangkan penjual sedang mencari sesuatu yang belum ditemukan, “Cari apa bang?”
“Kecapnya kayaknya udah habis, saya beli dulu ya!”
“Enggak usah pakai kecap juga enggak masalah yang penting pedas” jawabku meletakkan dua sendok cabai telah dihancurkan lembut dari dalam botol.
“Tetap aja saya beli, nanti kalau ada orang mau beli bakso gimana. Mas, saya boleh titip gerobak bentar enggak?”
“Iya bang” Penjual itupun berlalu menyeberangi jalan mencari toko di mana kecap tersedia.
“Mas Beno, sebenarnya kita pacaran apa enggak sih?....” Pertanyaan itu berhasil membuatku tersedak oleh kuah panas nan pedas, “Minum dulu mas, maaf!”
Masih batuk-batuk mencoba meringankan rasa tak nyaman dari dalam tenggorokan, “Em. Maunya gitu, tapi kamu gimana. Eh maaf, aduh bukan gitu, aku mau. Hanaya, maaf Mas.”
“Jadi selama ini kedekatan kita apa mas?”
“Bukan gitu, aduh gimana ya. Mas sebenarnya udah suka kamu dari awal kita satu tim, tapi mas takut kalau bilang, kalau mas suka sama kamu. Takutnya kamu enggak mau lagi satu tim sama, Mas Beno!”
“Mas Beno kalau ngomong berbelit-belit, kan ribet jadinya. Sebenarnya mas suka sama aku apa enggak?”
“Suka, suka banget!” segera aku melahap satu pentol berukuran kecil untuk meredakan rasa tidak nyaman dalam hati, sedangkan raga masih salah tingkah, Hanaya hanya tertawa melihatku bingung dengan situasi saat ini.
“Mas Beno kalau salah tingkah gini ya, lucu tau enggak...” Kecupan pelan mendarat pada pipi sebelah kiri, bersama bisikan ringan keluar dari bibirnya, “Makasih. Aku sayang Mas Beno.”
Dalam hitungan detik kecupan itu serasa menjalar dalam tubuh lalu terhenti sejenak mengenai situasi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, ternyata perasaan itu bukanlah satu pihak, lebih tepat saling mencintai dalam diam hingga memutuskan untuk mengatakan.
Judul : Saling Ada Rasa
Penulis : lianasari993
Titimangsa: Malang 25 Mei 2022
Post a Comment for "Aku Pikir Mencintai Dalam Diam Menyakitkan, ternyata Kamu Juga Memiliki Perasaan Yang Sama! "