Harusnya Aku Sadar Sejak Awal, Kalau Kamu Tidak Pernah Menyukaiku, Sekarang Aku Sakit Sendirian!
Cerpen Sedih Bikin Ikutan Nangis Terbaru
Dari sekian lama menatap wajah cukup jauh, mengenai posisi
yang tidak pernah bisa digapai dengan mudah, kala aku putuskan untuk tetap
bertahan dalam cinta sendirian. Meski dalam benak sering berkata atau hanya
terselip pertanyaan yang tidak pernah keluar dari bibir, namun sangat
menyakitkan jika harus tersimpan sendiri.
Andai saja dia tahu mengenai hal ini, sudah pasti aku tidak
akan lama sendiri. Perasaan masih saja tersimpan sendiri dalam kurun waktu
lama, masih dengan seribu keyakinan andai dia tahu atau andai kita bisa
bersama. Entah sampai kapan andai bisa berganti kata menjadi akan selalu
bersama atau akan selalu memiliki rasa yang sama.
Jadi perempuan memang tidak enak, kalau suka sama laki-laki
harus menelan sendiri, padahal rasa cinta telah lama ingin berlabuh pada tempat
yang telah diharapkan. Aku harus bagaimana?
Ingin rasanya cepat mengungkapkan tapi takut kalau dia tidak
memiliki perasaan atau malah menjauh, sudah jauh malah makin menjauh. Bikin
repot, karena sejak dulu aku hanya berani melihat dari kejauhan, lebih tepatnya
sadar dirilah.
Dia adalah laki-laki dengan ketampanan harapan
perempuan-perempuan satu sekolah, terkenal pandai dan banyak sekali sisi
positif. Sedangkan diriku hanya sekedar ada dari sekian banyak perempuan yang
mengharapkan cinta, lucu bukan!
Dan beruntungnya, aku memiliki kesempatan jauh lebih banyak
bisa melihat dia. Benar, aku satu kelas dan satu kelompok kalau ada tugas
bersama. Kalau dipikir-pikir itu keberuntungan atau malah sakit hati
berturut-turut? Apalagi hingga saat ini belum ada yang tahu siapa perempuan
yang berhasil memilikinya.
Aku selalu berharap bisa menjadi perempuan itu, tidak
masalah kan sedikit khayalan sebagai penyemangat. Apa mungkin memang ada
rencana lain yang tidak diketahui kaum perempuan satu sekolah, tentang siapa
perempuan dia. Lihat diriku ini dengan banyak cara untuk terlihat biasa saja,
namun memalingkan wajah cukup membantu.
“Tia....!” ucap Ifan sambil menarik buku tugas yang telah
kukerjakan, “Woy...TIA!”
“Bengong terus, kenapa Lo?” kembali menegur, namun buku
telah berada di tangannya untuk menyalin jawaban pada buku miliknya sendiri.
“Enggak” jawabku memutar bola mata, lalu berakhir melihat
buku pada meja. Sebab Adam sedari tadi terdiam mengerjakan tugas tepat di
depanku hanya terhalang meja.
“Lo kenapa? Sakit?” sambil menyalin Ifan tetap berbicara,
“Mau gue antar ke UKS?”
“Enggak, gue enggak sakit!”
“Lo mau ke mana?” Ifan kini melihatku beranjak dari tempat
duduk, menghentikan aktivitas menulis sejenak sembari memfokuskan mata melihat
wajahku.
“Toilet”
“Buruan balik, gue
enggak mau presentasi di depan”
“Iya.”
Embusan nafas panjang berguna untuk meredakan rasa kurang nyaman
sejak tadi, akhirnya aku bisa terselamatkan dari rasa canggung terus di
dekatnya. Ini bukan pertama kalinya, sebab sejak diputuskan satu kelas memang
menjadi satu kelompok juga dalam berbagai macam tugas yang biasanya berisi empat
orang sesuai urutan nama.
Haruskah Aku Sadar Diri, Sebab Dia Banyak Yang Menyukai!
Mengapa aku tidak bisa menjauh dari angan tentang dia, apa
karena aku terlalu cinta dia. Tapi aku tidak pernah bisa memiliki dia, walau
sering kali ada rasa lelah mengenai perasaan, namun apalah daya jika aku sudah
lama berharap bisa dengannya. Sangat sulit jika ingin menjauh karena takut
terluka, walau nyatanya telah terluka sejak awal mencintai dia.
Bahkan saat langkah kaki melewati setiap lorong kelas hadirku
hanya dianggap angin lalu, apa karena wajah kurang cantik? Mungkin bisa
dibilang begitu, laki-laki lain saja kurang tertarik apalagi Adam!
Itulah pendapat yang menyatakan perasaan, juga pendapat
untuk segera sadar diri lebih tepatnya. Tapi kalau dipikir-pikir, bagaimana
kisah drama cinta begitu indah sekali, meski kenyataan tidaklah mungkin terjadi.
Beginilah diriku terlalu berharap cinta seperti film romantis sering kutonton.
Lucu bukan. Kadang aku juga tertawa dengan kisah cintaku
sendiri, bagaimana bisa timbul harapan bisa memiliki pacar laki-laki paling
idaman di sekolah. Apa aku bagian dari korban cinta tidak tersampaikan atau
sulit memiliki perasaan orang, sampai-sampai berkhayal yang bukan-bukan?
Bahkan di dalam kamar mandi pun, beberapa perempuan
membicarakan tentang Adam, jelas mereka itu geng perempuan cantik. Yang
sekarang kulakukan hanya berdiam diri di dalam WC sambil mendengarkan obrolan
mereka, mau keluar ada keraguan jika harus berpapasan dengan mereka. Ya
sudahlah, cara paling tepat menunggu mereka segera pergi.
“Gue kemarin pas pulang dari mall ketemu sama Adam...”
“Terus Lo gimana?”
“Gue sapa dia, cuma dia malah lihat gue langsung pergi...
enggak ada senyum mukanya tetap datar, tapi bagi gue dia itu ganteng pakek
banget”
“Gue juga heran kenapa enggak ada cewek yang bisa dapatkan
hati dia, bahkan gue juga sering ajak ngobrol malah dicueki. Untung ganteng
kalau jelek sudah gue gampar itu cowok...”
“Lah gue malah kemarin hampir jatuh terus dia langsung
pegang tangan gue” terdengar suara teriakan dari salah satu mereka, “Jantung
gue langsung deg-degan. Sumpah itu cowok kalau di lihat dari dekat tambah
ganteng, wangi lagi...”
“Lo sengaja jatuh di depan dia?”
“Enggaklah, ceritanya gini. Pas gue lagi jalan dekat selokan
depan ruang guru, ada gerombolan cewek-cewek lari-lari terus nyerempet gue
hampir jatuh, dengan sigap Adam langsung pegang gue....”
“Cewek-cewek lain yang lihat pada iri sama gue, gara-gara
itu gue kepikiran terus sampai sulit tidur”
“Harusnya gue yang diposisi itu, kenapa harus Lo sih, sebel
gue....”
“Rezeki anak baik itu namanya...!”
“Gue juga baik, kenapa enggak dapat momen kayak gitu”
“Dari kalian-kalian cuma gue-lah yang paling baik”
“Halah. Balik yuk nanti kena marah lagi, pegel telinga gue
terus diomeli sama guru satu itu, tahu sendiri kalau sudah nyerocos kayak petasan
tahun baru. Rame betulll...”
Suara bel istirahat terdengar, membuat mereka yang telah
meninggalkan jas pelajaran bergegas kembali. Tanpa mereka sadari kalau guru
yang dimaksud adalah wali kelasku, memang yang dikatakan mereka benar namun
mereka tidak tahu maksud kenapa suka ngomel. Sebab guru tersebut sangat
perhatian dan tidak ingin murid-murid menyepelekan pelajaran apapun.
Kau Lukai Hatiku Dengan Ucapanmu, Aku Putuskan Akan Menjauh Mulai Sekarang!
Kini kelas tampak sepi dari sebelumnya, hanya tersisa Ifan
dan Adam sedang berbicara, hingga membuat langkah kakiku terhenti dalam
sekejap. Mengenai obrolan cukup mengambil alih perhatian, apalagi tiba-tiba
namaku disebut.
“Dam, Lo suka enggak sama Tia?”
“Ha? Mana mungkin gue suka sama dia, ya enggaklah. Lo kan
tahu selera gue kayak apa?”
“Kalau gue perhatiin sebenarnya Tia itu ada rasa deh sama
Lo, diakan enggak pernah berani lihat mata Lo, apalagi pas satu kelompok dia
lebih suka nunduk lihat buku terus!” jelas Ifan membuat Adam mulai memikirkan apa
yang selama ini telah terjadi.
“Bukannya semua cewek-cewek kayak gitu kalau ada gue. Ya
mungkin karena gue ganteng banyak yang suka, lagi pula menurut gue Tia itu
biasa saja, enggak cantik, mana mau gue sama dia!” dengan ringan ucapan itu
keluar dari mulut Adam bersamaan suara tawa kecil mengiringi obrolan.
“Keterlaluan Lo!”
Kenapa ini sangat menyakitkan, saat ucapan itu begitu
terang-terangan menyatakan bahwa dia tidak memiliki perasaan padaku, namun yang
membuat sakit hati saat mengatakan kalau dia tidak menyukai tersebab kurang
cantik. Memang ucapannya benar, tapi mana ada perempuan yang tidak kecewa
mendengar kata-kata itu.
Harapan, perasaan, khayalan seketika pudar dalam waktu
sebentar. Senyuman tipis terlihat pada wajahku sebagai tanda untuk segera
mundur dan melupakan mengenai kisah cinta, sebab luka hati baru saja terjadi
sebab mendengar jawaban. Lalu kuputuskan untuk urung memasuki kelas dan pergi
untuk menghibur diri, di mana keheningan kini sangat kubutuhkan.
Judul: Aku Sadar Diri
Penulis : lianasari993
Titimangsa : Malang 14 Juli 2022


Post a Comment for "Harusnya Aku Sadar Sejak Awal, Kalau Kamu Tidak Pernah Menyukaiku, Sekarang Aku Sakit Sendirian!"