Rencana Pernikahan Kita Telah Gagal, Karena Ada Orang Baru!
Cerpen Tentang Ketulusan Yang Tidak Dihargai, bikin Nangis!
Dalam janji kita berdua untuk saling setia, dalam harapan menjalin kehidupan keluarga nantinya, meski sulit saling melempar kabar. Harapanku cuma satu agar kamu mau menunggu, karena mengumpulkan uang bukanlah hal mudah, tetap bertahan pada harapan yang telah terencana. Doakan aku yang sudah memutuskan untuk merantau demi pernikahan seperti yang kamu inginkan.
Maaf aku tidak bisa memberitahu alasan pemecatan yang sepihak, katanya aku sudah tidak layak lagi bekerja di sana, padahal selama enam tahun bukanlah sebentar. Apalah dayaku hanya sebagai buruh di tempat orang, kadang kata-kata sering menyudutkan, mengatakan yang bukan-bukan, tapi aku akan tetap kuat.
Walau berat semua akan terlewati bersama usaha dan doa. Uang telah terkumpul pada tabungan, mungkin sudah cukup untuk modal pernikahan, katamu malu sederhana. Maka akan aku usahakan sekuat tenaga, untuk mematahkan pendapat orang-orang mengenai keseriusan kita, pesanku cuma satu jangan buat hati terluka.
Pesan singkat hanya sekedar penyemangat kala lelah sering mengintai, ketika waktu memberi kesempatan menyerah namun niat ini begitu memperkuat diriku. Bukannya sekali aku sering mencoba bertahan, hingga kegagalan serasa biasa terjalani, jauh sudah melangkah menyusuri tanah perantauan.
Kadang sanubari sering berkata berbeda, seperti ada rasa yang tidak nyaman mengenai kesetiaan, malam selalu terselimuti lamunan tetap ketakutan. Jika ada sesuatu yang sengaja dirahasiakan, namun hingga kini aku belum mengetahui apa itu, hanya doa sebagai pereda ketakutan dan kecemasan. Aku harap semua akan baik-baik saja!
Entah sudah berapa kali aku menyemangati diri dengan ucapan itu, seperti tiada hari tanpa ragu ucapan kembali menderu dengan pelafalan yang sama. Akan baik-baik saja, kenapa? Apa yang sedang terjadi?
Pengorbanan Untuk Pernikahan Kita Nanti
Suara burung gereja membawa pada kenangan yang telah berlalu, sejak memutuskan untuk meninggalkan dengan ketidakmampuan, bahkan sebening tirna masih tertahankan cukup lama.
“Kamu baik-baik di sana, aku akan menunggumu di sini” tutur lembut Rini dengan raut muka sedih melepas kepergian, dalam hati tidak rela jika berpisah untuk sementara, namun tidak ada pilihan lain selain merelakan.
“Mas, akan segera kembali. Doakan agar bisa segera menikahimu, semoga di perantauan adalah jalan kita untuk menjalin hubungan kita lebih serius. Mas janji, setelah mendapat uang akan segera kembali, tunggu kedatangan, Mas ya!”
Tangis Rini sejak tadi telah pecah, tidak kuasa aku melihatnya begitu, dalam dekapan terakhir sebagai ucapan perpisahan. “Jaga diri kamu baik-baik, jangan hati jangan biarkan orang lain mengisi!”
“Iya Mas. Jaga diri baik-baik ya, aku akan selalu menunggu kamu di sini, jaga kesehatan biar semangat cari uangnya!”
“Iya, makasih ya. Sudah mau percaya, mas pergi dulu!”
“Hati-hati, mas.” Lalu aku balas itu dengan senyuman sebelum menaiki bus, dengan berat hati aku harus melepaskan sebentar dalam janji kesetiaan.
Suara cckrek sebagai tanda kehadiran seseorang yang kini telah berdiri di ambang pintu menatap sambil mengamati belum kunjung membangunkan lamunan dalam beberapa menit hingga timbul rasa jengkel, sebab hampir setiap malam hanya lamunan yang terus dilihat selepas pulang bekerja.
“Rob, masih mikirin cewek Lo?” tegur Wahyu kini duduk di sebelah tempat tidur berukuran sedang dengan ketinggian hanya sepuluh sentimeter hasil dari patungan empat tahun yang lalu.
“Ha, kapan Lo datang?”
“Aduh. Rob... Robbi Lo tuh ya. Gue sudah datang dari tadi, Lo saja asyik ngelamun terus tiap malam enggak bosan apa? Tujuan Lo datang ke sini cari duit buat modal nikah, tapi Lo juga harus mikirin kesehatan, sudah malam belum makan!”
“Tadi pulang kerja gue beli nasi goreng makan sana, biar otak Lo bisa berpikir jernih, ngelamun saja kerjaannya. Emang Lo bakal balik kampung kapan?” tambah Wahyu mengambil dua piring dan sendok di bawah lemari sampingnya.
“Minggu ini habis dapat gaji langsung pamit sama yang lain mau pulang, habis nikah gue mau kerja di kampung saja biar tiap hari bareng sama bini gue, masih calon istri lebih tepatnya. Ngomong-ngomong makasih sudah belikan gue makan!”
“Lo mau enggak ikut ke kampung gue?”
“Kayaknya seru, gue mah mau saja asal dapat ijin dari atasan paling beberapa hari, besok gue coba bilang ke bos deh. Masa teman sendiri nikah gue enggak hadir....”
“Makasih Lo sudah mau jadi teman gue!”
“Gue juga beruntung punya teman kayak Lo...” terdengar suara tawa bersama sambil menikmati nasi goreng masih hangat ditemani air putih.
Kau Mengkhianati Ketulusanku, Hanya Demi Laki-laki Baru!
Cinta aku datang setelah sekian lama tidak bertemu, beginilah yang kurasakan kini saat kerinduan kerap kali ingin segera menyudahi hingga pada kesempatan ini aku datang dengan janji yang lalu, hanya pesan singkat sebagai tanda kabar bahwa aku akan segera pulang. Namun kenapa pesan itu tidak kunjung terbalas atau kamu sedang sibuk?
Aku jauh ke perantauan hanya untukmu, aku harap kamu bahagia mendengar kabar dariku. Maaf setulus-tulusnya telah pergi meninggalkan dengan janji setia sampai detik ini, jangan bersedih lagi aku kini telah kembali. Semua ini aku lakukan untukmu!
Langkah kaki berjalan menghampiri rumahmu lebih dulu tersebab letak dekat jalan raya, namun mengapa ada tenda pernikahan dengan janur kuning melengkung depan gang, apa maksud semua ini?
Lalu siapa laki-laki yang satu bingkai foto denganmu? Tepat di depan jalan masuk menuju resepsi pernikahan? Kenapa kamu tega, bukankah kamu mau menunggu kehadiranku? Sekarang aku harus bagaimana? Hanya terbendung pantulan sinar tersebab dihalau dinding kaca dengan wajah penuh kecewa.
Aku menemukan kasih sayang, menerima perhatian juga janji untuk saling setia hingga menuju pernikahan. Apa maksudnya dari pernikahan yang sebenarnya? Pernikahan kita atau pernikahan kamu dengan dia? Harusnya aku tanyakan itu sejak dulu, tapi semua telah terlambat, perlahan aku berjalan menuju ingin menemuimu.
Namun tatapan semua orang kini terfokus padaku, seperti tanda kasihan dan segera meninggalkan tempat ini. Aku tidak tahu apa kesalahanku, sampai-sampai kamu tega meninggalkanku, mana janji kita yang dulu apa sudah kamu lupakan?
“Rini!” kuperlihatkan senyuman penuh kecewa ketika kita saling berhadapan pada tempat yang sama sekali tidak pernah aku inginkan, harusnya aku yang berada di situ bukan orang baru yang baru datang dalam hidupmu.
“Mas...” jelas sekali Rini kaget melihat keberadaanku yang kini telah kembali menagih janji, namun sekarang dalam sekejap harus tersudahi.
“Mas Robbi.... Aku minta maaf, aku pikir mas enggak akan kembali!”
“Ha... Kamu enggak percaya sama janjiku, emang selama ini aku pernah ingkari janjiku? Bukannya bulan lalu aku bilang bakal pulang buat nikahi kamu, terus kamu bilang suruh fokus kerja dulu. Pas aku pulang apa yang sekarang aku dapatkan? Pengkhianatan?”
“Siapa yang enggak marah kalau kepercayaanku dipermainkan, aku kan bilang supaya kamu sabar sebentar saja, aku enggak mau nanti kalau kita nikah kamu masih kerja. Bertahun-tahun aku kerja keras supaya kita hidup berkecukupan, memberikan apa yang kamu minta tanpa bilang aku enggak punya uang....”
“Tapi semua sudah terlambat, kamu malah menikah sama orang lain. Padahal aku jauh-jauh merantau buat kamu, tapi malah balasannya gini. Capek tahu berjuang sendiri, apalagi selama ini kamu sudah merencanakan pernikahan dengan orang lain, padahal kita juga pernah merencanakan hal yang sama, tapi kenapa kamu malah pilih laki-laki yang sudah jelas baru kamu kenal.”
“Sudahlah semua sudah terjadi, makasih karena kejadian ini aku sadar harusnya aku lakukan semua hanya untuk diriku biar enggak semakin kecewa.” Aku putuskan untuk segera pergi menjauh bahkan kalau bisa tidak bertemu lagi, karena aku terlalu kecewa.
“Sekarang temui orang tua Lo, mereka jauh lebih penting dari pada pacar Lo yang sekarang nikah sama orang lain. Gue tahu apa yang sekarang Lo rasakan!” nasehat Wahyu membeli semangat dengan penepuk pundak sambil tersenyum lebar.
Dalam kehidupan tentang cinta memang penuh rahasia, kadang manusia hanya bisa merencanakan tapi tetap saja Tuhan yang menentukan. Walau begitu rasa sakit ini begitu dalam, sebab ketulusan harus dibalas pengkhianatan, ternyata yang berjuang belum tentu menjadi yang juara.
Judul : Ketulusan Dibalas Pengkhianatan
Penulis : lianasari993
Titimangsa : Malang 17 Juni 2022
Post a Comment for "Rencana Pernikahan Kita Telah Gagal, Karena Ada Orang Baru!"