Tolong Katakan Padaku, Apa Arti Menunggu?
Cerpen LDR Bikin Candu
“Tegar, jangan pernah berubah jika kamu bertemu orang baru,
ingat ada aku yang sedang menunggu kehadiranmu kembali. Jaga kesehatan semoga
diterima di pekerjaan baru....”
“Aku enggak akan pernah berubah, karena aku sudah punya
kamu.... Erika, aku akan cepat kembali untuk kamu, jaga diri kamu baik-baik.
Aku cuma minta jangan ada laki-laki lain di hatimu selain aku, karena aku
sangat mencintaimu” diikuti kecupan hangat mendarat pada kening bersama
senyuman hangat sebelum berjalan ke terminal bus.
“Aku selalu menjaga perasaanmu, aku harap kamu juga bisa
menjaga perasaanku. Hati-hati di jalan, setelah sampai langsung kabari!” aku
memeluk untuk terakhir kalinya sebelum pergi.
“Iya, aku pasti selalu kasih kabar” melambaikan tangan
melihat aku yang tidak kuasa menahan air mata, sebab aku merasa kurang yakin
bisa jauh dengannya.
Kenapa jiwa terasa lara melihat kamu telah hilang dari
pandangan, seperti ada lelah yang tidak terlihat setiap kali waktu memilih
untuk menjeda pertemuan, lalu akan berubah semangat jika ada pesan singkat
untuk bertemu. Lalu apa yang sekarang akan kulakukan jika jarak harus
memisahkan pertemuan, semoga lewat mengirim kabar masih bisa meredam rindu.
Aku tidak mengerti kini harus terjadi sebab ada masa depan
yang telah kita impikan, bahwa keputusan ini telah lama dibicarakan bersama,
tapi kini aku masih sulit menerima keputusan. Kini aku harus berusaha percaya
kalau semua akan berakhir bahagia, memilikimu adalah harapanku selamanya.
Langkah kaki berjalan pada pangkalan ojek dekat terminal,
namun tatapan mata serasa sulit meninggalkan tempat yang telah kita putuskan
untuk bertemu kembali kelak, jika pulang dari bekerja walau belum pasti kapan. Aku
yakin akan indah pada waktunya!
Dalam perjalanan melewati hitam nan terang, bercampur
semilir angin pagi menjelang siang hari. Tatapan mata mengalihkan perhatian
pada sepanjang jalan untuk meredam air mata yang tidak tahan lagi menetes, lalu
tetasan pertama berhasil terbawa angin. Namun aku memilih untuk membiarkan biar
hilang dengan sendirinya, terasa melayang dalam hati yang belum paham pasti.
Walau sudah beranjak siang sinar mentari masih tetap terasa hangat
bukan berubah terik, seperti tahu apa yang kini sedang terbutuhkan. Ingin aku
menangis sekencang-kencangnya agar sedikit mereda perasaan yang ada di dada,
tetapi aku urungkan diri.
Kamu kekasih, telah menjadi alasan mengapa harus menunggu,
buktikan jika kamu memang cinta dan serius dalam menjalin hubungan. Bukan
sekedar janji yang sudah sering terdengar, seperti janji orang lain yang tidak
pernah ditepati. Aku harap kamu berbeda dari mereka, agar setelah pulang kita
akan selamanya bersama, jangan menjauh jika kita sekarang sedang jauh karena
jarak.
Apa Kamu Juga Merindukanku, Lantas kenapa Terlihat Biasa Saja?
Mungkin selama dua tahun kamu memilih untuk tidak pulang
dengan alasan sulit mendapatkan izin itu memang kebenaran, biar aku katakan itu
pada orang tuamu mengenai penjelasan yang mungkin mereka juga belum bisa
terima, tapi biarkan aku yang menyakinkan bahwa kamu memang ingin segera
mengumpulkan uang untuk masa depan.
“Memangnya enggak boleh izin pulang seminggu, aku rindu sama
kamu, orang tua kamu juga sering menanyakan kabar kamu....”
“Sulit kalau izin seminggu, rumah juga jauh. Beda kalau yang
dekat, bisa-bisa kalau dipaksa pulang lama di perjalanan, aku harap kamu mengerti.
Aku pakai sistem kerja kontrak jadi harus mematuhi aturan pabrik, kayaknya
kontrak tinggal dua bulan terus aku mau pulang, cari kerja di dekat-dekat
rumah...” jelasnya berkata di dalam kamar mandi tempat bekerja.
“Bukannya ini jam istirahat, kenapa harus telepon di kamar
mandi? Aku juga pengen lihat sekeliling tempat kamu kerja...”
“Sekalian kenalin teman kamu yang kerja di sana, aku mau
bilang makasih sudah sering bantu kamu selama ini. Maaf ya kalau kamu lagi
enggak enak badan aku enggak ada di samping kamu, tapi aku selalu berdoa yang
terbaik buat kamu”
“hmm......” berpikir sejenak, “Lain kali aku foto tempatku
bekerja, kalau kenalan sama teman kerja enggak bisa sekarang kalau ada waktu
senggang pasti aku kenalkan sama mereka”
“Iya, salam buat mereka. Ya sudah aku mau lanjut kerja jam
istirahat di sini sudah selesai, assalamualaikum”
“Waalaikumsalam. Salam buat keluarga di sana!”
“Pasti.” Mengakhiri panggilan, dalam diam aku selalu
berpikir kenapa setiap minta diperkenalkan ke teman bekerja selalu bilang
nanti, menunggu waktu padahal hanya ingin mengucap terima kasih.
Bila rindu belum bisa bertemu maka akulah yang harus tetap
menunggu hadirmu, maaf jika selama ini sering meminta segera pulang, sebab
rindu ini terlalu banyak hingga lupa niat baik kita. Memang sebagian perempuan merasa
sulit untuk dimengerti tetap emosi, yakinlah perasaanku tidak pernah berubah.
Berulang kali aku selalu berkata apa yang sedang terjadi,
bahkan mengenai laki-laki sering menggoda untuk bisa mendapatkan nomor telepon,
lalu aku berkata ada hati sedang aku jaga! Kalau itu hal sepele bagi perempuan
lain, tapi bukan bagiku. Aku memang suka mengadu perihal laki-laki padamu,
walaupun mereka selalu bilang ingin mengajak ke jenjang serius, tetapi hanya
dirimu penyebab aku memilih untuk menunggu.
Pulang Dari Perantauan, Aku Memilih untuk Mengikhlaskan mu!
Sudah dua bulan kita jarang berkabar, lantar mana janji dari
kepulanganmu untuk segera menemuiku. Dalam diam aku tidak pernah berhenti
berdoa untuk kita, memang semenjak kamu bekerja jarang memberi kabar lalu aku
dengan mudah percaya, tapi hati selalu berkata berbeda.
Aku juga sering berkunjung ke rumah orang tuamu untuk
mengantar makanan, sebab rumah kita hanya terhalang empat rumah tetangga,
katanya mereka masakanku enak dan berkata begitu beruntung jika bisa menjadi
menantu. Apakah itu restu yang telah lama ditepatkan, dengan berbagai macam alasan
mengapa setuju jika menjalin hubungan denganku!
“Assalamualaikum” aku mengetuk pintu sambil membawa kolak
pisang dan ubi ungu, lalu terdengar langkah kaki berjalan menghampiri.
“Waalaikumsalam. Calon menantu, ayo masuk!” tutur ramah ibu
dengan senyuman hangat memeluk bahu, duduk berdekatan seperti biasanya.
“Kamu ini ya, kalau ke sini enggak harus bawa makanan. Ibu
merasa enggak enak kalau terus-terusan begini”
“Tadi Erika habis dari kebun sama bapak, Alhamdulillah panen
ubi lumayan bisa buat modal nikah nanti!” jelasku mengatakan yang sejujurnya,
sebab orang tuaku juga tidak mau terlalu merepotkan keluarga Tegar masalah
biaya pernikahan lebih tepatnya patungan.
“Alhamdulillah. Beruntung banget Tegar bisa punya kamu,
pengertian, baik hati, dan selalu bikin siapa saja tenang di dekat kamu. Semoga
Tuhan mempermudah pernikahan kalian!”
“Amin..”
Dari luar terdengar suara mobil berhenti pada pelataran
rumah, “Assalamualaikum”
“Sebentar ibu keluar, kamu duduk saja!” saat membuka pintu
betapa terkejutnya melihat Tegar berdiri tersenyum, “Kamu sudah pulang?”
“Iya buk....” jelas Tegar lalu melihat arah belakang di mana
seorang perempuan keluar dari dalam mobil membawa koper berwarna merah muda,
“Tegar mau kenalkan calon mantu ibu”
Sekejap detak jantung langsung terhenti sejenak mengenai
penjelasan yang baru saja diutarakan anaknya, mengenai perempuan yang kini
sudah bergandengan tangan, “Calon mantu?”
“Iya buk. Calon mantu buat ibu, namanya Dewi”
Mendengar obrolan yang membuat penasaran aku memutuskan
untuk melihat, dan betapa terkejutnya saat tahu kehadiran Tegar telah berdiri
di depan mata, namun tanpa ragu mereka masih bergandengan tangan. Lantas apa
hubungan di antara keduanya?
“Tegar....”
“Erika, kamu kok ada di sini?” ikut terkejut sebab selama
ini menyembunyikan hubungan dengan Dewi yang satu tempat kerja, mungkin ini
alasan mengapa suka bertelepon di dalam kamar mandi dan menunda jika ingin
berkenalan dengan teman kerja.
“Adik kamu ya. Kenalkan aku Dewi calon istri, Tegar”
mengulurkan tangan dengan santai menganggap semua tampak biasa atau mungkin dia
juga belum tahu kalau Tegar sudah memiliki kekasih.
“Jadi ini alasan kenapa kamu berubah, kamu mencari alasan
kalau di suruh pulang, jarang kasih kabar. Ternyata ada orang baru dalam hidupmu?
Pantas saja pulang enggak kasih kabar...”
“Aku minta maaf sama kamu, aku salah sudah bohong sama kamu.
Tapi aku sudah enggak ada rasa buat kamu, sekarang aku sudah punya Dewi, kita
akhiri hubungan ini dengan baik-baik!”
“TEGAR. Ibu enggak pernah mengajarkan kamu menyakiti
perempuan, tapi ibu bersyukur Erika enggak nikah sama kamu, sebab Erika terlalu
baik. Kamu memang anak ibu, tapi ibu kecewa sama kamu...!” jelas ibu memilih
masuk ke dalam kamar, sedangkan aku memilih untuk pulang.
Lalu apa arti menunggu? Perempuan memang bisa menunggu lama,
tapi apa laki-laki bisa memberikan kepastian jika perempuannya tidak di
sia-siakan? Aku hanya minta tolong jangan berjanji jika tidak sanggup menepati,
sebab laki-laki yang dipercaya bukti bukan janji.
Judul : Apa Arti Menunggu?
Penulis : lianasari993
Titimangsa : Malang 24 Juni 2022
Post a Comment for "Tolong Katakan Padaku, Apa Arti Menunggu?"