Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Pendekatan Dululah, Cerita Awal Pertemuan

Kisah Cinta Di SMA Terbaru

 

Cerlians - Sinar mentari telah menampilkan kehangatan lewat pancarannya, ikut andil dalam melaksanakan upacara bendera hari senin, begitu juga embusan angin seakan mengalun gemulai mengikuti setiap arahan.

Kala itu, Fani terfokus menatap ke depan ketika bendera akan segera dikibarkan, pada sebuah tiang besi yang selalu berdiri kokoh. Entah mengapa pandangan mata seperti melihat kunang-kunang berterbangan, bahkan sulit sekali melihat dengan jelas.

Untuk bisa kembali fokus mengikuti upacara, mengedipkan mata berkali-kali, agar tidak terlalu pusing. Namun itu bukan solusi sebab pandangan sudah mulai kabur sedikit menghitam. Dengan berdiri tegak, tangan hormat pada bendera yang sedang dinaikkan, bersama iringan lagu Indonesia Raya.

“Kenapa makin kabur?” gumam Fani mengecilkan kelopak mata lebih tajam, sedangkan dalam benak terasa kacau.

“Lo kenapa?” Silfy yang berdiri di sebelah Fani sedikit menengok ke samping kiri, “Lo sakit?”

“Kepala gue agak pusing” bisik Fani hanya menggerakkan bola mata pada obrolan tersebut.

“Mending Lo ke belakang, bilang aja lagi enggak enak badan!” Saran Silfy mengetahui wajah temannya sudah mulai pucat.

“Bentar lagi juga selesai, udah lihat ke depan dari pada ketahuan bisa-bisa dimarahi guru!”

“Yakin Lo, Fan?” Silfy tidak percaya begitu saja ucapan Fani mengenai keadaannya, karena beberapa kali kurang fokus dengan mengedipkan mata.

“Yakin” belum juga kering perkataan Fani sudah terlanjur terjatuh dari posisi baris berdasarkan urutan kelas, seketika beberapa siswa-siswi langsung melihat keadaannya telah pingsan.

“Fani.... Fani....” berkali-kali Silfy memanggil nama tersebut, namun malah tidak digubris sama sekali, melainkan kelopak mata tertutup rapat.

Diangkatlah tubuh Fani oleh cowok yang sedari tadi berdiri di sebelahnya, dengan langkah sedikit berlari menuju ruang UKS yang letaknya bersebelahan dengan ruang bimbingan konseling alias BK.

Meski dalam keadaan sedang pingsan, masih saja terasa bahwa tubuh sedang bergerak sambil dibopong, hanya saja sulit sekali untuk mengendalikan tubuh supaya bergerak atau membuka mata. Dalam sekejap semua seakan telah hilang begitu saja dalam hitungan menit, kini terasa menghitam.

Dapat terasakan kehangatan memeluk tubuh dari belakang punggung, bahkan tangan berukuran besar melingkar erat pada bahu tangan milik Fani, detak jantungnya bisa dirasakan oleh telinga yang menempel mendekat.

Cowok tersebut meletakkan pada tempat yang telah disediakan dalam UKS, dicari segera minyak kayu putih dari dalam lemari kaca yang terletak di sudut dekat meja. Ditutup kembali pintu lemari pada posisi semula, kini aroma minyak putih telah mengarah pada hidung.

Belum juga tersadar dari posisi terbaring, sebelumnya cowok tersebut telah menutup tubuh bagian bawah menggunakan selimut yang telah disediakan, sebab mengenakan rok pendek di atas lutut. Sedangkan sepatu sudah terlepas sejak awal meletakkan tubuh Fani.

Memang ruang UKS sedang sepi, bisa dibilang memang selalu sepi tanpa ada penjaga, sebab anggota OSIS sekaligus merangkap jadi penjaga UKS sedang melakukan tugas sebagai pembawa bendera. Sedangkan Silfy teman satu kelas Fani mempercayai kalau cowok tersebut bisa jaga temannya.

Cerita Di Balik UKS

Samar-samar embusan angin masih bisa terasakan kesejukannya, sebab pintu dan jendela terbuka lebar untuk menjaga sirkulasi udara di dalam ruang UKS. Dilihat keberadaan Fani sedang terdiam tidak kunjung sadar, diletakkan sedikit minyak kayu putih pada ujung jari untuk dioleskan, pada posisi letak yang sering kali membantu cepat sadar.

Butuh waktu lima menit akhirnya sadar juga meski sedikit pandangan harus melihat dengan kabur, apalagi pada kedua belah mata terasa hangat oleh hasil peletakan minyak kayu putih. Mengatur nafas agar membantu tubuh cepat sadar, tanpa heran jika keberadaannya sudah berada di UKS.

“Gimana, udah mendingan?” cowok itu beranjak dari tempat duduk yang ada dekat tempat tidur.

“Udah....”

Ketika ingin beranjak dari posisi tidur, “Pelan-pelan, Lo habis pingsan!”

“Iya”

Diberikan satu gelas air mineral yang sudah disediakan pada ruangan, “Minum dulu, kalau kurang gue ambilin lagi!”

“Enggak usah, ini udah cukup”

“Barusan Silfy telepon, bentar lagi dia ke sini!” jelasnya mendengar suara langkah kaki berjalan menuju ruang UKS.

“Romi, makasih udah mau antar teman gue. Sekarang Lo bisa balik ke kelas, biar gue yang jaga Fani!” jelas Silfy meletakkan teh hangat pada meja.

“Iya, gue masuk kelas dulu kalau gitu!”

Silfy melihat kepergian cowok tersebut meninggalkan ruangan, “Gimana udah baikkan? Minum lagi nih tehnya mumpung masih hangat....”

“Makasih” sejenak Fani baru teringat, “Gue belum bilang makasih sama dia, udah bantu gue!”

“Itu mah gampang, sekarang Lo istirahat lagi...” dikeluarkan ponsel dari saku seragam atas, “Barusan gue udah izin temani Lo di sini”

“Kalau Lo mau masuk kelas enggak pa-pa, biar gue di sini sendirian!”

“Enggaklah. Gue juga lagi malas ikut pelajaran, jadi mending gue di sini.....”

“Itu mah akal-akalan Lo....” diletakkan teh hangat kembali pada meja sebelahnya, “Bukannya siapa itu....?”

“Romi?”

“Iya. Sepupu Lo ya?”

“Iya, sepupu gue. Heran banget kenapa pas Lo pingsan semua cuma lihat doang, apalagi cowok-cowok di kelas kita, Romi malah langsung bopong Lo ke UKS. Atau jangan-jangan......”

“Jangan-jangan kenapa?” potong Fani bingung dengan perkataan yang belum selesai diucapkan Silfy.

“Jangan-jangan dia naksir sama Lo....”

“Ha? Enggak mungkinlah....”

“Mungkin aja, Fan. Romi kan sering lewat depan kelas kita....”

“Silfy. Lo sadar enggak, kelas kita dekat kantin, udah pasti dia bakal lewat depan kelas.” Jawab Fani beranggapan begitu, memang apa yang dikatakan itu benar, tidak perlu heran banyak cowok lalu lalang sambil melihat ke arah ruang kelas.

Kantin, Awal Perkenalkan Dimulai!

Jam istirahat belum juga berbunyi. Fani dan Silfy telah berada di kantin lebih awal, setelah memutuskan untuk keluar dari ruang UKS. Memang hanya ada beberapa cowok sudah keluar kelas lebih dulu, tetapi hanya anak-anak yang terkenal suka keluar tanpa izin guru.

“Pesanannya lama banget sih!” celetuk Silfy melihat arah penjual yang sedang menyiapkan pesanan.

“Sabar, kita baru datang”

“Gue dari tadi udah lapar, mana pas tadi penutupan upacara enggak bubar-bubar....” dilihat penjual berjalan menghampiri, “Akhirnya datang juga pesanan gue...”

Sesaat kemudian datanglah Romi menghampiri sambil membawa mangkuk mie ayam dengan jus jeruk, “Boleh gabung?”

“Boleh” Fani menjawab dengan sambutan hangat diikuti tersenyum, “Maksih udah tolong gue tadi!”

“Sama-sama”

Fani hanya mendengar obrolan antara Romi dan Silfy, daripada ikut bergabung dalam pembicaraan yang sedang berlangsung di antara mereka. Rasa pusing pada kepala masih bisa terasakan, walaupun tadi sudah cukup lama istirahat.

“Masih pusing?” ucapan itu keluar dari mulut Romi yang melihat Fani sedang memegang kepala sebelah kiri.

“Dikit”

“Balik ke UKS lagi aja!” saran Silfy tersenyum dengan penawaran yang akan menguntungkan untuk dirinya juga.

“Itu mah mau Lo. Bentar lagi ada ulangan bahasa Indonesia, masa enggak ikutan!”

“Fani, gue boleh enggak minta nomor Lo” ucap Romi mengarahkan ponsel ke arah Fani.

“Akhirnya minta sendiri kan. Romi dari bulan lalu minta nomor Lo ke gue, tapi enggak gue kasih, biar minta langsung ke orangnya....” serobot Silfy tersenyum melihat wajah Romi dan Fani secara bergantian.

“Fy, jangan malu-maluin gue Lo” kata Romi mengalihkan pandangan ketika mata Fani melihat ke arahnya.

“Ngapain malu sih, Fani aja santai gitu!”

Diambil ponsel yang tergeletak di meja depannya, diketik beberapa angka pada layar ponsel, “Ini....”

Romi menerima ponsel dari tangan Fani yang mengarah padanya, “Makasih, Fan. Gue boleh kan chat Lo...!”

“Iya”

“Ada yang lagi pdkt nih.....” Silfy tanpa ragu berkata begitu, membuat Romi hanya melotot mengarah padanya, “pdkt dulu baru jadian”

Begitulah Silfy, meski kadang mulutnya sulit dijaga, namun selalu berkata jujur dan akan terus mendukung. Fani yang sedari tadi jarang berbicara hanya bisa tersenyum melihat sikap temannya yang satu ini, sedangkan Romi hanya bisa malu ketika disituasi begini.

Judul : Pendekatan Dululah

Penulis : lianasari993

Titimangsa : Malang 24 Agustus 2022

lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Pendekatan Dululah, Cerita Awal Pertemuan "