Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Waktu Untuk Bersama, Apa Ini Awal Dari Perasaan Itu?

Cerita Cinta Baru Dimulai, Awas Baper!

 

Cerlians - Cahaya mentari pagi masih enggan untuk memberi kehangatan, rasa dingin dalam perjalanan menuju sekolah masih bisa terasakan, duduk pada teras depan kelas yang menghadap sorot cahaya.

Sebuah bangku panjang dengan senderan terbuat dari kayu, terletak tepat pada dinding luar kelas, sedangkan pintu telah terbuka lebar sejak awal datang. Amatan netra melihat sekeliling perlahan mulai ramai kedatangan siswa-siswi, terdengar juga obrolan saling bersahutan.

Hampir tiap hari, Mika selalu melakukan hal yang sama. Duduk bersantai sembari menunggu bel berbunyi, bahkan kebiasaannya ini membuatnya bisa bertemu seseorang, yang secara diam sedang diamati. Mungkin, karena untuk menuju kelasnya harus melewati kelas ini, Mika jadi lebih sering bertemu tanpa menegur.

Dilihat jarum jam masih belum menentukan kehadirannya, sampai sebegitu mengetahui setiap kali keberangkatan menuju sekolah. Ingin sekali untuk menegur, namun semua itu hanya angan-angan yang tidak pernah tersampaikan, sebab ada batas harus diurungkan.

Cowok itu, beda satu tingkat lebih tinggi dari Mika. Ya, kakak kelas! Mungkin itulah alasan sebenarnya, mengapa harus banyak berpikir panjang agar tidak berdampak buruk juga menimbulkan masalah, walau begitu Mika tahu dirinya hanya adik kelas.

Lalu-lalang melewati sudah tidak terhiraukan, kini sibuk dalam benak yang kacau balau. Terasa sangat rumit untuk terucapkan, hingga bingung ingin memperlihatkan ekspresi bagaimana!

Yang jelas, cukup mengagumi setiap pertemuan adalah hal paling mudah untuk dilakukan. Lalu untuk apa dipersulit! Lagi pula selagi masih bisa melihat setiap saat, dengan sedikit memberi jarak akan lebih baik.

Kadang, mengagumi seseorang tidak harus diperlihatkan maupun memberitahu pada orang lain, cukup simpan dengan rapi. Seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya, kehadirannya kini sudah menghampiri dengan langkah kaki sedikit pelan.

Coba dengarkan apa yang sedang terjadi, mengenai detak jantung yang perlahan mulai meninggi, sedikit memalingkan pandangan hanya sebagai pereda. Tetapi ketika langkah itu tepat di depan mata sangat sulit untuk memalingkan lagi, dan betapa terpatung tubuh ini dalam hitungan menit.

Berhasil indra penciuman mengendus aroma parfum yang sedang dikenakan, cukup segar dan menenangkan jika lama-lama akan menghilang. Padahal langkah kaki itu sudah menjauh tapi aroma parfum tetap tertinggal, serasa Mika terhipnotis dengan segala hal tentangnya, hingga bisa tahu keberadaan tanpa melihat.

“Aduh” gumam Mika ketika mendapat lemparan bola kertas mengenai pipi sebelah kiri, dilihat dari mana arah itu berasal.

“Pagi-pagi bengong, masuk kelas sana!” Putri berjalan memasuki kelas sambil membetulkan posisi selempang tas yang akan lepas.

“Enggak bosan tiap hari di situ terus?” tambah Putri meletakkan tas pada pengait dekat meja, lalu duduk di kursi miliknya yang bersebelahan dengan tempat duduk Mika.

“Enggak” Mika duduk di kursi miliknya dengan posisi tubuh berhadapan dengan Putri menyamping.

Ruang kelas kembali sunyi, bahkan belum satupun yang datang memasuki kelas, lebih tempatnya bisa dikatakan masih pagi. Papan tulis masih menampilkan pemandangan yang sama, penuh coretan tinta hitam bekas pelajaran kemarin, belum juga ada siswa piket datang lebih awal.

Teras Sekolah

Ketika itu Mika akan membuang bekas bungkus permen pada tempat sampah yang dekat wastafel, “mana bungkus permennya, sekalian gue buangin!”

“Sekalian rautin pensil gue!” kata putri menyerahkan dua pensil masih baru.

Mika mengulurkan tangan kanan, lalu berjalan keluar kelas yang perlahan sudah ada siswa memasuki kelas meski hanya beberapa. Sudah dapat dipastikan jika ada guru piket telah menunggu di gerbang masuk, terlihat dari siswa-siswi sudah melepas jaket, karena dilarang mengenakan jaket ketika memasuki lingkungan sekolah.

Sesekali saling bertegur sapa dengan cewek-cewek baru datang, mereka menempati ruang kelas berdekatan dengan milik Mika, jadi sudah pasti kenal.

Jika mengingat sekarang hari Jumat, sudah pasti pada malas-malasan masuk sekolah, karena pelajaran hanya ada dua. Di susul Putri keluar kelas dengan langkah kaki cepat mengagetkan dari belakang.

“Wohoo...”

“Kaget gue...”

Putri tertawa terbahak-bahak, “Pulang sekolah jalan-jalan yuk, bosan gue pulang ke rumah lebih awal!”

“Ayo, ke mana?” Mika usai meraut pensil langsung diberikan kembali pada yang punya.

“Nonton atau nongkrong?” setiap keluar berdua Putri selalu menanyakan pilihan itu.

“Gue mah terserah Lo, Put!”

“Nonton aja kali ya.....”

“Ayo” suara kran air mengalir pada tangan milik Mika hingga dirasa sudah cukup bersih.

“Gue enggak diajak nih?” ketika itu suara cowok terdengar jelas di belakang Mika yang berdiri berhadapan dengan Putri.

“Eh, kak Adim” ucap Putri membuat Mika langsung melihat ke belakang sebab nama itu tidak asing didengar.

“Hai, mau nonton film apa kalian?”

“Mm, film yang lagi ramai di Instagram. Kak Adim mau ikut nonton bareng kita?”

“Boleh, gue ajak teman gue, biar makin rame....”

“Makin banyak makin seru...” tambah Putri tersenyum senang, lain dengan Mika yang memilih untuk menyimak obrolan mereka berdua.

“Beli lewat online apa langsung?”

“Langsung aja kak, biar Mika yang urus!”

“Ha....” Mika yang sebelumnya memilih diam tiba-tiba disebut dalam obrolan, jelas membuatnya bingung sebab berdiri di samping orang yang dikagumi sudah bikin deg-degan.

“Nanti gue kabari” jelas Adim berjalan menuju kelas yang berjarak tidak jauh dari tempat ini, bahkan sebelum itu sempat memberikan senyuman ketika ingin berlalu.

Bioskop, Film Indonesia!

Mika dan Putri telah duduk santai pada kursi tunggu dekat dinding bagian dalam ruang bioskop, sembari memainkan ponsel sesekali melihat kehadiran orang-orang mulai berdatangan, tampak Putri sedang menikmati layar ponsel begitu serius dengan mengetikkan beberapa kata.

Seperti janji tadi pagi, kini tinggal menunggu kehadiran Adim dan teman-temannya yang tidak kunjung datang. Bahkan pesan yang dikirimkan hanya dibaca tanpa ada balasan, memang belum memesan tiket sejak tadi, karena belum tahu siapa saja yang ikutan.

“Lama banget mereka datang” gumam Putri mencoba menghubungi lewat panggilan sebab dua puluh menit lagi akan segera dimulai.

“Mungkin masih di jalan”

Selang beberapa menit kemudian, terlihat Adim memasuki pintu yang berasal dari kaca tebal nan tinggi, ketika itu memang pandangan Mika menunggu kehadirannya.

“Putri, Mika...” panggil Adim menghampiri bersama temannya.

Yang menjadi pertanyaan dari mana tahu nama mika, “Kok tau nama gue?”

“Kak Adim sering lihat Lo kalo ke rumah, terus tanya siapa nama Lo, ya gue kasih tau!”

“Oh, pantas...”

“Gue telat, enggak ada yang mau ikut, cuma Halim yang bisa. Sudah pesan tiket?”

“Belumlah, nunggu kalian” jawab Putri beranjak begitu juga Mika yang hanya melihat.

Tanpa berkata Mika berjalan menuju tempat pembelian tiket, meski harus menunggu antrian. Putri, Adim dan Halim sudah duduk di tempat sebelumnya.

Mereka sedang berbicara hingga saling tertawa terbahak-bahak, hanya saja tidak ada yang bisa didengarkan, sebab sekeliling begitu ramai. Putri memang tipe cewek yang mudah berbaur dengan siapa saja, apalagi sama teman-teman Adim, meski itu kakak kelas.

“Terima kasih” ucap Mika menerima empat tiket, namun ketika ingin berbalik badan hampir menabrak Adim yang telah berdiri di belakangnya.

“Kaget ya?”

“Iya kak...” ucap Mika tersenyum kecil, “Ini tiketnya!”

“Makasih. Barusan Putri bilang, katanya suruh beli popcorn, dia mau ke toilet dulu!”

“Iya kak”

Adim berjalan mengikuti langkah kaki Mika yang sudah berdiri memesan popcorn sama minuman. Meski lewat ujung mata dapat melihat keberadaan Adim bersejajar dengannya, mungkin ingin membantu membawakan, itu yang sedang menjadi jawaban dalam benak.

Terdengar informasi bahwa ruang telah dibuka, semua yang akan menonton film berjalan menuju tempat yang sudah diberitahukan. Putri yang tadinya ke kamar mandi telah kembali sambil membawa popcorn dan minuman.

Tempat Nongkrong Kekinian Terbaru

Nonton bioskop telah usai, kini mereka berempat bergegas menuju sebuah tempat nongkrong kekinian yang terletak lumayan jauh dari bioskop, sebab tempat itu dekat hutan buatan yang sengaja dipakai untuk nongkrong. Memang bisa dikatakan masih baru, karena berdiri kurang lebih tiga bulan, dapat dibayangkan akan ramai.

Sejak awal berangkat memang Putri dan Mika berboncengan sepeda, untuk kali ini Mika menggantikan membonceng, karena Putri sudah pas berangkat. Adim dan Halim sengaja mengikuti dari belakang, entah apa yang sedang mereka obrolan sejak awal naik sepeda, sama-sama terdengar hanya suara tawa.

Seperti pendapat sebelumnya, bahwa tempat nongkrong ini memang ramai kumpulan anak-anak muda yang sedang menikmati waktu santai dengan teman-teman atau pasangan mereka, walau didominasi cowok-cowok.

“Duduk di luar apa di dalam?” Adim memasukkan kunci sepeda motor pada saku jaket parasit berwarna hitam.

“Tanya mereka berdua aja, gue ngikut!” jawab Halim melihat arah Putri dan Mika juga sudah turun dari kendaraan.

“Di dalam aja, udah malam, dingin juga. Lo setuju enggak?” Putri menjawab sambil meminta persetujuan dari Mika yang berdiri di sampingnya.

“Gue ngikut...”

“Berarti di dalam...” Putri masuk lebih dahulu dengan Mika, diikuti Adim dan Halim berjalan di belakangnya.

Terdapat meja kosong yang berada pada barisan kiri pojok, namun tetap diapit dua meja di sebelahnya. Itulah tempat yang sesuai untuk mereka menikmati, apalagi dinding yang berasal dari kaca dapat melihat area luar.

Datanglah pelayan cowok menghampiri sambil membawa buku menu, kertas pesanan dan bolpoin. “Silahkan ditulis pesanannya!”

“Ini, kak!” kata Putri telah menulis pesanan kita berempat.

Kini duduk berdekatan dengan cowok yang selama ini dikagumi sangat mendebarkan bagi Mika, terlebih harus duduk berhadapan begini, namun Mika hanya bisa menyimak obrolan mereka sambil ikut tertawa.

Judul : Waktu Untuk Bersama

Penulis : lianasari993

Titimangsa : Malang 13 September 2022

lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Waktu Untuk Bersama, Apa Ini Awal Dari Perasaan Itu?"