Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Mencintai Kekasih Teman, Maaf Aku Salah!

Cerpen Remaja Mencintai Tapi Tidak Memiliki, Bikin Greget!

 

Cerlians -  Angkasa sedang membuat pertunjukan, bagaimana gumpalan awan tengah berjalan perlahan, menciptakan kombinasi antara dua warna putih dan transparan. Seakan berkata kalau hari ini akan tetap cerah hingga nanti malam, bahkan mentari sejak tadi pagi tersenyum merekah, mengatakan semua penduduk bumi akan bahagia. Walau hanya dalam hal kecil, tetaplah bertahan begitu, meski kejutan sering datang dengan kebetulan.

Teras kelas tampak ramai lalu lalang, pada koridor arah menuju segala tujuan, terutama untuk melepas rasa lapar usai pelajaran. Setiap depan kelas memang terdapat taman kecil dengan berbagai jenis dedaunan, meski sedikit bunga mekar pada pagi ini, warna kuning cukup mendominasi.

Pintu bergaya kupu-kupu terbuka setengah setiap saat, sebagai lalu lalang, namun kini tampak sepi. Semenjak bel istirahat berbunyi dua belas menit lalu, cukup berantakan bukan, ruang kelas dengan meja kursi tidak lagi rapi. Bahkan alat tulis dan buku tetap tergeletak sembarang.

Yuna hanya berdiam diri di kelas, entah mengapa hari ini terasa malas ikut ke kantin, hanya sekedar menitip makanan yang sering dipesan. Tarik-ulur layar ponsel sedari tadi, berganti aplikasi satu ke yang lain, terasa membosankan. Namun netra terus tertuju pada layar itu, walaupun tidak ada yang dicari, melainkan hanya mengusir hawa sepi di ruang kelas.

Suara ketukan pintu seraya langkah kaki memasuki, mengambil alih pandangan untuk melihat sejenak, bersamaan sapaan akrab dibalas senyuman. Hanya saja, ada sesuatu berbeda dari biasanya, mengapa tiba-tiba duduk bersebelahan?

Itu yang sedang dipertanyakan dalam benak Yuna kali ini. Walaupun satu kelas hanya sekedar bersebelahan tempat duduk, sesekali ngobrol dengannya. Malah kini saling mendiam, membeku tanpa tahu siapa yang akan memulai obrolan.

“Na!...” akhirnya ada juga yang mulai, bahkan melihat wajah.

Sudah pasti Yuna akan menoleh ke sebelah kanan sebab namanya dipanggil, “...”

“Aku tahu selama ini, kamu ada rasa sama aku kan? Aku juga ada rasa buat kamu...”

“Bukannya kamu sudah pacaran sama Aurell?” pertanyaan itu membuat Gerry langsung tertunduk, bahwa ucapan Yuna benar.

“Tapi aku juga punya perasaan buat kamu” Gerry mengatakan kembali dengan sangat serius, meski biasanya sering sekali bikin humor di dalam kelas.

“Aku tahu, aku juga suka sama kamu. Tapi Aurell teman kita juga.....” belum usai menjelaskan Gerry menatap mata Yuna dengan tenang, seakan sedang mengatakan bahwa akan baik-baik saja.

“Yuna. Kamu mau kan pacaran sama aku?”

“Tapi.....?” entah mengapa ucapan dan hati berkata berbeda, Yuna memang suka dengan Gerry, hanya saja itu tidak mungkin terjadi.

“Urusan Aurell, biar aku yang tanggung jawab. Kita jalani hubungan ini diam-diam, aku tahu ini memang enggak baik. Jangan ada siapapun yang tahu tentang hubungan kita....” jelas Gerry meyakinkan untuk menutupi hubungan ini tanpa tahu akan kejelasannya.

“Kalau Aurell marah gimana? Kalau kamu disuruh memilih antara aku dan dia, kamu pilih yang mana?” pertanyaan dari Yuna sedikit menyudutkan posisinya, tapi ini harus dibahas lebih dulu untuk hubungan ini.

“Kita jalani hubungan ini, kamu enggak perlu memikirkan hal lain” dari luar terdengar beberapa suara cewek mendekati kelas, “Na, kita bahas ini nanti!”

Yuna hanya terdiam melihat kepergian Gerry yang belum memberikan jawaban atas pertanyaannya, apalagi Aurell dan yang lain sudah berjalan memasuki kelas.

“Yuna, ini pesananmu!” Aurell meletakkan wadah putih beserta jus mangga, seraya duduk bersebelahan.

“Makasih ya!”

“Nanti pulang sekolah duluan saja, aku mau jalan sama Gerry” membuka bungkus makanan, bahkan kepulan asap samar-samar terlihat menggoda untuk segera menyantapnya dengan nikmat.

Setiap kali mendengar Aurell dan Gerry jalan berdua, ada rasa cemburu yang tidak bisa diucapkan. Mengapa harus merasakan hal ini, terasa sakit jika harus mencintai kekasih orang. Kenapa harus ada perasaan aneh, hingga tidak bisa melarang mencinta pada siapa, kadang mencintai dalam diam sangat menyakitkan. Tapi semua tidak bisa dibilang salah, menghapus perasaan bukanlah hal mudah, sulit sekali untuk berpaling.

Sederhana, Apa Ini Memang Cinta?

Betapa sakit mendengar alasannya, mengenai mencintai seseorang yang telah menjadi bagian dari kedekatan pertemanan. Bukan mengenai cinta bertepuk sebelah tangan, melainkan rasa cinta pada kekasih teman, apa itu salah?

Jika memang benar, mengapa rasa ini bisa diketahui keberadaannya. Walau Yuna tidak mampu mengubur dalam-dalam, nyatanya semua sangat menyakitkan, memendam perasaan sendirian. Bagaimana bisa mampu melupa dalam waktu sebentar, terlebih perasaan Yuna telah ada jauh sebelum Aurell dan Gerry dekat.

 Seiring berjalan waktu menuju melupa, hanya diri sendiri yang terus merasa betapa sakitnya hati. Mengapa perasaan cinta muncul pada orang yang salah, tidak ada kemampuan untuk menahan rasa pedih. Tolong, katakan bahwa perasaan cinta tidak seharusnya ada.

“Na, pinjam penghapusnya dong!...” ucap Gerry sedang mengerjakan soal matematika, memang sejak awal masuk sekolah jarang sekali membawa alat tulis lengkap.

“....” tangan kanan Yuna meletakkan pada meja milik Gerry tanpa berbicara, bahkan Aurell terlihat biasa saja jika melihat Gerry sering meminjam begitu.

Yuna melihat Aurell beranjak dari tempat duduk sebelah, “Mau ke mana?”

“Kebelet pipis....”ucap Aurell sambil berlari, begitulah dirinya sering sekali begitu, bahkan didengar cowok-cowok di kelas sangat santai.

Sengaja Yuna melirik untuk melihat ekspresi Gerry, seperti tersenyum bahagia melihat senyuman Aurell meski hanya sesaat. Sebenarnya maksud dari pernyataan tadi apa? Apa Gerry hanya mempermainkan perasaannya?

Sungguh jika itu terjadi, bukankah itu sangat keterlaluan. Tidak sepantasnya hati dipermainkan, sungguh jika itu suatu kegilaan. Namun, mengapa Yuna selalu saja dilanda bimbang dan seakan dibutakan oleh cinta.

“Rumus nomor delapan apa, sekalian sama jawabannya kalau bisa?” pertanyaan itu jelas bikin kaget, sebab Gerry sudah berdiri di sebelah kanan Yuna.

“Bilang saja mau nyontek, pakai segala tanya rumus!...” celetuk Yuna seperti biasa, namun ekspresi Gerry selalu tersenyum lebar.

Sedikit kepala mendekat pada telinga, agar tidak ada siapapun yang mendengar apa ucapannya kali ini, “Enggak bakal ada yang tahu kok!.”

“Nih, buruan salin!....” usir Yuna mengurangi rasa gugup yang sedang melanda dirinya kini.

Aurell memasuki ruang kelas sembari menghela nafas, “Jangan terus-terusan nyontek, bulan depan ada ujian kalau enggak bisa jawab gimana?”

“Ya panggil kamulah”

“Ujian pakai komputer, soalnya acak, aku enggak bisa bantulah. Pokoknya mulai sekarang rajin belajar, jangan main hp terus....”

“iya. Habis jalan nanti kita belajar bareng di rumahku..” melihat Aurell berjalan menuju tempat duduk di sampingnya yang sebelumnya telah kosong.

“Itu baru namanya pacarku...” puji Aurell tersenyum manis hingga membuat fokus Gerry enggan berpaling darinya, bahkan tidak lagi melanjutkan mencontek jawaban milik Yuna.

Cemburu, Tapi Aku Sadar Diri!

Cemburu, tapi tidak mampu untuk marah. Berdosa telah menyepakati untuk saling menyembunyikan, hubungan antara dua insan yang sulit mengambil keputusan. Kasih Yuna begitu tulus hingga rela membagi cinta, sulit memang. Namun itu juga salah!

Andai perasaan itu tidak pernah ada, mungkin luka bisa dihindarkan. Sesungguhnya merasa takut kehilangan, masih ragu untuk mengatakan yang sebenarnya pada Aurell, bahwa rasa ini sudah ada. Sabar, sabar dan sabar. Mengapa harus merasa kerisauan atas putusan, walau kesepakatan bersama.

Gerry tampak lebih tenang, seakan tidak terjadi apa-apa, bersikap manis di depan Aurell. Sedangkan Yuna hanya memperhatikan dengan rasa sakit, atas apa yang dilihatnya kini.

Demi menjaga rasa cemburu, sudah sepantasnya untuk segera beranjak keluar kelas, meski hanya sesaat mencari ketenangan. Tanpa berbicara Yuna telah berada di dekat anak tangga, menuruni dengan langkah kaki pelan sambil bergumam tidak jelas, untung saja sekeliling sedang sepi.

“Aku bingung” tanpa sadar suara itu keluar dari obrolan di otaknya, “Untung lagi sepi...”

Duduklah pada anak tangga nomor dua dari bawah, melihat arah lapangan olahraga. Terdapat para siswa sedang berlari pemanasan, sedangkan guru olahraga hanya berdiri tidak jauh dari mereka.

Yuna terus menatap ke arah sana, berharap bisa sedikit meringankan risau dalam hati, tentang menerima putusan untuk menjalin hubungan dengan Gerry. Walau tahu apa yang dilakukan itu adalah kesalahan, namun hati selalu mengatakan untuk mencoba. Sungguh Yuna bingung harus apa, tetap dengan pilihan itu atau menolak?

Judul : Mencintai Kekasih Teman

Penulis : lianasari993

Titimangsa : Malang 18 Desember 2022

lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Mencintai Kekasih Teman, Maaf Aku Salah!"