Cerpen Horor Misteri Kran air di Kamar Mandi
Cerpen Horor Misteri Kamar Mandi Terbaru
Kendaraan roda dua berhenti pada pelataran rumah, aku mencabut kunci motor seraya memasukkan pada tas selempang bagian depan. Masih tetap duduk di atas motor sambil menunggu seseorang datang membuka pintu, selang dua menit pintu dibuka lebar.
“Hai, Vin!” tegurku turun dari motor berjalan menghampiri, sambil berjabatan tangan sebelum dipersilakan masuk ke dalam rumah.
“Sudah lama di depan?” tanya Vina mempersilahkan duduk dan menarik kursi lebih dekat agar bisa meletakkan kaki pada bagian penyangga bawah meja.
“Enggak, baru sampai kok!” jawabku melihat sekeliling yang tampak sepi tidak ada siapapun di dalam rumah, “Orang tua elo mana?”
“Sudah pergi tadi pagi, sekarang gue sendirian di rumah. Elo jadi kan nginap di rumah gue, elo tahu sendiri kalau gue ini penakut banget....”
“Noh....” ucapku menunjuk tas ransel yang ada di sebelah kaki, “Awalnya gue enggak dibolehin sama orang tua gue, tapi pas gue bilang buat temani elo dua hari, jadi boleh deh”
Vina memeluk tubuh begitu erat, “Makasih, elo sahabat terbaik gue”
Aku teriak seraya mencari udara, “Lepas pelukan elo, gue enggak bisa nafas nih!”
“Ya maaf” kata Vina kembali duduk, “Kan kita berdua enggak bisa masak nih, beli online saja apa gimana?”
“Beli online saja. Gue trauma makan nasi goreng elo, rasanya aneh.... sudah asin campur manis ada pedasnya, rasanya enggak jelas kebanyakan minyak” jawabku beranjak dari tempat duduk berjalan ke arah kamar Vina yang berada di sebelah kamar mandi.
Vina tertawa terbahak-bahak sebab tahu kalau nasi goreng bikinannya enggak enak, “Tas elo bawa ke kamar...”
“Bawain....” teriakku sudah berada di dalam kamar, seraya duduk pada ranjang sudut.
***
Hamparan gelap mendominasi, tidak ada cahaya rembulan datang. Suara obrolan pada televisi telah ramai sejak tadi, tontonan film horor sudah dimulai sejak dua puluh menit lalu. Amatan netra selalu melihat arah pintu, menanti makanan online belum juga kunjung datang kemari.
Sebenarnya aku sudah menonton film horor ini, hanya saja Vina meminta untuk mengulangi kembali dengan alasan penasaran. Padahal dari tadi sering menyembunyikan wajah di balik selimut bermotif kotak-kotak coklat, sambil berselonjor santai di karpet.
“Lama banget sih, Vin. Gue sudah lapar dari tadi, coba elo tanya lagi orangnya ada di mana?” kataku meneguk segelas susu hangat yang tadi dibuatkan Vina.
“Masih nunggu, soalnya lagi ramai. Elo tahu sendiri sekarang hari minggu, pasti bakal lambat datangnya, sabar dikit kek...” jelas Vina melirik jarum jam yang ada pada dinding sebelah kiri, dekat foto keluarganya.
“Lagian elo sih. Beli makan kebanyakan mikir diskon, beda dikit sama warung sebelahnya tapi cepat sampainya...” aku menggerutu, tidak lagi selera melihat film horor itu.
Beranjaklah Vina dari duduk nyamannya, “Gue beli camilan dulu di minimarket depan”
Kini tubuh Vina telah hilang oleh suara pintu terbuka kembali. Letak minimarket berada di gang depan, hanya saja Vina pergi dengan jalan kaki tidak mengendarai sepeda motor. Kembali aku memfokuskan perhatian pada layar kaca depan mata, melihat film horor sendirian.
Tiba-tiba perhatianku beralih pada suara kran air dari arah kamar mandi, padahal sejak tadi tidak terdengar. Aku beranjak ingin mematikan kran dengan perasaan was-was, hanya sekeliling terasa lebih sunyi nan senyap.
Langkah kaki berjalan penuh ragu, namun ketika sampai di depan pintu kamar mandi suara itu hilang, aku mencoba membuka pintu tersebut. Tetapi malah kram mati, aku masih berpikir sambil terheran-heran. Lalu kembali duduk ke tempat semula, mencoba menghubungi Vina, ternyata ponselnya malah ditinggal.
“Kurang ajar, tahu gitu gue ikutan” omelku sebal, “Vin, cepat pulang... gue takut sendirian....”
Suara musik horor semakin menjadi-jadi, seakan menggema pada seluruh sudut rumah. Menusuk perasaan penuh ketakutan, mata terus mengamati tanpa henti. Tubuh mulai merinding dengan detak jantung yang berdebar kencang.
Cemas, berharap ada seseorang yang datang untuk mengusir rasa kurang nyaman ini. Namun, mengapa Vina terasa begitu lama kembali, padahal letaknya tidak begitu jauh. Aku tidak bisa berpikir tenang, terasa ketakutan yang tidak berkesudahan.
Terulang lagi suara kran dari kamar mandi berbunyi, “Aah, Vin....”
Karena semakin takut aku segera beranjak dan berlari keluar rumah menuju teras depan. Tatap saja perasaan cemas masih hadir pada diriku, namun sedikit lebih lega melihat ada kendaraan bermotor datang menghampiri.
Ternyata itu Vina sedang dibonceng ojek makanan online, “Ngapain di luar?”
“Elo lama banget sih datangnya” ucapku melihat ojek makanan online pergi meninggalkan kami berdua yang sedang berada di teras rumah.
“Sorry, gue tadi beli jus bentar” Vina mempertegas pandangannya melihat wajah sahabat yang tampak pucat, “Elo sakit?”
“Elo jangan kaget ya atau marah sama gue” aku terdiam sesaat mengatur nafas sambil menenangkan diri.
“Ada apa sih?”
“Gue tadi dengan suara kran di kamar mandi bunyi, pas gue datang mau lihat ternyata enggak nyala. Terus gue balik lagi nonton film, ternyata bunyi lagi.... Vin.....” jelasku dengan perkataan hati-hati takut menyinggung.
“Oh, itu biasa. Kayaknya mau kenalan sama elo!....” jelas Vina begitu santai sambil membuka pintu rumah, “Awalnya gue juga takut, lama-lama sudah terbiasa...”
“TERBIASA...!” aku mempertegas, apanya yang terbiasa. Yang benar saja kejadian itu sudah bukan menjadi alasan Vina takut, padahal selama ini dirinya lah yang penakut daripada aku.
***
Kini suasana semakin sunyi, terfokus makan. Lain denganku yang masih belum bisa menerima penjelasan dari Vina, tentang suara kran di kamar mandi.
Vina menghentikan makannya, “Sorry, gue enggak kasih tahu elo sejak awal soal ini!”
Aku mulai memperhatikan.
“Soal kran di kamar mandi yang sewaktu-waktu bisa nyala sendiri. Dulu sebelum gue sama orang tua pindah ke sini, gue juga takut. Tapi orang tua gue enggak percaya, malah bawa gue ke dokter. Padahal gue sering banget dengar pas sendirian di rumah atau pas hari tertentu malam-malam.” Vina berhenti sejenak untuk bercerita.
“Gue minta tolong, jangan tinggalin gue sendirian di rumah, gue juga takut” pinta Vina dengan mata berkaca-kaca, “Gue minta maaf enggak jujur sama elo...”
“Mending hari ini tidur di rumah gue saja, kita beresin barang-barang yang penting. Gue enggak nyaman di ganggu kayak gini!” Ucapku mencoba memahami perasaannya, sambil membujuk untuk tidak tidur di rumah ini. Takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Vina mengangguk setuju, kami berjalan ke kamar untuk beres-beres. Tidak lupa mengunci rumah dan mematikan lampu sebelum bergegas pergi, namun saat kami ingin mengunci pintu suara kran itu berbunyi lagi.
“Ayo, Vin” aku menggandeng tangan Vina mengajak pergi, walau ada rasa enggan tampak dari wajah Vina saat ini.
Sepanjang perjalanan suara kran air seakan berada dekat di telingaku, aku mencoba fokus berkendara sambil berdoa pada Tuhan. Meminta perlindungan dari gangguan yang berniat buruk, suasana keramaian jalan sedikit mengusir rasa takut. Meski Vina masih tetap terdiam tidak menggubris setiap ucapanku.
Doa terus aku panjatkan tanpa henti, hingga perasaan tenang perlahan datang menghampiri. Namun tetap saja kejadian itu masih teringat jelas di benak dan mengusik pendengaran. Jarak semakin menjauh dari rumah milik Vina, begitu juga ketenangan lebih baik dari sebelumnya.
Namun, tidak ada lagi cerita sejak tadi. Terutama Vina seperti enggan untuk mengatakan penyebab dari permasalahan tadi, tentang kejadian aneh yang katanya sudah sering terjadi. Hanya saja tidak begitu dihiraukan, sebab orang tuanya juga tidak peduli tentang itu.
Penulis : lianasari993
Judul : Misteri Kran Air di Kamar Mandi
#cerpenhoror #ceritahoror #teror #misteri #penasaran #kaget #sosok #pengganggu #kisahseram #hening #rumahhoror #kamarmandi #cerpen #setan #arwah #cerlians #lianasari993 #novel #prosa #puisi #artikel
Post a Comment for "Cerpen Horor Misteri Kran air di Kamar Mandi"