Luka Belum Usai, Skenario Cinta, Episode 1
Cerita Romantis Terbaru
lianasari993 - Waktu terus berlalu, hari terus
berganti. Namun hati yang dulu pernah dilukai paksa belum juga kunjung reda,
dengan cepat pandangan telah berganti pada kenangan masalalu yang tidak pernah
mengenakkan, di mana kisah cinta itu dimulai.
Dulu, bisa mendapatkannya suatu hal
yang terbilang sangat menghebohkan seluruh sekolah. Mengenai sebuah kisah cinta
semasa duduk di bangku SMA, ketika itu Sara dan Riko berpacaran, walau harus
menyembunyikan ini dari orang tua.
Riko. Cowok tampan, dengan bentuk
badan idaman. Tidak akan mungkin mata menolak menatap dirinya, sifat yang mudah
akrab menjadi alasan kenapa banyak yang suka.
Kerap kali mendapatkan gelar playboy
malah suatu kebanggaan baginya, dengan cara memanfaatkan ketampanan hanya untuk
mendapat banyak cewek idaman. Salah satunya selalu melihat cewek secara fisik,
cara berfantasi sudah ada sejak lama. Entah itu kapan, yang jelas sudah
terlihat dari sorot mata.
Kala di mana pertama kali Sara bisa
merasakan jatuh cinta, merubah hari-hari menjadi lebih berwarna dari biasanya.
Hanya saja semua tidak dapat berlangsung lama, saat mendapati Riko tengah
berduaan di kelas bersama Disti, bersama keheningan waktu istirahat.
“Sudah jangan mikirin Sara, dia
enggak bakal tahu kalau kita
lagi dekat!” jelas Riko pada cewek yang sedang tersenyum padanya.
“Siapa juga yang peduli, sudah enggak
usah bahas dia lagi!...” jawab Disti begitu senang ketika tangannya digenggam.
Sinar mentari siang begitu
terik-teriknya, bahkan masih sempat menampakkan sinar di balik gorden berwarna
putih sengaja tertutup, meski tidak bisa menembus untuk mengambil alih sebagian
ruangan berukuran sedang.
Tatanan meja cukup terbilang sedikit
berantakan, usai mata pelajaran matematika dan ditinggalkan begitu saja ketika
bel istirahat berbunyi. Udara masih melakukan aktivitas keluar-masuk melalui
pintu bermodel kupu-kupu warna putih senada cat tembok.
Tampak jelas beberapa coretan ulah
kegabutan siswa kala rasa jenuh tidak bisa tertahankan, hingga fasilitas yang
lain juga ikut serta akan tingkah laku tidak bertanggungjawab. Hanya embusan
buatan pada sudut ruangan yang membantu membawa rasa gerah, juga detakan nada
jam dinding pemberi tanda.
Seketika langkah kaki terhenti pada
ambang pintu, menyaksikan pengkhianatan yang tengah berada pada pandangan,
bagaimana bisa? Bukankah selama ini Disti telah berteman dengan Sara, namun
mengapa begitu tega menikung, dalam sekejap jiwa telah terporak-poranda tanpa
tepi.
Kejadian ini akan menjadi awal di
mana cinta termulai dan akankah menjadi akhir dari cinta? Segala ketulusan
telah terkubur dalam-dalam, tidak akan bisa memaafkan pengkhianatan mereka berdua,
lalu kenapa selama ini tampak biasa? Jika akhirnya malah menyisakan luka
mendera, keutuhan cinta tidak akan bisa tersatukan kembali.
Bersama butiran bening mulai menetes
membasahi pipi, amatan netra masih memandang dalam kebisuan, menilik luka dengan
cepat menggoyahkan hingga putus asa, lalu meragukan akan hadirnya cinta.
Mengapa langkah kaki terasa berat, layaknya sedang terpatung sementara oleh
bayangan tersakiti.
***
Tidak perlu lagi tetap bertahan
menatap dalam kebisuan, karena jiwa telah terkoyak, “Riko?” panggilan itu telah
menyita waktu untuk menatap lain arah, di mana pemilik suara telah mendekat.
Bukan hanya Riko, Disti juga ikut
kaget mendapati Sara telah berada di dekatnya sambil meneteskan air mata.
Suasana kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi, hanya embusan angin siang masih
saja berlalu lalang tanpa penghalang. Bersamaan posisi duduk telah berganti,
beranjak dalam kebisuan.
Keramaian teras depan kelas begitu
gaduh, bisa dengan sekejap terbungkam oleh suasana saat ini, di mana semua
terasa menghilang tertelan bumi untuk sementara. Hanya bertiga dalam ruangan
yang sama, tetapi semua terasa begitu gerah, sesak dan sedikit sulit bergerak.
Apa hanya sekedar perasaan semata?
“Sara, kamu?.....” ucap Riko memilih
menghentikan sekejap, “Kamu sudah lama?”
Kecemasan berhasil menyudutkan posisi
Disti saat ini, tidak ada kata yang keluar dari mulut, hanya embusan nafas tidak
beraturan samar-samar terdengar cukup kacau. Bersamaan rasa bersalah ikut
mengambil alih wajah cantiknya, namun masih saja belum tertebak isi dalam
benak.
“Kalian selingkuh di belakangku,
kenapa? Aku kurang apa buat kamu? Sampai tega-teganya kamu selingkuh sama
temanku sendiri. Riko, aku cuma sebentar pergi keluar kelas, tapi malah kamu
gunakan buat dekati Disti? Dia ini teman baikku, enggak seharusnya kamu kayak
gitu.....” tatapan Sara tidak teralihkan dari wajah Riko yang memilih untuk terdiam.
“Apa kamu enggak bisa jaga
perasaanku? Selama ini aku selalu bertahan, berusaha membuat nyaman, selalu
mencintai kamu. Apa itu masih kurang cukup? Aku rela berkorban soal hubungan
kita di depan orang tuaku, tapi nyatanya kamu malah berduaan....” sebentar
membuang muka menatap sisi lain, sambil mengatur nafas.
“Riko enggak godain, kenyataan dia
lebih nyaman sama aku. Lebih baik berkaca dulu sana, mana ada cowok yang mau
pacaran sama cewek sepertimu. Enggak bakal ada yang mau, sadar diri!” terlihat
wajah muak nampak pada Disti yang sengaja menggandeng tangan Riko.
“Jelas-jelas Riko akan memilihku,
cantik, kaya dan lihat saja tubuhku ini! Siapa yang enggak tertarik coba? Sara-Sara.
Asal kamu tahu, aku selama ini berteman itu hanya untuk menarik perhatian
anak-anak, supaya aku bisa populer” hina Disti memandang rendah.
“Sara. Aku kasih tahu, jangan pernah
bilang cinta, itu hanya sekedar omong kosong. Menang siapa yang suka sama kamu?
Aku sih kasihan lihat kamu, makanya aku pacari, lagi pula aku juga enggak butuh
kamu lagi!” penjelasan itu seketika menampar jiwa yang telah tersakiti sebelumnya.
“Buukannya kamu juga mencintaiku?”
tanya Sara masih belum terima akan ucapan yang terlontar.
“Mencintaimu? Mimpi, aku itu cuma
butuh uangmu, enggak lebih dari itu. Lagi pula aku malu punya pacar kayak kamu,
Sara.” belum juga usai berkata Sara menghentikan lebih dulu.
“Sudah cukup. Kamu tega sama aku.
Kamu anggap semua ini permainan, aku selama ini sangat sayang sama kamu, tapi
yang aku dapat malah pengkhianatan.” Segera Sara berlari keluar kelas tanpa
tujuan akan menuju arah mana.
Perasaan yang telah tersimpan lama
dalam relung jiwa, layaknya terkikis oleh langkah kaki yang tidak beraturan,
menerpa embusan angin yang kencang, menghempas setiap penghalang jalan. Hanya
lari dari kenyataan yang kini tengah terbutuhkan, jangan pernah tanya bagaimana
perasaan ini sedang terjadi.
Yang jelas sangat menyakitkan, cinta
yang tulus telah dikalahkan. Rasa sesak pada dada terus mendera paksa untuk
mengambil udara, namun begitu sulit dilakukan. Karena jiwa ini sedang terluka sampai-sampai
meragukan cinta. Sebenarnya cinta itu apa?
Sementara waktu telah menunjukkan
bahwa cinta sangat menyakitkan, hanya ada keinginan untuk berhenti merasakan
cinta itu lagi, karena sesungguhnya perasaan ini telah gugur dalam medan
perang. Bila memang dengan cara itu dan semua bisa berubah dalam sekejap.
Mungkin melarang diri jatuh cinta lebih baik.
Tapi kenyataannya semua tidak semudah
yang diduga, jangan pernah bertanya bagaimana luka yang sudah tertorehkan,
untuk tahu saja tidak akan bisa terjelaskan oleh kata. Biarkan gemercik air
sakit hati tetap deras, meski mentari siang begitu terik, memancarkan cahaya
silau.
Dan telah menjadi pusat perhatian
sejak awal, memilih tidak menghiraukan itu sudah menjadi pilihan. Untuk lari
menjauh dari keramaian sedang terlaksana, tahukah bahwa apa yang sedang mereka
obrolkan. Benar, berkata layaknya tahu apa yang sebenarnya terjadi, menyebar
rangkaian kata yang tidak ada sedikitpun kebenaran.
Angkasa kini telah menjadi saksi luka
yang sedang meradang tanpa penghalang, layaknya akan mendekat untuk
mendengarkan segala keluh-kesah dan akan membinasakan bersama awan putih terus
berjalan menghiasi. Membiarkan segala rasa tercurahkan beriringan derasnya air
mata dalam keramaian.
Andai semua tahu, bukan lelah
mencintai yang kini sedang dibahas. Tapi hidup tidak berjalan dari prakiraan,
menjauh dari segala impian dan khayalan. Sedikit kisah yang telah terjadi
antara dirinya, telah menciptakan butiran ketakutan untuk kehilangan, melihat
semua kenangan lalu begitu sangat menyakitkan.
Keras kepala, telah berhasil membuat
keinginan untuk bisa memiliki, tapi sepertinya tidak akan pernah bisa terjadi.
Karena cinta telah memutuskan untuk berakhir, meski cinta yang dimiliki Sara
masih belum usai. Sering terucapkan sewaktu dulu untuk tetap setia, sementara
ada ruang yang tidak berpikir sama.
Di mana ruang milik Riko, menandakan
itu sekedar permainan semata. Dengan pengkhianatan telah menunjukkan penjelas,
bahwa luka akan tetap ada meski waktu terus berputar. Mengapa dulu menyatakan
cinta, jika dengan cepat menyalakan api dalam jiwa, setiap hari selalu
terbayang dalam benak.
👉 Episode Selanjutnya
Judul Novel : Complicated : Between Heart and Demands
Penulis : @lianasari993
#puisi #sastra #prosa #quotes #diksi #literasi #kepenulisan #cerpen #novel #artikel #lianasari993 #cerlians #kata #pengkhianatan #cinta #ikatan #teman #perjanjian #perjodohan #tuntutan #kecewa #penyesalan #luka #cemburu #restu #tersakiti
Post a Comment for "Luka Belum Usai, Skenario Cinta, Episode 1"