Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Apa Boleh Kali Ini Kecewa, Selaras Yang Bertepi. Episode 12, Novel Remaja Romantis

Novel Selaras Yang Bertepi Terbaru

 

Elin memotong, “Sorry, gue lupa. Kalau pulang sekolah jalan sama Darian. Terus elo tahu dari mana kalau gue pergi sama Darian?”

“Farrel yang ngomong, pas tahu elo boncengan motor ke arah alun-alun”

Perasaan marah bercampur cemburu terdengar dari setiap ucapan yang keluar dari mulut Rendra, menghembuskan nafas sebelum kembali berbicara, “Darian itu enggak jelas, kalau dia emang suka harusnya ngomong. Bukannya bikin elo terus berharap kayak gini”

“Dari awal kalian kenal, sampai sekarang perasaan elo digantung, tarik ulur enggak jelas. Cowok yang kayak gitu sikapnya kurang tegas enggak bisa ambil keputusan, kalau memang suka pasti langsung bilang ke elo, bukan kayak gini!”

“Mungkin lagi nunggu momen yang pas. Lagian gue sama Darian lagi masa-masa pdkt, biasa cowok itu butuh waktu buat ngomong serius....”

“Terus mau sampai kapan, Lin?”

“Gue enggak tahu, apa gue langsung bilang ke Darian” Elin terdiam sesaat, “Tapi gue kan cewek, gengsi. Tapi gue enggak bisa tahan perasaan ini, Reennn...”

“Yang penting gue sudah kasih tahu.”

Jalanan Jogja mulai di penuhi kendaraan, sekedar keliling naik sepeda motor maupun berjalan kaki. Suara ramai dari segala penjuru, mengusir kebisingan klakson. Aroma harus terus tercium sepanjang perjalanan, pandangan Elin melihat kedua sisi secara bergantian.

Kini Rendra memilih diam, fokus berkendara. Lumayan macet jam segini, kebanyakan orang pulang bekerja. Meski langit biru telah hilang sejak tadi, terganti oleh hamparan gelap sedikit kebiruan.

Tanpa terasa kendaraan bermotor di sebuah gerobak pinggir jalan, hanya saja telur gulung yang biasanya tidak ada. Lalu Rendra berkendara sedikit ke depan, di mana gerobak molen pisang berada, hanya ada dua orang yang sedang membeli.

Pandangan Rendra beralih ke arah sebelah kiri, “Gue iri sama dia!”

Elin melihat arah Rendra menatap saat ini, di mana ada sepasang suami-istri dan satu anak laki-laki sedang makan bersama. Di sebuah gerobak kaki lima yang menjual nasi goreng, “Kapan ya! Kita bisa ngerasain kayak gitu. Pengen banget, kelihatannya seru!.....”

Dinding kaca pada netra berusaha ditahan, agar tidak tumpang. Perasaan sedih yang Elin rasakan, melihat kesederhanaan keluarga itu. Karena selama ini tidak pernah mengalaminya, hanya ada pertengkaran ke dua orang tua. Hingga kebahagiaan itu cuma sekedar angan.

“Gue juga mau kayak gitu, tapi itu enggak mungkin” sahut Rendra menepuk bahu Elin memberi senyuman untuk tetap tegar, walau sebenarnya itu juga untuk diri sendiri.

Elin membalas senyuman itu, lalu melihat ke arah di mana molen rasa pisang sedang di goreng.

“Yang bisa kita lakukan, suatu saat menjadi orang tua yang baik untuk keluarga kecil kita nanti. Gue enggak mau anak gue ngerasain hal sama, seperti yang gue rasain sekarang....”

Tutur kata itu membuat Elin merasa merinding, baru pertama kali mendengar keseriusan ucapan Rendra. Namun, juga sependapat dengan harapan bisa menjadi orang tua yang baik kelak. Karena sering kali takut juga trauma yang dialami Elin, setiap melihat dan mendengar orang tuanya bertengkar.

“Iya, Ren...”

Melihat orang itu pergi Elin langsung mendekat, supaya dilayani. Dikeluarkan satu lembar uang dari celana jeans, dengan nominal biasanya beli di sini.

Tanpa perlu menunggu lama, molen pisang panas Itu sudah berada di dalam keresek. Setelah itu Rendra menaiki sepeda motor yang memang berada di sebelah gerobak, “Mau beli apa lagi, mumpung di sini?”

“Ini saja. Kasihan Ghazi sama Farrel tunggu kita di kafe!”

                                  ***

Obrolan saling bersahutan, meramaikan ruang kafe yang tertutup rapat. Alunan lagu berbahasa Jawa menghiasi ruangan, sesekali ada yang ikut bernyanyi. Bukan hanya sekedar nongkrong, di sini sering kali digunakan untuk belajar maupun kerja kelompok.

Tidak heran remaja sekolahan sering datang, bahkan Ghazi menyediakan meja panjang, namun meja itu sekarang sedang dipakai Farrel. Kertas bergambar sketsa provinsi Jawa Timur digelar, Farrel menggambar sambil berdiri, berganti-ganti posisi.

Ghazi yang baru saja mengantar pesanan datang, “Rendra sudah ada kabar, sudah tahu kafe ramai malah telat?”

“Paling juga beli jajan kayak biasanya” jawab Farrel mengambil minumannya yang berada di kursi sebelahnya, sebelum melanjutkan menggambar lagi, “Kayak enggak tahu saja dia, apalagi pergi berdua sama Elin. Biarin mereka makin sadar, terutama Elin”

“Gue lanjut kerja lagi, nanti kalau sudah selesai ini gue bantu!”

Ghazi berjalan ke arah sebelah pojok, di mana seorang wanita muda sendirian, menunggu pesanan sambil melihat laptop menghadap ke arah luar jendela. Ucapan ramah selalu terucap, lalu kembali ke tempat semula.

Pintu terbuka, “Gha!”

“Buruan bantuin gue!” Ghazi membawa camilan di mana sekarang berhadapan dengan Rendra yang berjalan menghampiri, sedangkan Elin membuntuti di belakang. Tidak lupa membawa makanan yang tadi di beli.

Ghazi meletakkan pesanan pada dua cewek, sedang duduk di kursi sebelahnya berdiri. Berjalan bertiga ke tempat di mana Farrel sedang mengerjakan tugas, “Lin, tumben elo rapi?”

“Iya, mau jalan sama Darian bentar lagi!” menghampiri Farrel yang sudah sadar anggota kelompok datang, “Sorry, kita telat...”

“Keterlaluan elo berdua, jam segini baru datang” menghentikan gerakan tangan sebab pegal, “Lin, gantian!”

“Cepat juga elo kerjain tugasnya” mengambil spidol hitam di dalam keresek yang memang ada di kursi, “Mending elo sekarang istirahat, biar gue yang kerjain!”

Elin mulai menggores pensil warna pada bagian gambar sesuai petunjuk dari layar ponsel, warna hijau cukup mendominasi. Terus mengikuti bentuk dengan goresan satu arah, cepat namun tidak tampak tertata rapi.

Hampir setengah jam kertas bergambar peta telah penuh warna, dibantu Rendra setelah selesai melayani pelanggan. Sedangkan Farrel masih sibuk melanjutkan bermain game yang sebelumnya telah tertunda. Ghazi sibuk mencuci gelas kotor, tidak lupa mengelap dan meletakkan pada penirisan.

Dering ponsel tanda panggilan masuk menghentikan Elin sejenak, melihat siapa yang sedang menghubungi, terpampang jelas nama Darian.

“Tunggu, bentar lagi gue ke sana!”

“Gue tunggu” panggilan terputus.

“Ren” terhenti dengan segala obrolan dibenaknya, “Mmm.... Gue kan, mau jalan berdua sama Darian. Elo mau enggak.... antar gue sampai depan sana!”

Elin berkata terpatah-patah. Dengan harapan mau mengantarnya, apalagi sekarang jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Karena tadi keluar rumah bilang ke Mama Bella ada tugas kelompok sama Rendra.

“Please, bantu gue. Gue berharap banget ini bisa jadi momen penting dalam perjalanan kisah remaja gue, cerita cinta gue sama Darian” pandangan mata Elin beralih ke langit-langit sesaat, “Ren, bantu gue ya!”

“Dan gue mohon, jangan bilang-bilang sama mama kalau nanti dia hubungi elo. Bilang saja masih ngerjain tugas, please!”

Rendra menghembuskan nafas panjang, “Tapi jangan pulang terlalu malam”

Elin menjewer pipi Rendra dengan gemas, “Makasih.... makasih, Rendra”

Rendra mengalihkan pandangan, menyembunyikan perasaan bahagia namun juga cemburu. Bahagia sebab Elin memainkan pipinya dan cemburu karena Elin harus pergi berduaan dengan Darian.

                                ***

Read More.....


Kelanjutan Hubungan antara Elin, Rendra dan Darian. Seringkali terjadi persegeran perasaan, hati yang tidak berkehendak untuk siapa, namun dipaksa bisa bersama. Lalu hati siapa yang sering tersakiti dalam hubungan ini?

          Jangan Lupa Follow Akun Medsos   Intip-intip bolehlah, biar makin kenal. Jangan lupa komen dan sarannya, karena itu sangat membantu untuk memperbaiki karya lebih dari sebelumnya.

      Instagram : @lianasari993

      Tiktok : @lianasari993

Dan hampir semua media sosial bernama@lianasari993, bagian dari nama pena. Aku juga menulis puisi dan tips kepenulisan, jadi sampai jumpa di akun medsos yang lain. Dah...

                          🤗🤗🤗

lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Apa Boleh Kali Ini Kecewa, Selaras Yang Bertepi. Episode 12, Novel Remaja Romantis "