Jadian Kala Senja, Selaras Yang Bertepi. Episode 24, Novel Remaja Romantis
What Really Is Our Relationship, Selaras Yang Bertepi?
Sebuah tempat yang sangat indah untuk menikmati suasana senja, dikala angkasa tengah menampilkan warna-warna cerah bercampur dalam hamparan luas, jingga seakan mendominasi begitu juga gumpalan putih bergerak dengan lembut.
Burung-burung beterbangan dengan arah yang sama, bergerombol mengikuti pemimpinnya, ikut ramai mengagumi keindahan semesta yang sebentar lagi akan segera sirna. Berkumandang azan pada sebuah masjid dari sekitar sini, menandakan bahwa sholat magrib akan segera dilaksanakan, nada pengingat begitu tenang didengar oleh sepasang telinga.
“Elin, gimana jawaban kamu soal hubungan kita, kamu mau kan jadi pacarku?”
“Setelah aku pikirkan......” diambil nafas dalam-dalam untuk meredakan suasana hati, “Aku mau jadi pacar kamu, Darian”
Padahal hanya jawaban sesingkat itu, namun mulut terasa sulit untuk mengucap. Detak jantung terus berdetak, rasa canggung mengalihkan pandangan. Elin bingung harus melakukan apa!
“Ternyata menunggu selama ini enggak sia-sia, aku senang kamu mau jadi pacarku!”
“Maaf ya, kamu harus nunggu lama”
“Enggak pa-pa. Yang penting sekarang kita sudah jadian, itu yang selama ini aku inginkan!” Darian membalas senyum yang diberi, meski sering kali mencoba mengalihkan pandangan agar tidak terlalu saling menatap.
“Aku boleh minta sesuatu sama kamu?” tambah Darian mulai berbicara serius permasalahan yang sudah lama ingin dipastikan.
“Apa?”
“Tolong kamu mulai jaga jarak sama Rendra, sekarang kita sudah pacaran, aku enggak mau perhatian kamu terbagi!”
“Iya aku paham, Rendra pasti paham juga kok, kalau sekarang aku sama kamu sudah pacaran” dengan sikap ceria dan rumah senyum.
“Satu lagi. Aku tahu kamu itu orangnya baik banget ke siapapun, tapi jangan biarin senyuman itu bikin cowok lain nyaman. Aku sudah terlalu sayang sama kamu, aku harap kamu paham....”
“Aku janji bakal kurangi senyuman ini, aku juga sayang sama kamu....”
“Bersama senja, janji kita untuk saling bersama” kata Darian menengok wajah Elin dari sebelah, tersenyum penuh kebahagiaan.
Elin membalas senyuman, jadi begini rasanya jatuh cinta dengan perasaan yang sama, bahagia. Semoga bisa bertahan lebih lama, cinta perlahan tumbuh seiring waktu berjalan. Mengerti, memahami dan menjaga komunikasi tetap hangat.
Bukankah dalam hubungan cinta tidaklah cukup, jika ketiganya masih belum terisi. Hening sejenak, saling melihat sesaat lalu mengalihkan pandangan. Beku-bukan es batu. Melainkan situasi sekarang.
***
Rendra berjalan memasuki kelas melihat Elin sedang bermain ponsel sendirian, “Kenapa enggak bilang kalau mau berangkat sekolah duluan, gue chat enggak dibalas, ditelepon enggak diangkat?”
“Hp gue ada di Darian!”
“Kenapa bisa gitu?” Rendra duduk di kursi biasanya, tidak lupa tergeletak tas.
“Oh iya gue lupa mau bilang, gue sudah jadian sama Darian!” jelas Elin dengan wajah bahagia, “Jadi mulai sekarang gue enggak bisa bareng sama elo, enggak pa-pa kan?”
Betapa terkejutnya tutur kata yang terlontar dari mulutnya, sehingga Rendra dibuat terluka dalam diam, “Jadian?”
“Iya, elo setuju kan kalau gue jadian sama Darian?”
“Itu terserah elo....” jawab Rendra memilih pergi meninggalkan kelas, mengapa bisa dirinya terlambat mengatakan cinta, harus tetap bisa terlihat biasa meski hati berkata berbeda.
Terluka karena ekspetasi, ingin marah atas pernyataan justru akan memperburuk keadaan, diam dengan segala kecewa bagian dari pilihan. Rendra memilih bertahan, walau kadang berpikir untuk menjauh namun tidak bisa, hanya sanggup bersembunyi dalam ikatan persahabatan.
Ghazi datang menaiki tangga menghentikan langkah kaki Rendra yang bengong dengan tatapan kecewa, “Elo kenapa?”
“Ternyata yang elo bilang benar, dia sudah jadian, gue terlambat bilang kalau gue suka. Bahkan dia sudah enggak lagi berangkat-pulang sekolah bareng gue, dia malah pilih sama Darian!”
“Ya jelaslah mereka kan sudah jadian, pasti kayak gitu. Sebentar lagi hubungan elo perlahan bakal renggang, Darian enggak akan biarin kalian berdua sering bareng...”
“Gue sama Elin sahabat, dia enggak berhak dong larang-larang gitu!” protes Rendra sedikit khawatir apa yang dikatakan Ghazi mengenai hubungan ini akan terjadi, ada rasa takut jika harus saling berjauhan dengan orang yang disayangi, bagaimana jadinya jika Rendra harus jauh dengan Elin.
“Ren. Elin sudah punya pacar, jadi dia enggak bakal bisa dekat sama elo kayak dulu. Sekarang ada hati Darian yang harus dijaga, elo masih bisa sering-sering ngomong tapi enggak bisa akrab lagi. Bahkan belum tentu bisa makan berdua lagi di tempat favorit kalian, tanpa izin Darian....”
“Kenapa gitu?”
“Gue ini cowok, gue tahu apa yang dirasain Darian kalau ceweknya keluar bareng cowok lain, walaupun itu hanya sahabat. Apalagi Darian juga tahu kalau elo itu diam-diam suka sama Elin, saran gue mending kalau elo cinta, biarin dia bahagia sama pilihannya”
Rendra menutup wajah dengan kedua tangan, lalu menyatukan dua tangan tersebut di depan dada tapi tidak menempel, “Gue enggak tahu bakal jadi apa kalau enggak dekat sama dia, gue takut perhatian yang selama ini diberi bakal hilang, keceriaannya, suka lupa, rasa nyaman selama ini bakal pergi ninggalin gue”
“Elo masih bisa dekat sama dia, tapi ingat tahu diri juga! Bersikap seperti sahabat jangan sampai Darian berpikir, seolah-olah elo rebut posisinya...”
“Gue tahu itu. Kalau nanti mereka putus, gue bakal jadi orang pertama yang ada buat Elin”
Secepatnya Ghazi menjotos kepala, “Gila elo, orang baru jadian bukannya didukung malah didoain yang buruk....”
Rendra sedikit melorot memegang kepala, “Gue masih belum ikhlas mereka jadian!”
“Egois elo..!” kata Ghazi meledek dengan sikap Rendra yang selalu ingin menang sendiri, “Mending elo belajar suka cewek lain atau pacaran sama siapa kek, enggak bosan gini terus?”
“Gue enggak pernah bosan mencintai, karena dia cewek satu-satunya yang paling gue cintai, enggak ada yang lain....”
“Waw, cinta elo tulus juga...” sahut Keisha melihat Ghazi dan Rendra duduk di bangku dekat tangga, “Tapi apa pantas Elin dapetin itu, lihat sekarang dia sudah punya pacar, sedangkan elo malah sibuk berharap. Penantian juga ada batasannya, gue kasihan lihat elo terus-menerus kayak gini!”
“Enggak perlu kasihani gue.” Jawab Rendra Melihat Keisha kini menyenderkan punggung pada dinding, menghadap ke mereka berdua yang masih duduk santai.
“Mencintai itu pilihan, bahagia itu pilihan. Jadi mencintai demi kebahagiaan itu keputusan, walaupun bukan sama gue, dia bahagia. Tapi gue ngerasa senang lihat dia selalu tersenyum, meski dari kejauhan.” Kata-kata itu berhasil membungkam mulut Keisha yang tadinya ingin berkomentar tentang cinta yang dimiliki Rendra, dalam senyuman manis tersembunyi luka teriris.
“Lihat seseorang yang gue cinta bahagia, kadang gue bisa ikut bahagia, meski sebenarnya di dalam hati terluka. Tapi ini semua sudah menjadi pilihannya, gue bakal belajar terima itu semua....” tambah Rendra beranjak pergi menuruni tangga tepat berpapasan dengan Darian yang akan menghampiri Elin di dalam kelas.
“Dalem banget omongan orang galau....” celetuk Ghazi memandang Keisha tersenyum seraya mengajak pergi dari tempat tersebut.
Keisha menggandeng lengan sebelah kanan, “Kasihan aku lihatnya, tapi... Ya sudahlah...”
***
Post a Comment for "Jadian Kala Senja, Selaras Yang Bertepi. Episode 24, Novel Remaja Romantis "