Masih Mau Pacaran? Selaras Yang Bertepi. Episode 25, Novel Remaja Romantis
Selaras Yang Bertepi, Hubungan Kita Kini!
“Masih mau terus pacaran? Keluar!” tegur guru pengajar bahasa Inggris memasuki kelas, melihat ada Darian sedang menduduki kursi milik Rendra yang masih kosong, sejak tadi memutuskan untuk pergi meninggalkan kelas.
Darian dan Elin sedang ada di dalam kelas pada waktu jam pelajaran akan dimulai. Meski bel masuk telah berbunyi nyaring, masih saja beberapa siswa berada di teras.
“Eh ibu, sudah mau pelajaran ya!” kata Elin cengengesan menahan malu karena ketahuan, lain dengan Darian tampak biasa melihat dirinya ada ke kelas jurusan IPS.
“Aku masuk kelas dulu, nanti waktu jam istirahat aku ke sini lagi!” jelas Darian beranjak dari tempat duduk dengan mengelus pucuk rambut kekasihnya lembut.
Elin mengangguk sambil tersenyum bahagia melihat Darian, hingga tubuhnya tertelan pembatas dinding, “Tumben cepat banget Bu, masuk kelasnya?”
“Karena, saya tahu ada yang lagi pacaran...” dilihat kursi milik Rendra dan Ghazi masih kosong, sedangkan kursi lain telah terisi sedari tadi.
“Ghazi sama Rendra ke mana?” berjalan menuju tempat duduk khusus guru pengajar di sudut depan kelas, sebelum meletakkan pantat pada bantalan empuk dilihat apakah bersih apa belum.
“Tadi keluar, mungkin ke kamar mandi!” jelas Elin menengok sejenak, lalu kembali mencari buku pelajaran di dalam tas ternyata sudah diletakkan di laci bawah meja.
Berjalanlah Farrel Adhitama memasuki ruang kelas, pandangan melihat keberadaan Elin masih menatap luar, “Ada yang baru jadian nih, traktirannya mana?”
“Enggak ada, elo tuh kebiasaan banget minta traktir melulu!”
“Sambil tunggu Rendra dan Ghazi masuk kelas, ibu akan memberi tugas, buatlah cerita mengenai perjalanan kalian ketika di museum. Pakai bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, satu halaman buku tulis, enggak boleh ada yang disingkat.”
“Bu, Kulo lali” ucap Farrel dengan menggunakan logat jawa.
“Kenapa bisa lupa, belum juga satu minggu sudah lupa? Biasanya yang suka lupa tugas Elin, kenapa ikut-ikutan?” ucap guru pengajar membuat Elin mengangkat kepala sebab namanya dipanggil dalam obrolan.
“Kok jadi bawa-bawa saya, Bu?”
“Wes, uwes-uwes.....” sahut bendahara memberikan nada suara yang dihasilkan dari mulutnya, sebab itu yang lain langsung melihat ke arahnya, “Wes, endang nulis, malah wasno aku!”
***
Bunyi bel istirahat baru saja terdengar, tetap saja sebagai siswa-siswi telah berada di kantin. Jam istirahat ke dua tidak begitu ramai, mungkin sebagian siswa uangnya telah habis di jam pertama.
Aroma gurih semerbak menghiasi ruangan cukup besar, pada pinggir sedikit ke dalam stand makanan, minuman dan jajan tertata rapi. Lalu lalang, saling tegur sama tampak begitu hangat.
“Mulai sekarang elo enggak sama Rendra lagi pulang sekolahnya....?” Ghazi melihat keberadaan Elin yang duduk pada meja sebelah, sedangkan Ghazi satu meja dengan Keisha.
“Gue kan sudah punya pacar...”
Belum setelah berbicara Keisha langsung memotong obrolan, “Lanjut nanti ngomong, makan dulu!”
Bersamaan Darian datang membawa nampan berisi dua piring dan dua es teh manis, pandangan seketika beralih menatap meja yang di mana sudah di tempati Ghazi dan Keisha, “Maaf kamu tunggunya lama, sudah lapar ya!”
“Enggak masalah kok, makasih ya!” tersenyum manis menatap Darian yang kini duduk di depannya dengan balasan senyuman pula.
“Pulang sekolah kita jalan ke mana?” Elin mencocol ayam pada sambal di sebelahnya.
“Aku ada ekstrakurikuler, tapi agak sore an. Jadi, masih bisa antar kamu pulang!”
“Enggak usah, aku pulang sendiri saja atau pulang sama Rendra”
“Aku antar, kamu sudah jadi pacarku”
“Tapi kamu ada eskul...” sejenak Elin menghentikan ucapannya, hitungan detik ide baru muncul dalam benak, “Gimana kalau aku temani, sekalian aku juga pengen main basket bareng kamu!”
“Kamu bawa seragam olahraga?”
Elin hanya menggeleng, teringat kalau kemarin sudah digunakan olahraga. Bahkan seragam basketnya juga masih ada di rumah.
“Mau pakai seragam basket punyaku, tapi bakal kebesaran kamu pakai?”
“Emang boleh ya, aku pakai!”
“Pasti boleh, masa dipakai pacar sendiri enggak aku bolehin” paparnya menggandeng tangan menuju loker kelas.
Semburan biru menghiasi, mencuri celah untuk menyinari kursi di bawah pohon. Kini Elin telah mengenakan seragam basket, mengutak-atik ponsel tanpa tahu tujuan, melihat arah depan sesaat. Perlahan mulai jenuh hingga panggilan itu mengambil semangat barunya.
“Mau main basket berdua enggak?” ucap Darian hanya berjalan tiga meter dari posisi duduknya.
Elin beranjak menghampiri, “Boleh”
Darian hanya tersenyum, ketika mendapati bola basket ditangannya telah berpindah tempat, “Oh.. gitu ya!”
“Coba rebut bolanya....” bola basket di dribble menuju ring lawan seraya berlari melihat Darian mengejar dengan langkah cepat, “Buruan....”
Bola basket melayang memasuki ring, “Satu, kosong”
“Sekarang makin jago main basketnya...” papar Darian berusaha merebut bola dari tangan Elin, “Enggak salah kamu terpilih jadi tim putri basket”
“Kamu tahu enggak, dulu alasan kenapa aku milih eskul basket?”
“Kenapa?”
“Karena kamu” tutur Elin memasukkan bola ke ring lagi, “Dan sekarang malah jadi hobi”
“Sumpah! Aku enggak nyangka, kirain kamu memang suka basket. Aku jadi makin sayang....”
Ucapan itu seketika membuat Elin terdiam menggenggam bola, Darian berjalan menghampiri, “Mau makan siomay di depan enggak?”
“Mau”
***
Sepiring siomay telah berada di genggaman tangan, aroma polusi udara menghiasi sepanjang perjalanan. Kombunasi rasa kacang menggugah selera, bersama pemandangan dari lalu lalang kendaraan.
Semoga ini bukan hanya pernah, tetapi menjadi terus. Terus bisa bersama melewati waktu, terus berbagi cerita hingga lupa waktu dan terus menjadi alasan ketika cinta itu tumbuh karena terbiasa.
Siomay berhasil membungkam kebisingan, membiarkan obrolan ringan terus berjalan, gelak tawa milik Darian berhasil meluluhkan sanubari. Bahkan netra enggan untuk menyudahi, perihal memori yang kelak akan selalu menjadi obrolan untuk cerita berikutnya atau malah menjadi kenangan yang akan selalu terjaga.
Embusan angin ikut menemani, menebas butiran debu tanpa arah, entah hinggap di mana. Bisa juga pada sepiring siomay ini, itu bukan menjadi masalah untuk enggan makan dengan lahap.
Ada beberapa pembeli datang untuk ikut andil mengisi pinggiran trotoar, sebelumnya hanya ada Darian dan Elin, kini bertambah tiga cewek remaja duduk sambil berbincang.
“Kamu mau jalan-jalan atau langsung aku antar pulang?” Darian beranjak memberikan bekas piring seraya membayar dengan uang pas.
“Langsung pulang saja ya!” berjalan menuju mobil yang diparkir dekat gerobak siomay.
***
Terhenti kendaraan bermotor depan teras rumah, memang tampak sepi bagai hari biasa, diambil kunci dari dalam tas. Elin berjalan lebih dulu diikuti Darian usai meletakkan helm di kursi.
Suara pintu terbuka lebar, “Ayo masuk. Kamu duduk dulu, aku buatin minum sekalian bawakan camilan”
“Enggak usah repot-repot” amatan netra mengamati sekeliling yang tampak sepi nan sunyi, tidak ada sedikitpun suara terdengar selain pergerakan pada arah dapur, bahkan hanya ada lukisan bunga pada dinding.
Post a Comment for "Masih Mau Pacaran? Selaras Yang Bertepi. Episode 25, Novel Remaja Romantis "