Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Temu Yang Ditunggu, Selaras Yang Bertepi. Episode 26, Novel Remaja Romantis

 What Really Is Our Relationship, Selaras Yang Bertepi 


Diambil ponsel dari dalam saku celana, untuk mengusir rasa sepi sembari menunggu Elin. Samar-samar suara bisa terdengar dari ruang tamu, sejenak langkah kaki berjalan menghampiri, sembari memegang nampan pada kedua sisi dengan tangan.

“Aku tinggal bentar ya, mau mandi!” papar Elin merasa risih bekas keringat menempel pada tubuhnya, “Cuma bentar kok, jangan pulang!”

Rendra mengangguk bersamaan senyuman hangat tampak diwajahnya.

Selang sepuluh menit.

“Sebentar aku ambil buku dulu” selesai meletakkan pada meja kaca ruang tamu, di mana bersebelahan dengan meletakkan ponsel yang sedari tadi di pegang.

Sebuah notifikasi masuk dengan adanya tanda layar menampilkan cahaya sejenak, ketika itu pandangan Darian melihat siapa pengirim dari pesan singkat tersebut, dan sudah dapat dipastikan kalau itu adalah Rendra. Karena tidak di sandi, segera Darian membalas pesan tersebut, lalu menghapus agar tidak diketahui, sudah pasti Darian mengirim pesan agar Rendra menjauh.

Gesekan sandal rumah Elin, diletakkan kembali ponsel pada posisi semula tidak lupa memencet tombol mati, guna untuk menyamarkan kalau tidak ada pesan masuk sebelumnya.

“Aku yang enggak bisa bagian rumus nomor satu sampai delapan, kamu tahu caranya?” menyerahkan buku pada Darian lalu duduk di kursi berhadapan, karena itu juga untuk menjaga jarak di antara keduanya, apalagi rumah sedang sepi takut terjadi fitnah.

“Ini mah belum dikerjakan semua....” kata Darian tersenyum gemas ketika melihat wajah Elin sedang tertuju padanya bukan melihat buku.

“Ajari rumusnya, sekalian bantu jawab juga...”

“Aku pasti ajari, apa sih yang enggak buat kamu. Sekarang coba kamu pahami dari penjelasan soal ini, setelah itu lihat contoh yang ada di buku belakang, sebenarnya semua intinya sama. Cuma ada beberapa yang diubah pada susunan rumus, bisa dibilang kayak pengecohan gitu!”

“Semua jawaban dari soal ini ada di buku belakang, tinggal dibolak-balik nanti bakal ketahuan jawabannya...” Darian membiarkan Elin memahami maksud dari pertanyaan yang diberikan.

Setelah memahami mulai lihat rumus pada bagian belakang buku untuk disalin rumus ke selembar kertas, meletakkan angka pada urutan yang tepat sambil menghitung apakah hasilnya benar atau ada kesalahan, sesekali menggaruk kepala tidak gatal.

Terdengar suara mobil memasuki teras depan rumah, dalam sekejap sudah terdengar langkah kaki berjalan menghampiri ruang tamu lalu terhenti sejenak, “Eh, ada tamu!”

“Selamat sore, Tante!” kata Darian beranjak dari tempat duduk bersalaman sopan, lalu kembali ke tempat duduk semula.

“Selamat sore” meletakkan tas pada tempat duduk, “Lagi kerja kelompok ya?”

“Iya tante”

Wajah Elin tampak biasa saja melihat kedatangan orang tuanya, begitulah sikap Mama Bella ketika ada tamu yang datang ke rumah, sudah pasti bersikap ramah dan penyayang. Sedangkan kalau hanya ada Ayah dan Elin akan bersikap keras kepala, tapi Elin harus memperlihatkan di depan Darian bahwa keluarganya terlihat hangat.

“Kamu pacar barunya Elin?” pertanyaan itu seketika langsung membuat kepala langsung mendongak sedikit ke arah suara itu dipertanyakan.

“Iya tante, kita baru jadian. Saya minta izin dekat sama anak tante!”

“Tante izinkan, jaga Elin ya!” diambil tas kecil di belakangnya, “Tante masuk dulu, jangan lupa diminum!”

“Iya tante, terima kasih!”

Gerakan tangan kanan mengambil secangkir teh hangat pada meja, sambil minum pandangan melihat wajah Elin yang fokus menghitung rumus, “Manis”

“Tehnya kemanisan?”

“Kamu yang manis” jawab Darian dengan menampilkan senyuman mengagumi, diletakkan kembali cangkir teh pada lepek.

“Ih.. kamu sekarang mulai gombal”

“Aku ngomong beneran, kamu itu orangnya manis banget...”

“Cewek siapa dulu....”

“Cewekku lah” secepat kilat Darian menjawab dilanjutkan tawa, “Kamu itu manis, apalagi kalau sering senyum...”

“Oh ya....!”

“Iya, masa enggak percaya sama pacar sendiri! Kamu-nya saja yang kurang sadar...” cubitan lembut mendarat pada pipi, terbalas dengan mulut memanyunkan hingga terlihat imut.

“Darian, kalau kamu gombal terus kapan selesai tugasnya!”

“Iya maaf, sampai lupa” melepas cubitan, “Selesai tugasnya mau jalan-jalan atau di sini saja?”

“Jalan-jalan”

“Selesain tugasnya dulu, setelah itu aku koreksi!”

“Iya, tapi aku kesulitan nomor tujuh sama delapan”

“Coba lihat” Darian memahami pertanyaan yang diberikan, “Biar aku yang jawab, ambil tas saja”

Elin beranjak dari tempat duduk berjalan menuju ruang tengah di mana letak kamar berada di dalam ruangan yang sama, selain itu Darian sudah mulai mengerjakan tugas tanpa ada kesulitan, karena itu sudah menjadi makanan sehari-hari. Apalagi jurusan IPA dengan banyak prestasi yang didapatkan sejak masuk sekolah.

Ketika Elin keluar menghampiri tugas juga selesai dikerjakan, “Sudah selesai?”

“Sudah, berangkat sekarang?” Darian beranjak dari tempat duduk, karena membawa jaket tidak perlu pulang dulu, apalagi mengendarai mobil jadi akan aman.

Keluar teras bertepatan dengan Rendra yang juga keluar dari dalam rumah untuk bekerja di kafe milik Ghazi, tidak ada teguran yang dulu sering dilontarkan. Melainkan hanya memandang dari kejauhan, setelah itu beralih pada kendaraan roda dua miliknya. Bergegas pergi untuk meninggalkan situasi yang sama sekali tidak pernah teringinkan, bagaimana bisa bertahan jika orang yang dicintai sedang berjalan dengan orang lain.

“Elin cepat masuk!” panggil Darian yang sudah masuk mobil lebih dulu, “Ada yang tertinggal?”

“Enggak.” Jawab Elin berjalan menghampiri mobil untuk segera meninggalkan rumah, namun dalam benak sedang bertanya-tanya mengenai sikap Rendra mulai berubah, apa ada sesuatu yang sedang terjadi.

***

Kehadiran Elin cukup memberi warna dalam hidup Darian. Mengenai rasa kesepian, hanya nyaman. Sejak usia satu tahun, belum tahu siapa ayah kandungnya, bahkan kehadiran seorang ibu tidak pernah dirasakan. Hanya nenek yang selalu ada, merawat dan membesarkannya.

Rumah sederhana, masih terlihat jelas dengan bentuk bangunan, perabot masih ada dan tetap digunakan. Bisa dikatakan rumah orang Jawa Tengah, lumayan luas, banyak pintu semakin banyak rezeki. Kepercayaan yang ada sejak turun temurun, banyak hal tentang kepercayaan itu hingga sekarang.

Darian pernah bertanya, mengenai kedua orang tuanya dan di mana keberadaannya sekarang. Nenek hanya menjelaskan sedikit cerita, pada awal mengapa pernikahan itu ada, hingga perpisahan tidak jelas.

Ayahnya pergi ketika Darian masih di dalam kandungan, tidak ada berkata ingin ke mana, tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Bahkan ketika lahir pun juga tidak ada kabar, banyak rumor menyebar, entah itu benar atau salah.

Tetangga pernah bilang, bahwa hubungan ayah dan ibu tidak mendapat restu dari salah satu keluarga, namun karena rasa cinta pada keduanya. Mereka memutuskan untuk menikah, ketika itu sama-sama masih muda, apa itu yang dibilang egois? Atau malah cinta?

Ketika ibu mengandung Darian, nenek malah mengusir ayah tanpa sepengetahuan ibu, hingga tercipta banyak kisah demi menutupi. Dalam masa mengandung bersamaan kabar buruk itu hadir, membuat ibu merasa sangat terpukul, hingga mengalami hari-hari dengan tangis.

Bahkan kelahiran Darian sebagai pelampiasan rasa marah pada ayah, saat tahu ditinggal dan hasutan nenek begitu dipercayai. Tetapi cinta keduanya belum tahu, apakah masih ada. Yang jelas sangat menyakiti hati seorang anak, dilahirkan ke dunia sebagai rasa bersalah.

Read More.....


lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Temu Yang Ditunggu, Selaras Yang Bertepi. Episode 26, Novel Remaja Romantis "