Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Elin dan Darian, Selaras Yang Bertepi. Episode 43, Novel Remaja Romantis

 What Really Is Our Relationship, Selaras Yang Bertepi 



Bel masuk berbunyi.

“Aku masuk kelas dulu, nanti jam istirahat aku ke sini, kita makan di kantin....” ucap Darian perlahan bersikap lembut kembali.

Farrel datang membawa selembar kertas dengan ekspresi cengengesan, “Woy...” seketika pandangan beralih kepadanya, “Sekarang kita jam kosong....”

Sorakan bahagia mengisi ruang, “Ini ada tugas halaman 28 dikumpulkan pas istirahat, buruan dikerjain setelah ini kita bebas.....”

Penjelasan itu seketika disambut hangat, hanya beberapa siswa yang mulai mengerjakan tugas, ada yang sibuk main ponsel dan paling parah pindah ke belakang untuk tidur.

Elin mengerjakan tugas dengan teliti, membolak-balik halaman untuk mencari jawaban nomor satu.

“Tumben langsung ngerjain tugas” tegur Ghazi paling rajin, “Sudah tahu jawaban nomor satu....”

“Wah ngejek gue loh, Gha....” sewot Elin, “Ya belumlah, ini lagi berusaha. Sudah sono jangan ganggu gue...”

“Tenang Lin” Farrel duduk disebelahnya, “Gue bakal belain elo...”

“Wah, ada maunya nih” Elin mengambil kotak bekal dari dalam tas, “Awas kalau elo enggak belain gue....”

“Ini baru yang gue cari, enggak heran Rendra duitnya awet. Kalau elo bawain gue tiap hari enggak papa gue iklhas” canda Farrel memakan nasi goreng, sebenarnya itu buatan mama Bella, sengaja menyempatkan waktu sebelum berangkat kerja.

“Memangnya elo pacar gue....”

“Bentar....” potong Ghazi memandang Elin, “Pacar?

Tiba-tiba Darian sudah berada di belakang Ghazi, “Hai!”

Elin tersenyum seraya menutup mulutnya, “Hai, kamu.....?”

“Kemarin aku belikan coklat buat kamu, tadi lupa mau tak kasih” meletakkan coklat Silverqueen berukuran sedang, “Kalau gitu aku balik ke kelas, jangan lupa di makan!”

“Mmmm....makasih” Elin menggenggam coklat dengan ekspresi bahagia, “Kamu mau balik sekarang nih, nanti saja....”

“Nanti jam istirahat aku langsung ke sini. Kalau kamu suka coklatnya, pulang sekolah kita beli lagi”

“Sekalian beli jajan ya! Setelah itu kita nongkrong di alun-alun”

“Jangan lupa kabari orang rumah, biar mereka enggak khawatir...”

Darian pergi meninggalkan kelas. Ghazi dan Farrel yang sedari dari hanya menyimak, senyum mengejek melihat Elin yang sekarang sudah balikan.

“Elo balikkan?” Farrel menatap Elin sambil menarik coklat yang tergeletak di depannya.

Hanya mengangguk.

“Gue enggak tahu alasan kalian putus, tapi elo yakin balikan sama dia” ucapan Ghazi seketika merubah pikiran Elin, “Lin, kita ini sudah lama temenan. Kalau ada apa-apa cerita, gue tahu selama ini elo curhatnya sama Rendra”

“Makasih Gha. Kali ini gue yakin sama Darian” meski dalam hati setitik ragu, Elin takut jika Darian masih mencintai Keisha. Terlebih lagi mereka satu kelas, jelas-jelas mudah untuk bertemu.

Di hari ini, perjalanan kisah cinta kembali dilanjutkan. Elin dengan segala rasa yang masih utuh, sadar untuk menepis keraguan. Terkadang pura-pura tidak tahu, menjadi jalan untuk tetap damai, menghapus perasaan berlebihan.

Elin pernah berpikir, dulu dan sekarang cintanya masih sendirian. Apa Darian benar-benar mencintainya?

Hanya satu keyakinan hati, bahwa ketulusan rasa tidak pernah berubah. Berharap Darian bisa belajar untuk mencintai kembali, mengulang setiap momen untuk dikenang, jika kelak akan berakhir perpisahan.

***

Tidak menyangka hari ini akan ada di tempat yang sama, dengan orang yang sama juga. Untuk menepati janji tadi, “Tadi aku sudah pesan bakso, duduk di sana saja biar enggak keganggu!”

Lagu Chrisye, pergilah kasih menemani suasana kantin. Setiap baris memberi keterangan, bait-bait mengabadikan kisah dalam sebuah lagu. Jangan bilang ini pertanda, atau hanya sekedar mengisi pikiran.

“Jangan lihatin aku terus...”

“Ada cewek secantik kamu masak enggak boleh dilihat, kan sayang...” Darian membuka air mineral, “Kamu itu sering-sering minum air putih, kurangi minuman rasa-rasa banyak pengawetnya, enggak baik buat kesehatan”

“Bentar-bentar, kamu tahu dari mana aku suka beli minuman rasa-rasa?”

“Kita sudah lama kenal, satu anggota OSIS”

Pernyataan itu membuat Elin tersadar kalau selama ini suka beli minuman manis. Hanya tersenyum.

Pandangan Elin beralih pada saku seragam milik Darian, “Darian....”

Darian mengerutkan kening sambil mengunyah telur puyuh, “Kamu mau nambah lagi”

“Bukan. Itu bolpoin yang dari tadi aku cariin kenapa ada di saku seragam kamu....” Elin memanyunkan bibirnya, “Kamu sih, ambil enggak bilang-bilang”

“Sengaja” mengentuh ujung bolpoin masih tersimpan nyaman di sakunya, dengan nada tertawa hangat.

“Dariannnnn”

Menertawakan ekspektasi Elin yang cemberut, “Ihh ngambek”

“Habis kamu sih” cubis lengan Darian jengkel

Darian meringis menggosok lengannya, “Kok aku, kan tadi nganggur aku pikir enggak dipakai...”

“Alasan” seketika pandangan beralih melihat kedatangan Ghazi dan Keisha, “Kamu kalo nengok belakang aku marah”

“Ada apa?” seraya menengok kebelakang, “Ehhh....”

“Kan kamu nengok belakang....ahhh”

***

“Maaf ya, rencana kita gagal”

“Enggak papa, kan bisa lain kali. Nenek kamu lebih penting, aku temani ya” ucap Elin menaiki boncengan.

Darian menyalakan mesin kendaraan, “Makasih ya, kamu selalu ngertiin aku. Maaf kadang aku sering....”

“Enggak usah di bahas, itu sudah lama, sekarang kita fokus ke depan” ucap Elin memeluk pinggang Darian, “Fokus depan..”

“Kalau bawa sepeda fokus dong, jangan pacaran melulu” tegur salah satu dari gerombolan cowok yang berjalan di depannya, “Pakek mata biar kelihatan...”

“Ihh, kamu sih...”

Darian tertawa bahagia meski dicupit kedua kalinya di perut, “Lama-lama tubuhku penuh cubitan gara-gara kamu, ya kalau kue cubit enak, ini sakit tauuu”

Tangan Elin masuk ke dalam saku Hoodie, “Aku nemui uang, buat aku ya”

“dua puluh ribu kan?”

Elin mengangguk. Hanya obrolan sederhana untuk mengusir rasa canggung meski Elin sadar jawaban Darian selalu singkat. Pandangan beralih pada suatu tempat yang dulu sering di datangi, namun kini tinggal kenangan. Tenda lalapan masih belum terpasang, tapi tempat ini punya banyak cerita.

Adimarga masih membasah, debu jalanan tersapu gumpal. Jogja kala hujan memberi nuansa, setetes air beberapa kali membasahi dibalik pohon jalanan. Embusan angin sejuk mengisi kekosongan, mengabadikan momen dari balik layar betapa indah dan bahagia hari ini.

Terkadang hadirnya hujan sering disalah arti, bergumam maklum yang bermukim di atas bumi. Hingga lupa untuk bersyukur, berdenting irama air semesta memang sudah beranjak pergi. Namun bekasnya masih tetap ada enggan untuk pergi.

Sinar mentari entas sejak kapan berpamit yang ada hanya awan kelabu, hamparan putih dengan warna senada. Kicau burung menari saling bersautan, lalu obrolan apa yang sedang mereka bicarakan?

***


lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Elin dan Darian, Selaras Yang Bertepi. Episode 43, Novel Remaja Romantis "