Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Romansa Bioskop 2, Selaras Yang Bertepi. Episode 23, Novel Remaja Romantis

Selaras Yang Bertepi Terbaru



Cahaya lampu menyorot anak tangga, juga langkah kaki tidak henti menapakkan suara. Obrolan ringan saling bersautan, gerombolan siswa saling mendahului, berbincang merencanakan agenda selanjutnya.

Seragam rapi kala pagi telah kusut bahkan sudah tidak bisa dibilang masih bersih, siswa lebih mendominasi mengunakan tangga. Tapi etika mendahulukan guru berjalan lebih depan, saling berganti salaman mencium punggung tangan dengan sopan.

Ajaran yang perlahan akan hilang sering berjalannya waktu, bukankah itu sebagai rasa menghargai siapa yang telah memberi ilmu!

“Hai!” tegur Darian sudah menunggu di dekat tangga, “Berangkat sekarang?”

“Iya” pandangan Elin melihat wajah Rendra sejenak yang sejajar dengannya, “Ren, gue mau jalan sama Darian. Enggak pa-pa kan enggak pulang bareng?”

“Elo kan lagi sakit” kata Rendra tidak memberinya izin, apalagi harus jalan berdua dengan Darian.

“Gue sudah mendingan kok!” tersenyum manis, “Jaket elo gue pakai”

Elin mengambil jaket yang masih terlipat di tangan Rendra, “Nanti kalau ada apa-apa langsung hubungi gue, hati-hati”

Ucapan Rendra seakan tidak mempercayakan Elin pada Darian, lebih tepatnya cemburu.

“Ayo, Ra. Keburu telat, tadi gue sudah pesan tiket nonton, setengah jam lagi filmnya di mulai” ajak Darian melihat layar ponsel.

Rendra hanya bisa menatap punggung mereka yang perlahan mulai memudar dari pandangan netra, terhalang oleh para siswa keluar ruang kelas untuk pulang. Mengapa sulit menerima keputusan jika nanti mereka akan jadian, lalu apa arti dari kebersamaan selama ini?

“Bengong lihat siapa elo?” Ghazi menepuk pundak sebelah kiri dari belakang, sedangkan Keisha melihat wajah Rendra terlihat datar.

“Siapa lagi kalo bukan....” celetuk Keisha membuka bungkus permen, lalu memasukkan ke dalam tepat sampah di sebelahnya, “Ayo balik sekarang, suasana lagi panas nih”

 Keisha menggandeng lengan Ghazi yang baru saja memakai earphone, “Ren, gue duluan ya!”

“Kafe elo buka sebentar lagi kan, gue mau langsung ke sana!”

“Bukannya elo mau antar Elin pulang?” Papar Ghazi sebelum kena cubitan Keisha di lengannya, “Ohhh.... Sorry gue enggak tau!”

“Enggak jadi” jawab Rendra ketus, sembari berjalan meninggalkan mereka berdua dengan heran.

“Kenapa Rendra?” Keisha sedikit bercanda melihat langkah kaki Rendra berjalan dengan cepat.

“Enggak tahu, kayaknya lagi bete!” Ghazi memegang tangan Keisha, menghampiri Rendra yang telah mendahului.

(Keisha dan Ghazi menahan tawa melihat Rendra)

Kini mereka bertiga jalan sejajar. Tanpa sengaja Keisha melihat Elin naik sepeda milik Darian, “pantas saja emosi, lihat tuh!”

“Walah, kalah maneh” kata Ghazi melihat arah keberadaan mobil milik Darian mulai meninggalkan area parkir khusus mobil, “Mosok karo modelan Darian kalah!”

“Jare sopo....” jawab Rendra tidak mau mengakui perkataan Ghazi, meski tahu apa yang diucapkan memang benar juga, karena selama ini selalu kalah jika mendapatkan hatinya.

“Emang ya musim hujan lebih enak naik mobil daripada motoran....” sindir Ghazi melirik Rendra.

“Aku juga pengen kali pulang sekolah naik mobil” sahut Keisha melirik Ghazi.

“Salah ngomong gue....”

Rendra dan Keisha menertawakan Ghazi dengan nada puas, “Elo sendiri naik motor enggak usah sindir gue...”

Sore hari pekan, di mana suasana kafe nanti akan ramai. Kali ini beberapa ekstrakurikuler masih diliburkan, ini seperti keberuntungan bagi siswa untuk jalan-jalan. Menikmati hawa dingin bekas hujan.

Dedaunan masih menetas menghempas butiran hujan dari tubuhnya, membiarkan siapapun yang lewat terkena. Embusan dingin masih terasa, namun bukan berarti aktivitas terhenti. Beberapa pengendara masih mengenakan jas hujan, saling mendahului mencapai tujuan.

Hingga roda dua ini berhenti pada pelataran kafe, masih tertutup rapi dengan langkah kaki Ghazi mengambil kunci dari dalam tas miliknya, “Ren, gue mau ke toko grosir sama Keisha, gue boleh minta tolong sapu teras ini enggak!”

Rendra melepas helm menghiyakan, tidak lupa menyeka telapak sepatu dengan alas yang terbuat dari serabut kelapa depan pintu. Pintu terbuka lebar, meletakkan tas sekolah pada loker dekat meja barista. Pandangan beralih menatap peralatan kebersihan dekat pintu belakang, mengambil sapu pada gantungan.

Setiap sudut mulai dibersihkan, menyapu lantai ditemani musik dari gitar akustik. Mengusir segala resah yang masih menggangu benaknya, sumpah kepergian Elin benar-benar mengusik. Embusan nafas panjang, berharap dapat reda, mulut bergumam mengikuti melodi.

***

Jaket milik Rendra mengdekap hangat tubuh Elin, aroma parfum itu masih menempel seperti biasanya. Bahkan Elin bisa mencium aroma khas tubuh Rendra, meski raga itu sekarang tidak berada didekatnya.

Sesekali melirik Darian yang fokus mengendarai, mulut enggan untuk berbincang, lebih tepatnya rasa canggung tiba-tiba datang tanpa kabar. Dasar, Elin membeku di dalam ruangan berbentuk mobil ini.

Hujan-Jogja bersama kenangan yang akan selalu dirindukan. Akan banyak hal istimewa di sini, entah dengan destinasi atau malah seseorang yang ditemui.

Menatap ke arah jendela luar menghilangkan rasa jenuh, berharap bisa segera sampai. Alunan musik diputar masih dapat mendengar suara luar, bahkan obrolan orang di pinggir jalan bisa didengar jelas.

Ah, sial bisa membeku jika lama-lama begini. Elin mengambil coklat dari dalam tas, kemarin dibelikan Rendra, “Kamu mau enggak?”

“Kamu makan saja, enggak tega mau minta...” ucapan Darian dengan nada santai, melihat coklat-wajah Elin sesaat sebelum kembali fokus pada jalanan.

“Yakin enggak mau” Elin memotek coklat, “Mau enggak aku suapin!”

“Mau, siapa yang enggak mau disuapin kamu” Darian menerima suapan dengan senyuman hangat, “Enak, kapan kamu beli?”

Elin mendengar pertanyaan itu sejenak bergumam, “Kemarin, dibelikan ayah”

Pusat perbelanjaan telah ramai, langkah kaki beriringan berjalan menuju bioskop, sudah tampak beberapa anak muda menunggu waktu dimulainya tayangan film karya Indonesia.

“Akhirnya film ini tayang juga” ucap Elin duduk bersebelahan dengan Darian yang baru saja mengambil tiket.

“Enggak nyangka, anak muda pada antusias buat lihat film ini. Dari trailer di media sosial dua bulanan tranding”

“Kalau enggak salah itu novel karya salah satu penulis Jogjakarta, dua tahun lalu....”

“Sudah pernah baca novelnya?”

“Sudah sampai akhir, seru banget!” jawab Elin sesekali melihat sekeliling yang telah ramai dari sebelumnya, “tiga bulan lalu pinjam dari Keisha”

“Keisha?”

“Iya, Keisha kelas dua belas jurusan IPA, bukannya satu kelas sama kamu?”

“Aku baru ingat, kalau enggak salah dia pernah baca novel itu di kelas!” kata Darian setelah itu melihat orang-orang sudah memesan popcorn juga minuman karena sepuluh menit lagi akan dimulai.

Kembali dua pasang kaki berjalan sejajar, obrolan singkat mengisi ruangan yang telah ramai.

Perlahan tapi pas, kesempatan kerja untuk orang di usia tidak lagi muda. Pegawai bioskop mungkin jarang ditemui, benar. Entah sejak kapan cara berpikir sebagian orang mulai berubah. Bahwa usia bukan tolak ukur dalam bekerja, tetapi kesiapan dan kesempatan yang harusnya diberikan untuk mereka.

Seperti bapak-bapak yang berdiri di setiap pintu Teater, memakai kemeja dengan celana kain hitam tampak rapi. Tatapannya terasa hangat, tersenyum menyambut dengan antusias. Tidak dapat dibayangkan atau harus memulai dengan kalimat apa, serasa datang ke bioskop di antar oleh orang tua.

Elin membalas senyuman itu, seraya memberikan dua lembar tiket bioskop, “Terimakasih, pak”

“Sama-sama, mbak”

Siapa yang tidak luluh mendapat perhatian sederhana itu, terutama bagi Elin. Masih terasa suasana bioskop keluarga, bioskop yang cukup viral dikalangan anak muda, terutama pelayanannya. Mereka bilang, jika ingin mendapat peran orang tua cukup datang ke sini. Begitu juga memberi peluang bagi pekerja di usia tidak lagi muda.


lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Romansa Bioskop 2, Selaras Yang Bertepi. Episode 23, Novel Remaja Romantis "