Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Terjerat Ikatan Lama, What Really Is Our Relationship? Episode 2 Novel Remaja Romantis

Novel What Really Is Our Relationship Terbaru 

 



 Anggota OSIS telah berkumpul di lapangan sebelum upacara dilaksanakan pada pukul tujuh pagi, tampak siswa-siswi sedang duduk dan berdiri pada pinggir-pinggir lapangan sambil melihat aktivitas maupun asyik melempar obrolan. Berbagai macam obrolan dibicarakan canda dan tawa akan selalu menghiasi suasana sekolah meski terkadang tugas tidak bisa dibilang sedikit.

Pengeras suara diletakkan pada beberapa posisi yang dibutuhkan, begitu juga perlengkapan upacara. Kegiatan sekarang diambil alih, oleh anggota OSIS angkatan tahun kemarin untuk terakhir kalinya. Sedangkan anggota paskibra minggu kemarin, dengan adanya pergantian tugas upacara bendera memiliki tujuan. Agar setiap anggota yang aktif bisa belajar menjadi pemimpin maupun petugas lain.

Pengeras suara diletakkan pada beberapa posisi yang dibutuhkan, begitu juga perlengkapan upacara. Kegiatan sekarang diambil alih, oleh anggota OSIS angkatan tahun kemarin untuk terakhir kalinya. Sedangkan anggota paskibra minggu kemarin, dengan adanya pergantian tugas upacara bendera memiliki tujuan. Agar setiap anggota yang aktif bisa belajar menjadi pemimpin maupun petugas lain.

“Elin!” panggil seorang cowok bertubuh tinggi sedang berbicara dengan pengibar bendera, lalu berjalan menghampiri.

Darian. Kelas dua belas jurusan IPA, pernah menjadi ketua OSIS, karena sudah kelas dua belas jadi akan diganti adik kelas. Bentuk badan proposional, berkulit putih dengan bola mata cowok khas pribumi. Tapi Darian memiliki keturunan luar negeri berasal dari Papi-nya, sedangkan Mami asli orang Jogjakarta.

Darian suka sekali mencari kesempatan untuk bisa berbicara atau sekedar melihat wajah Elin secara diam-diam, tetapi Darian lebih pandai dalam mendekati cewek, terutama wajahnya yang tampan. Selain itu memiliki kemampuan dalam segudang prestasi baik akademik maupun non akademik.

“Langsung saja atur barisan, lima menit lagi upacara dimulai, gue mau urus kelompok paduan suara!” suruh Darian sebelum berjalan meninggalkan titik pemberhentian sejenak, keduanya saling berpisah berlainan arah menuju tujuan masing-masing saat ini.

Siswa-siswi sudah berkumpul semua di lapangan, barisan upacara berbentuk huruf ‘U’. Di mana kelas sepuluh barisan sebelah kiri, kelas sebelas barisan sebelah, dan kelas dua belas barisan sebelah kanan. Barisan guru berada di depan menghadap kelas sebelas, tetapi sedikit mendekat kelas sepuluh ujung.

Pemimpin upacara telah mengambil alih dengan cara memberikan arahan, “Istirahat di tempat gerak.... Siap gerak...”

Hanya mendengar suara lantang nan tegas milik Darian, berhasil membuat beberapa cewek berbisik-bisik mengagumi setiap apa yang dilakukan oleh sang pemilik wajah tampan. Begitulah kebiasaan yang selalu diterima cowok tampan dengan segudang pesona tersendiri dan prestasi.

Pandangan Elin sudah pasti terfokus melihat punggung lebar milik Darian, yang berhasil menyembunyikan otot dengan seragam atasan walau sedikit terlihat sebab berlengan pendek. Mengikuti ekstrakurikuler sama yaitu basket, selain itu Darian juga memiliki ekstrakurikuler tambahan taekwondo sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Pada barisan paling belakang sendiri sebelah kanan jurusan IPS, di mana pandangan mata Rendra terus terfokus menatap wajah Elin, meski hanya terlihat setengah. Mengamati dari jarak jauh dengan segala rasa yang selalu tersimpan rapi dalam kurun waktu lama.

Friendzone bisa dibilang begitu, memiliki perasaan yang harus terjebak dalam ikatan persahabatan bukanlah hal mudah, harus banyak berpikir sebelum bertindak sebab bisa saja menimbulkan kesan berlebihan. Walau kadang ingin sekali mengatakan, bahwa perasaan ini ingin segera menyampaikan gejolak yang telah bersarang lama dalam hati.

Hanya saja memilih untuk mengurungkan niat, kadang rasa takut kehilangan, sulit dikendalikan, rasa cemburu juga keinginan memiliki lebih dari sahabat. Jika sudah saatnya semesta telah menakdirkan, bahwasanya telah ditetapkan untuk segera mengutamakan cinta, hanya saja menjadi harapan untuk tidak akan menghancurkan ikatan yang telah terjalin lama.

“Sampai kapan elo rahasia in perasaan itu dari Elin?” bisik cowok dengan tinggi badan sama, melirik wajah Rendra diikuti bibir menyengir kuda.

Ghazi. Duduk di bangku kelas dua belas jurusan IPS. Lahir dari keluarga cukup kaya, tapi selalu punya keinginan untuk bisa berdiri di kaki sendiri. Pemilik mulut ceplas-ceplos tetapi selalu berkata jujur, tanpa menutupi kebohongan.

“Jangan sebut namanya, kalau ada yang dengar bakal jadi masalah baru” bisik Rendra melihat sekeliling barisan yang pada fokus melihat ke depan, tapi ada saja suara bisik-bisik.

“Enggak bakal ada yang dengar pada fokus upacara....” jawab Ghazi selalu saja berdiri dengan kaki kuda, sebelah lurus sebelah ditekuk sedikit, katanya itu cara agar tidak mudah pegal.

“Sudahlah diam saja, ketahuan bakal dihukum. Mana belum sarapan...”

“Selagi ada Elin enggak usah khawatir, dia kan perhatian banget sama elo” tutur Ghazi menggoda sambil menyenggol lengan, tetapi tubuh Rendra berhasil menopang kuat agar tidak terjatuh atau keluar dari barisan.

“Walaupun masih dibilang sahabat” kata-kata itu berhasil membungkam mulut Rendra, yang tadinya tertarik berbicara langsung mengurungkan diri bersuara, sebab apa yang dikatakan Ghazi memang benar.

***



Upacara bendera telah usai dilakukan, siswa-siswi dipersilahkan untuk memasuki kelas masing-masing sebab jam pelajaran pertama akan segera dimulai, lain dengan guru berjalan menuju ruangan mengambil buku mata pelajaran yang akan segera diajarkan ketika sampai di kelas.

Gerombolan siswa mulai memasuki kelas masing-masing, meski ada saja beberapa dari mereka memilih untuk nongkrong depan kelas, memang sudah disediakan kursi panjang terbuat dari kayu. Sudah pasti cowok-cowok akan melakukan hal tersebut sambil menunggu kedatangan guru, kadang berbicara dengan kelas sebelah.

Rendra duduk di kursi sebelah kanan belakang urutan nomor tiga, sedangkan Ghazi duduk di kursi belakang Rendra duduk dengan ketua kelas. Karena sejak kelas sepuluh Rendra dan Elin selalu duduk satu bangku, kecuali waktu ujian akan berpisah.

Amatan netra belum usai menatap ambang pintu, terus terbuka sejak tadi pagi. Menunggu kedatangan seseorang yang tidak kunjung masuk, padahal hati sudah ingin melepas segala rasa hanya dengan melihat wajahnya.

“Daripada lihat pintu terus mending samperi ke lapangan upacara sana, jangan sampai Darian yang bergerak cepat....” kata Ghazi meletakkan ponsel, sebenarnya ingin bermain game tapi diurungkan, setelah melihat wajah Rendra begitu masam.

Terdengar suara perut lapar milik Rendra berhasil di dengar oleh Ghazi, hal tersebut menimbulkan sedikit ketawa darinya, “Ayolah gue antar ke kantin, lagi pula gurunya juga belum datang!”

“Padahal gue dari tadi tunggu Elin, katanya dia bawa bekal dua....” jawab Rendra dengan ekspresi sedikit sedih, setelah penantian lama tapi masih saja tidak tahu kapan akan datang memasuki kelas.

“Apa-apa elo tunggu, enggak semua hal mesti ditunggu...” Ghazi sudah beranjak dari tempat duduk, dengan kepala sedikit melihat posisi Rendra tetap bersender pada dinding.

“Tadi pagi bilang gitu, tapi sampai sekarang belum balik-balik....” Rendra beranjak dari tempat duduk tidak lupa membawa ponsel yang sebelumnya disimpan pada tas, karena tadi baterai habis sejak semalam lupa cas.

“Lama” kata Ghazi menyeret tangan Rendra agar segera mengikuti ucapannya ke kantin, melewati sepasang kekasih yang sedang kasmaran di dalam kelas.

Depan ruang kelas sudah terlihat sepi sejak guru pengajar memasuki kelas, meski ada dua atau satu siswa yang sedang berlalu lalang entah urusan toilet maupun sekedar memanggil guru pengajar, lain dengan kelas jurusan IPS kami malah malas jika ada guru yang datang.

Dari lantai dua bisa melihat lingkungan sekitar dengan jelas, itu juga berfungsi untuk memastikan keberadaan guru yang sedang berlalu lalang, terutama guru piket suka memberikan hukuman pada siswa yang ketahuan keluar kelas di jam pelajaran. Hal ini mengakibatkan banyak terjadi permusuhan siswa dengan guru tersebut, memang sejak awal datang menjadi guru suka mencari muka di depan para guru lain dan kepala sekolah.

Berhati-hati dalam melangkah adalah cara terbaik agar tidak ketahuan ketika ingin ke kantin, jalur terbaik bisa melalui belakang sekolah kelas sebelas, tetapi harus melewati lorong kelas sepuluh lebih dulu. Kalau siswa-siswi kelas sepuluh hanya memperhatikan tanpa berani mengadu, kadang dari mereka juga melakukan hal yang sama.

Setiap kelas di depan teras biasanya ada mading atau papan pengumuman berukuran kecil, di mana informasi tertentu akan diletakkan tanpa harus membagikan kertas satu persatu pada siswa, sekaligus mengirit pengeluaran. Kadang juga berisi tentang pantun, puisi, cerpen dan lain-lain. Pada hari kamis malah berisi informasi tentang tips kecantikan alami, itu bukan pilihan sebab cewek lebih suka make up atau masker wajah.

Keberadaan Rendra dan Ghazi memang sering menjadi perbincangan kalangan cewek-cewek, kadang juga menjadi awal permusuhan cowok pula, karena pacar mereka sering menyimpan foto Rendra maupun Ghazi di galeri. Biasanya ada bagian dari mereka menjadi fotografer rahasia untuk mengambil gambar atau mencari informasi dari media sosial.

“Elo itu banyak yang suka, Ren. Lihat adik kelas pada curi pandang diam-diam suka ke elo, mending elo coba suka salah satu dari mereka.....” saran Ghazi melihat dengan ekspresi datar, tetapi itu malah menjadi antusias cewek-cewek, padahal mereka sudah tahu Ghazi sudah memiliki kekasih.

“Gue enggak mau mainin perasan cewek, mereka juga punya hati...” jawab Rendra dengan menampilkan wajah datar melihat depan, sebentar lagi sampai kantin.

Read more


lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Terjerat Ikatan Lama, What Really Is Our Relationship? Episode 2 Novel Remaja Romantis "