Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Cemburu, What Really Is Our Relationship? Episode 3 Novel Remaja Romantis

Novel What Really Is Our Relationship Terbaru

 

 “Gue salut sama elo, bisa bertahan sejauh ini. Semoga Elin juga punya perasaan yang sama!” doa Ghazi hanya dengan lirikan mata sejenak sebelum kembali melihat pintu masuk kantin.

“Amin.”

Empat kaki berjalan memasuki pintu kantin saling bergantian. Betapa terkejutnya Rendra ketika melihat Elin, sedang makan berdua dengan cowok lain, rasa jengkel seketika bangkit ingin segera menghampiri. Namun tangan Ghazi sudah lebih dulu untuk menghentikan, hingga Rendra memilih tempat duduk lebih jauh hanya saja mengarah ke posisi duduk Elin.

“Biarin dulu, kita lihat dari sini. Jangan sampai gegabah, kalau elo labrak Darian itu bakal jadi permasalahan baru, gue enggak mau Elin jauhi elo gara-gara masalah sepele....” nasehat Ghazi memang betul adanya, kalau bertindak semena-mena tanpa berpikir panjang akan berakhir fatal.

Rendra sudah tidak kuasa lagi menahan rasa cemburu, “Pantas saja gue tunggu di kelas enggak balik-balik, ternyata lagi makan berdua”

Elin dan Darian melihat arah suara yang sedang mengatakan sindiran itu, sebab di kantin tidak ada lagi siswa, melainkan hanya mereka berdua sedang menikmati satu porsi ayam goreng dengan es teh manis.

“Ngapain elo?” sewot Darian dengan tatapan tidak bersahabat sejak lama, karena Rendra yang selama ini berusaha mengambil waktu supaya tidak bisa mendekati Elin.

“Ada apa sih?” tahu sendiri kalau Elin memang pelupa, walau baru dikatakan tadi pagi dalam hitungan menit akan terlupakan dengan mudah, kadang itu yang membuat Rendra jengkel tapi Memilih untuk diam saja.

“Bekal yang tadi pagi elo tawari, katanya spesial buat gue” perjelas Rendra malah semakin memanas suasana di pagi hari, seketika itu Darian melihat wajah Elin sedang duduk di depannya.

“Oh iya, lupa. Tadi gue tawari bekal ya...” Elin tersenyum cengengesan, “Sudah elo ambil belum?”

“Belumlah, dari tadi gue tunggu...” jawab Rendra sedikit menurunkan rasa jengkel, kadang sikap jengkel tersebut malah bikin gemas di matanya.

“Maaf ya, gue lupa. Harusnya tadi elo ambil saja di tas resleting belakang sendiri!”

“Terlambat, gue sudah mau makan bentar lagi datang!” melihat penjual membawa nampan stainless berisi dua piring dan dua minuman.

“Buat nanti siang saja, lagi pula itu roti bakar selai kacang” jelas Elin yang suka sekali dengan selai kacang.

“Kalau elo enggak mau biar gue saja yang makan” sahut Darian sambil mencari kesempatan paling tepat bisa mendekati Elin, pasalnya selama ini yang selalu dibawakan bekal hanya Rendra.

“Enak saja itu punya gue” tolak segera agar Elin tidak memberikan apa yang sudah diberikan, “Elo enggak berhak dapat bekal dari Elin, emang elo siapa?”

“Elo itu cuma sahabatnya enggak usah belagu” Darian tidak mau kalah mendapat perhatian, karena dengan begitu bisa mempermudah menyingkirkan posisi Rendra dari hidup Elin secara perlahan.

“Sudah-sudah. Gue mau masuk kelas, capek dengar kalian ribut enggak jelas....” memilih beranjak dari tempat duduk diikuti Darian yang berjalan di sebelahnya, sambil mengejek kalau dirinya lebih cepat satu langkah.

Ghazi melihat kepergian Elin dan Darian meninggalkan kantin, “Nah, sekarang dia marah. Elo sih gue kasih tahu jangan gampang ke pancing emosi, malah debat enggak jelas, masih untung nanti di kelas Elin mau ngomong sama elo”

“Habis gue jengkel sama itu cowok, sok banget di depan Elin, pengen gue tonjok mulutnya biar tahu diri...” sebal Rendra meredakan emosi dalam relung hati dengan meminum es teh manis.

“Kita lihat saja cara main dia kayak apa, tinggal tunggu siapa pemenangnya!” kata Ghazi memang tidak menyukai Darian sejak dulu, sebab sikap sok ganteng dan pamer prestasi.

Es teh manis cukup meredakan emosi Rendra, “Awas saja, kalau macam-macam sama Elin”

“Saran gue, jaga Elin dari Darian yang begitulah...” Ghazi meniup nasi di sendoknya, “Elo tahu sendiri Darian itu suka bikin baper doang, terus enggak jelas juga....”

“Heran, kenapa banyak cewek yang suka sama dia. Apa gara-gara mukanya sedikit bule?”

“Ren, sebenarnya kita itu gantengnya enggak kalah sama Darian, cuma kurang prestasi saja...” tutur Ghazi memecah suasana lebih ramai oleh tawanya.

Beberapa suapan mendarat tepat di sasaran, tanpa terasa habis sudah piring yang sebelumnya terisi. Kini menyisakan bekas makan, juga es teh habis lebih awal.

Ada juga siswa sedang datang ke kantin untuk makan, siapa lagi kalau bukan dari kelas yang sama. Menandakan bahwa guru pengajar sepertinya belum datang atau mungkin berbohong pergi ke kamar mandi, mungkin saja itu terjadi.

“Balik sekarang yuk, gue mau lihat Elin sudah ada di kelas apa masih sama Darian!” Rendra beranjak dari tempat duduk, merogoh saku celana mencari uang saku.

“Gue saja yang bayar, hari ini elo gue traktir” meletakan lembaran uang kertas di meja, tidak lupa memberi isyarat penjual kalau uangnya diletakkan di meja.

“Lagi ada acara apa, traktir gue segala?” meski sering saling mentraktir makan, Rendra merasa bahagia uang sakunya bisa aman.

“Kemarin habis dapat transfer dari bokap, lumayan ada tambahan juga, gara-gara di suruh antar barang ke rekannya. Makanya sekarang elo gue traktir”

“Gue tambah pop es rasa permen karet, boleh enggak masih kepedasan?” sudah melirik gerobak itu ada di dekat pintu keluar.

“Sekalian gue juga!” memberikan satu lembar uang, lalu Ghazi memilih duduk di tempat berbeda di dekat gerobak.

Berjalan keluar kantin sambil menyeruput pop es rasa permen karet. Meski berjalan sambil celingak-celinguk mencari apa ada guru yang berkeliaran untuk menangkap siswa sedang bolos mata pelajaran. Meski ada saja siswa yang menegur ketika berpapasan dengan mereka berdua, lagi pula itu dari kelas dua belas beda jurusan.

✨✨

Ruang kelas masih terlihat sepi dari keberadaan guru pengajar tetapi buku miliknya sudah ada di meja, mendapatkan kalau beliau sudah lebih dulu datang memasuki kelas. Pasti Elin akan dihukum terlambat mengikuti pelajaran matematika, ketika ingin melangkah masuk ke dalam terdengar seorang laki-laki memanggil dari belakang.

“Elin”

Seketika tubuh berputar melihat belakang sumber suara, “Eh pak...”

“Kata Rendra kamu rapat anggota OSIS, sekarang cepat masuk selesaikan tugasnya!” jelas guru pengajar yang juga sedang mengajar kelas sebelah menggantikan guru lain izin tidak masuk.

“Baik pak, terima kasih”

Pandangan melihat arah belakang sebelah kanan, di mana Rendra dan Ghazi sudah lebih dulu memasuki ruang kelas, sebab setelah berpisah dari Darian. Elin berjalan ke kamar mandi karena harus segera buang air kecil, selain itu diajak berbicara dengan dua anggota OSIS lama juga berada di kamar mandi.

“Makasih ya!” membetulkan posisi rok sebelum duduk di kursi dekat Rendra yang sedang berbicara mengenai game sama Ghazi.

“Buat apa?” pura-pura tidak tahu padahal guru pengajar barusan telah mengatakan, “Enak makan berdua? Sampai lupa kalau gue tadi ditawari bekal....”

“Elo marah?”

Read more...

lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Cemburu, What Really Is Our Relationship? Episode 3 Novel Remaja Romantis "