Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Agresif, What Really Is Our Relationship? Episode 4 Novel Remaja Romantis

Novel What Really Is Our Relationship? Terbaru

 


“Enggak, siapa yang marah?” tetapi mata Rendra memilih mengalihkan pandangan, lebih tepatnya sedikit menyerong mengalihkan obrolan karena cemburu tadi belum juga terselesaikan.

Mengambil kotak bekal dari dalam tas, “Ini buat elo, di makan pas siang!”

“Sudah kenyang....” jawab Rendra semakin cuek, jelas ini membuat raut wajah Elin terheran-heran dengan sikapnya yang sering berubah cuek tanpa sebab.

“Buat gue saja, gue juga pengen ngerasain roti bakar buatan elo” tangan Ghazi menerima bekal pemberian, tetapi langsung disahut cepat oleh Rendra, “Katanya sudah kenyang”

“Ini punya gue....” jawab Rendra sewot mendekap bekal pada dada agar tidak ada yang mengambil, “Kalau mau beli saja di kantin banyak!”

“Rasanya beda. Kalau itu gratis di kantin bayar....” perjelas Ghazi membuat Elin tertawa kecil sambil menggelengkan kepala.

Papan tulis berwarna putih tampak menampilkan goresan tinta hitam berbagai macam angka tersusun secara rapi mengikuti rumus, tidak lupa rangkaian kata tersusun sebagai penjelas maksud yang akan disampaikan untuk mengerjakan tugas dan itulah contoh dari guru pengajar.

Nada jarum jam berdetak setiap detik memutari angka yang berjumlah dua belas, sayangnya tidak seperti jam dinding pada umumnya. Melainkan setiap waktu menampilkan rumus matematika, bayangkan saja jika tidak paham maksud dari posisi tersebut, sudah pasti pusing untuk memastikan sekarang jarum jam menunjukkan angka berapa.

Apalagi memecah rumus matematika bukanlah hal mudah, karena itu harus teliti mengamati agar tidak salah berucap waktu. Pada sebelah kanan-kiri ada foto presiden republik Indonesia, sedangkan di atas jam dinding ada gambar garuda dengan lima sila.

Pada dinding depan sendiri dekat kaca jendela terdapat meja guru yang terbuat dari kayu asli juga kursi kayu hanya saja ada bantalan empuk, di bagian pojok terdapat tiang sekaligus bendara merah putih. Berdiri kokoh selalu terlihat bersih dan terawat, sebab satu bulan sekali selalu di cuci.

Karena ini adalah kelas jurusan IPS sudah pasti dinding bagian belakang terdapat lukisan besar peta Indonesia, juga keterangan provinsi dari Sabang sampai Merauke. Pada kedua sisi dinding tidak lupa meletakkan foto-foto pahlawan dalam bingkai berukuran sedang berwarna hitam semua.

Elin memegang lengan atas Rendra dengan jari telunjuk, “Ren”

Meski begitu Rendra memilih untuk fokus menatap buku matematika yang sedang dicoret angka-angka berdasarkan rumus. Tidak bisa membayangkan kalau hubungan Elin dan Darian semakin erat, Rendra tidak akan membiarkan posisinya direbut begitu saja.

Kedua tangan berada di atas meja seraya meletakkan kepala di atasnya, dengan pandangan menatap wajah Rendra yang seakan tidak peduli, “Rendra, masa gara-gara roti bakar elo marah kayak gini”

Sebenarnya itu bukan karena roti bakar yang dimaksud Elin, namun Rendra marah karena mengetahui Darian memanfaatkan alasan ketua OSIS untuk bisa dekat dengan Elin. Padahal jabatan OSIS telah berakhir ketika memasuki kelas dua belas, hanya saja Darian sering ikut campur berbagai macam kegiatan OSIS sampai sekarang.

Karena tatapan itu terus mengarah ke wajah Rendra, membuatnya merasa kurang nyaman hingga tidak bisa menahan detak jantung saat ini. Rendra mengalihkan pandangan ke arah lain, tetapi Elin terus menatap ke arah yang sama hal ini bikin perasaan makin berdebar.

“Jangan lihat gue melulu, buruan jawab tugasnya sebelum gurunya datang!” Rendra melihat wajah Elin sekilas lalu kembali menatap arah yang sama saling membelakangi.

Guru pengajar matematika datang, “Apa ada yang mau di tanyakan, sebelum pergantian jam?”

“Semuannya pak” jawab ketua kelas yang dari tadi bermalas-malasan di belakang.

“Kan sudah ada di papan tulis penjelasan cara mengerjakan”

“Tapi yang di papan tulis beda sama tugasnya” sabut Ghazi belum selesai mengerjakan.

“Sama saja, beda angkanya setiap tugas. Lihat setiap nomor hampir sama jawabannya, berarti kamu mesti pahami maksud dari pertanyaannya...” mengambil buku di meja, “Sebentar lagi bel pergantian jam pelajaran”

Memang benar, guru selalu memberi contoh mudah di papan tulis sedangkan tugas yang di berikan begitu sulit.

Terdengar suara bel tanda pergantian jam, sambil menunggu kehadiran guru pengajar, para siswa melakukan aktivitas bermain ponsel maupun mengisi waktu dengan obrolan. Lain dengan Elin belum juga selesai memperhatikan wajah Rendra yang tengah cuek terhadapnya, jelas itu mengakibatkan rasa canggung, namun Rendra menyembunyikan dengan mengalihkan pandangan ke arah lain atau sekedar mengubah posisi duduk.

“Ren... elo kenapa sih dari tadi diam terus, kalau ada masalah bilang jangan kayak gini, apa gara-gara tadi gue lupa kasih bekal?” bujuk Elin mengarahkan wajah mendekati tubuh Rendra yang kini lebih condong arah duduk Ghazi.

“Gue minta maaf, tadi enggak enak tolak traktiran Darian. Lagi pula elo sudah makan juga di kantin, bekalnya tinggal di makan nanti siang kan selesai, enggak usah marah kayak gitu!...”

“Kayak anak kecil elo kalau marah.....” ejek Ghazi sudah terbiasa dengan perubahan dari temannya satu ini.

“Kalau elo marah pulang sekolah enggak jadi beli lipstik, katanya tadi mau antar.....” belum puas juga membujuk sudah bikin Rendra tidak mau melihat wajah Elin terus-menerus sedih, jadi dengan menghembuskan nafas panjang untuk menghentikan ketidaknyamanan dalam hati.

“Jadilah” jawab Rendra cuek.

“Makasih, baik banget sahabat gue!” tampak wajah sedikit lega setelah mendapat jawaban, tangan kanan mencubit pipi milik Rendra dengan gemas diiringi senyum lebar.

“Sakit tahu” melambangkan rasa sakit atas cubitan juga rasa sakit ketika mendengar pernyataan mengenai status yang hanya dianggap sebagai sahabat, terasa sakit di hati namun tidak menimbulkan luka fisik, ini jauh menyakitkan dari tonjokan pada wajah.

“Kacang....kacang....” sindir Ghazi, “KUACI.....”

“Permen.. permen.... yang jomblo juga pengen” lanjutan Farrel ketua kelas baru saja datang terus duduk di sebelah Ghazi.

“Selamat siang anak-anak!”

“Selamat siang juga, Bu.” Jawab serentak.

“Sekarang belajar tentang sholat jenazah, bawa buku agama dan bolpoin ke musholla. Semua perlengkapan sudah ibu siapkan di sana, dalam pelajaran hari ini dimohon untuk serius semua jangan kayak kemarin pada bikin keributan terus....” jelas guru pengajar berjalan lebih dulu keluar kelas diikuti para siswa di belakangnya.

Dalam perjalanan ada beberapa cewek mengajak berbicara guru dengan berbagai pertanyaan, sudah pasti mereka kelompok paling giat belajar, berbeda dengan pemalas yang hobinya ikut sajalah. Biar dapat nilai walaupun tidak terlalu paham dengan pelajaran yang sedang diajarkan, namun untuk hari ini berbeda, jadi kayaknya bakal heboh juga.

✨✨

Ketika sampai di dalam musholla di bagi menjadi empat kelompok, dua kelompok cewek dan dua kelompok cowok. Berguna untuk mengajar apa saja yang harus disiapkan dan dilakukan sebelum sholat jenazah, dengan adanya boneka patung berguna sebagai ganti jenazah yang di maksud dalam pelajaran agama.

“Anak-anak perhatikan depan, supaya nanti enggak ada yang bingung. Ingat jumlah kain kafan jenazah perempuan lebih banyak dari laki-laki....” memperlihatkan lembaran kain kafan berada di depannya.

“Kain kafan laki-laki menggunakan tiga lapis cukup untuk menutupi seluruh tubuh. Sedangkan untuk perempuan terdiri dari lima lapis kain kafan, kain panjang yang mencukupi untuk membungkus seluruh tubuhnya. Baju kurung yaitu kain yang diberi lubang sebesar ukuran leher dan dirobek bagian depan dengan cara dipotong sedikit memanjang. Kerudung, kain panjang untuk basahan, kain penutup pinggang sampai kaki. Terakhir kain panjang untuk menutup pinggul dan paha.”

“Ibu sudah sediakan kapas secukupnya yang diberi wewangian parfum promo, karena ini hanya praktik. Untuk menutupi anggota badan seperti muka, kemaluan, kedua buah dada, kedua telinga, kedua tumit, dan kedua siku-siku tangan. Paham?”

“Paham...”

“Dikit...”

Read more...

lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Agresif, What Really Is Our Relationship? Episode 4 Novel Remaja Romantis "