Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Apa itu Cinta? Perihal Cinta, Episode 3

Novel Remaja SMA Romantis

 

 Cerlians - Deras air menetes akan memberikan rasa menyegarkan hingga ketenangan, meski kerapkali muncul keraguan, pejamkan netra sejenak temukan rasa yang tak pernah bisa dirasakan lagi.

“Nanti aku cerita, gerah mau mandi dulu!” jelas Seyla melanjutkan jalan lalu menutup pintu kamar, diletakkan sepatu berwarna putih di rak belakang begitu juga tas berdekatan meja belajar.

Ritual mandi akan segera di mulai setelah mengenakan masker wajah lebih dulu, bekas debu sepanjang perjalanan membuat muka terasa berat dan berminyak. Tidak lupa menggosok gigi dengan aroma pasta kesukaan.

Gemercik air mulai mengalir menciptakan percikan dari lantai berwarna abu-abu sedikit kasar, di sebelah terdapat wastafel berukuran kecil. Berbeda dengan tempat meletakkan wc yang menghadap ke pintu.

Diambil handuk dari lipatan laci bawah wastafel, tidak lupa mengeluarkan heardeyer yang telah ada sejak datang ke sini. Handuk hanya membantu menutupi area sensitif pada tubuh Seyla, karena terlalu kecil jika menutupi seluruh tubuhnya.

Hampir satu jam sendiri di dalam kamar mandi sekaligus berganti pakaian, padahal belum juga make up sekedar mengenakan lipstik saja. Begitulah cewek! Langkah Seyla berjalan menuruni tangga.

“Gimana sekolahnya hari ini?” melihat kedatangan Seyla duduk di meja makan depannya, sambil menyodorkan piring berisi lauk ayam kecap.

“Gitulah...” meletakkan paha ayam di sebelah tumis kangkung, tidak lupa sambal di mangkuk kecil sebelah wadah nasi, “Masih awal jadi belum begitu kenal sama cowok-cowok”

“Seyla-Seyla. Masih saja sibuk cari cowok, mama enggak mau kalau nilai kamu terus jelek kayak dulu, mulai hari ini harus rajin belajar sama satu lagi kurangi bolos waktu jam pelajaran!”

“Nilai boleh jelek, tapi wajah tetap cantik kan, Ma!” Mengedipkan mata beberapa kali setiap membahas nilai, “Nilai itu enggak begitu penting, tapi yang penting kejujuran katanya sih gitu”

“Pintar banget kalau ngeles....”

“Siapa dulu orang tuanya, Mama Vina gitu loh....” jawab Seyla tertawa bersama, diambil jus jambu yang berada di dekat morong air putih.

***

Seyla Cantika Devanka

Cahaya mentari telah menyambut hari kedua di sekolah, hawa sejuk Jogjakarta kian semakin nyaman. Hati telah berubah untuk datang lebih pagi, dengan semangat agar bisa mendekati cewek yang bikin jiwa penasaran.

Tumpukan buku pada meja guru menyita perhatian Krisna untuk menghampiri, diambil sampul buku absen berwarna merah dekat vas bunga. Dicari nama yang bikin jiwa terus bertanya-tanya, lalu....

“Ternyata gue enggak salah panggil nama Lo, Cantik!” melihat kedatangan Seyla dari ambang pintu, “Seyla Cantika Devanka!”

“Oh ” jawab Seyla berjalan melangkah ke kursi belakang miliknya, ketika itu Krisna memalingkan wajah menatap Seyla yang masih tetap cuek terhadapnya.

“Sesingkat itukah?” menghampiri, “Gue tantang Lo main basket satu lawan satu”

“Takut kalah!” ejek Krisna seketika, Seyla merasa diremehkan kemampuannya dalam bermain basket, tahu sendiri jika ada seseorang yang meremehkan pasti ingin dilawan.

“Oke, siapa takut. Pulang sekolah nanti kita tanding basket satu lawan satu!”

Krisna tersenyum bahagia atas tawaran yang barusan dipinta, meskipun itu sedikit berbeda dari caranya mendapatkan hati cewek yang kini telah berubah menjadi mantan. Seyla berbeda, jadi harus diperlakukan berbeda pula!

Apa itu cinta? Tapi itu bukanlah sebuah masalah, seperti inilah anak remaja. Sekolah bersanding cinta, sebagai hari-hari yang selalu terlewati. Kalau memang benar cinta, bukannya itu hal baik!

Mungkin! Entah apa yang disukai Krisna, baginya Seyla menarik bukan hanya segi kecantikan, melainkan sifat dan cara berbicara, sedikit menyebalkan namun akan menciptakan sebuah kerinduan setiap Seyla tidak hadir dari pandangan mata.

Kamar Mandi Sekolah

Seperti inilah sebuah cinta remaja, kisah-kasih di sekolah yang katanya itu manis banget, bukan semanis gula, bukan pula semanis madu. Manisnya beda, sulit dijelaskan oleh ucapan, logika maupun kata-kata. Dan siapa saja pasti pernah merasakan cinta!

“Laras!” melihat keberadaan Laras di kamar mandi, berjalan masuk untuk menghampiri teman baru yang hobi sekali lama-lama di depan kaca.

“Eh, Seyla sini kita selfie dulu, sebelum jam pelajaran!” ajak Laras memotret dirinya dengan Seyla tepat di depan kaca.

“Udah, gue kebelet!” Sedikit berlari menuju toilet yang masih sepi.

“Gue tunggu!”

“Iya.” Sahut Seyla berteriak.

Sekolah sudah mulai ramai, jam juga menunjukkan waktu pembelajaran akan dimulai. Apalagi lumayan lama berada di kamar mandi menunggu Laras menyelesaikan selfie nya itu.

Tanpa disadari guru pengajar sudah berjalan menghampiri ruang kelas, tanpa berpikir panjang Seyla dan Laras berlari menuju kelas takut terlambat, kata Laras guru itu terkenal disiplin. Dan tidak segan-segan mengeluarkan siswa jika terlambat di jam pelajarannya.

Untung saja guru itu sedang berbicara dengan guru lain yang mengajar di kelas sebelah, “Kita selamat!” ucap Laras menghela nafas lega.

“Iya” jawab Seyla menyenderkan punggungnya di kursi, sembari mengatur nafas setelah menaiki tangga, padahal rasa kenyang usai sarapan tadi cukup mengganggu, seperti tertusuk-tusuk jarum.

Krisna menyodorkan air mineral, “Ini!”

“Enggak usah” tolak Seyla dengan nada sedikit kelelahan, tapi gengsi dong menerima pemberian darinya.

“Minum saja, masih baru!” tawarnya lagi, “Gue punya dua!”

“Makasih” entah apa yang membuat Seyla tiba-tiba menerima pemberian Krisna, tapi berlari dari toilet dan menaiki tangga lumayan melelahkan.

Tersenyum, “Nunggu Laras selfie dulu!” tanya Krisna yang sudah tidak asing lagi dengan kebiasaan Laras sejak dulu.

“Kok tahu?” Seyla tidak lagi memasang sifat cueknya itu, melainkan raut muka yang hangat nan menyenangkan.

“Gila kamera dia!” jelas Krisna santai berkata tanpa peduli lirikan tajam dari Laras berdiri dekatnya.

“Bodo!” sahut Laras menginjak kaki Krisna dengan sepatu pink kesayangan, “Rasain!”

“Selamat pagi” kedatangan guru menghentikan aktivitas siswa, begitu juga Laras menghentikan ucapan untuk memarahi Krisna seperti biasanya.

“Selamat pagi, pak!” serentak.

“Sepertinya ada murid baru, sepertinya juga kamu sudah tahu nama saya dari siswa yang lain” jelas guru itu duduk.

“Iya, pak!”

“Kerjakan bab enam, jika ada yang kurang paham tanyakan sama saya!”

Krisna meletakkan kepala pada meja menengok wajah Seyla yang fokus menyalin jawaban dari buku rumus meski belum yakin hasil benar atau salah.

“Makan yuk!”

“Masih kenyang” jawab Seyla tetap melihat buku tulis, tidak lupa sedikit mengecilkan suara.

“Nanti kalau jam istirahat”

“Enggak.”

“Ayo... Ayolah”

“Enggak mau, maksa banget jadi cowok” tolak Seyla lagi, kini wajah melirik tatapan Krisna yang selalu menampilkan gigi gingsul andalan.

“Seyla ayo....” teriak Krisna membuat seisi kelas langsung menatap, “Ayo!”

“Ayo apa?” tanya guru matematika, “Jangan macam-macam kalian ini masih kecil!” tambahnya lagi.

“Pak, jangan berprasangka buruk dulu. Saya ini anak baik-baik, iya kan Seyla?”

“Ha....” Seyla hanya memberikan senyuman tipis tanpa tahu harus berkata apa, karena memang bingung sendiri, tanpa sadar Krisna telah mengukir bulan sabit pada wajah Seyla.

“Ayo!” lebih kecil suaranya sambil menunjuk wajah memelas.

“Iya.”

Bel istirahat berbunyi. Guru matematika berjalan keluar kelas sambil membawa buku yang telah diisi sendiri setiap kali jam pelajaran beliau akan dilaksanakan, karena itu beliau begitu yakin jika masalah matematika bisa ditangani kalau mau berusaha.

Penulis : lianasari993

❤️Baca Selanjutnya ❤️

lianasari993
lianasari993 lianasari993 merupakan nama pena, kerap kali di panggil Lian. Lahir dan Besar di Jawa Timur. Membaca bagian dari hobi yang tidak bisa ditinggal hingga memutuskan untuk menulis sampai sekarang.

Post a Comment for "Apa itu Cinta? Perihal Cinta, Episode 3"