Aku Takut Kehilangan Kamu, Selaras Yang Bertepi. Episode 19, Novel Remaja Romantis
Novel What Really Is Our Relationship Terbaru
“Gue enggak marah” jawab Rendra kembali cuek.
“Barusan kok bentak gitu!”
“Gue enggak marah” tutur Rendra lebih lembut, “Gue enggak ada niatan buat bentak elo, Ra!”
“Elinorisa Pekeeza, Sebastian Rendra Dananjaya. Kalau mau ngomong bisa dilanjutkan di depan saja, biar sekalian yang lain juga dengar. Pakai bahasa Inggris sekalian...”
“Nah, kalau pakai bahasa Inggris mending saya diam saja Bu” jawab Rendra tidak bisa bahasa Inggris, tugas saja sering menyontek milik Elin, “Ribet Bu ngomongnya, lidah saya sulit diajak, terlalu medok !”
“Elin kamu maju” kata guru bahasa Inggris membawa buku tugas di mana pelajaran sekarang menceritakan lewat bahasa Inggris.
Rendra menghentikan langkah dengan memegang tangan kanan milik Elin, “Temani gue di sini!”
“Ibu saja yang cerita, saya di sini mendengar walaupun kurang paham!” jawab Elin lebih memilih menemani Rendra di belakang.
“Jangan berbicara sendiri lagi, mau ibu tambah hukumannya?”
“Enggak usah Bu makasih, ini sudah cukup!” jawab Elin paling malas jika dihukum, kalau Rendra mah biasa saja karena sudah sering dihukum.
***
Bel Istirahat berbunyi, pandangan guru pengajar beralih ke arah pintu, “Mau apa?”
“Mau ajak Elin makan di kantin, Bu!” jawab Darian masih berdiri di ambang pintu menunggu guru pengajar tersebut segera keluar dari dalam kelas, “Ibu kenapa enggak keluar?”
“Terserah saya mau di sini atau keluar” jawab guru tersebut berjalan keluar kelas, setelah selesai merapikan buku-buku milik siswa-siswi untuk di bawa ke ruang guru, mengoreksi tugas mereka.
Darian berjalan masuk ruangan menghampiri Elin yang selesai berdiri, “Kamu kenapa dihukum?
“Lupa bawa buku”
“Ayo ke kantin keburu ramai!” ajak Darian mengulurkan tangan untuk bergandengan dengan Elin meninggalkan kelas.
“Rendra gue ke kantin dulu!” melambaikan tangan sambil tersenyum.
“Lain kali kalau mau berangkat sekolah dipastiin, ada yang lupa apa enggak, pasti kamu capek berdiri di belakang!” tutur Darian selalu lembut setiap berinteraksi dengan Elin, sikap yang baik dan mudah berinteraksi memang sesuai dengan dirinya.
“Lumayan pegal kakinya, enggak terbiasa dihukum jadi gini deh...” katanya tersenyum manis, sesekali menyapa cewek-cewek berpapasan.
Tanpa terasa langkah kaki memasuki kantin lumayan ramai, Darian sudah menduga akan penuh jika terlambat sampai lebih awal, “Ternyata kantin sudah ramai saja!”
“Kamu cari tempat duduk, biar aku yang pesan!”
“Iya, duduk di sana saja ya!” menunjukkan pada kursi sebelah ujung baru saja ditinggalkan oleh dua siswa cowok. Elin berjalan santai menghindari lalu lalang agar tidak tertabrak.
Amatan netra menatap arah luar kantin, hanya melihat kedatangan Ghazi dengan Keisha saling bergandengan tangan, “Gha!”
Ghazi dan Keisha berjalan menghampiri memilih tempat duduk yang berdekatan, Keisha bertanya, “Kenapa elo, Ra?”
“Tumben Rendra enggak ke kantin?”
“Lagi di belakang sama anak IPS” jawab Ghazi melihat kedatangan pesanan diantarkan oleh penjual, karena tadi sudah memesan lewat ponsel ketika belum jam istirahat.
“Jadi Rendra belum makan sama sekali, kebiasaan banget sih....” gerutu Elin namun masih bisa terdengar jelas, “Gha, suruh Rendra ke sini...”
“Enggak mau, tadi sudah gue paksa. Katanya sudah enggak kayak biasanya.. terus cabut gitu saja!” jelas Ghazi belum memahami maksud dari perkataan Rendra, dituangkan kecap manis pada mangkuk bergambar ayam jago.
- Era Friendzone, Selaras Yang Bertepi. Episode 48, Novel Remaja Romantis
- Ren, Jangan Pergi Lagi!, Selaras Yang Bertepi. Episode 47, Novel Remaja Romantis
- Malah Aku Yang Terluka Olehnya, Selaras Yang Bertepi. Episode 46, Novel Remaja Romantis
- Cinta Yang Terpendam, Selaras Yang Bertepi. Episode 45, Novel Remaja Romantis
- Merayu Semesta, Selaras Yang Bertepi. Episode 49, Novel Remaja Romantis
“Rendra kenapa ya, dari tadi pagi kayak ada yang dipendam gitu, biasanya kalau gue ajak ngobrol semangat sekarang malah cuek ?”
“Lagi ada masalah mungkin” jawab Ghazi sudah tahu permasalahan, karena Rendra berusaha menahan rasa sakit setelah tahu Elin dan Darian sudah sering melewatkan waktu bersama.
Darian berjalan menghampiri sambil membawa cup es teh manis, diletakkan pada meja sambil menunggu pesanan akan diantarkan, “Lin, semalam aku telepon kenapa enggak diangkat?”
“Aku sudah tidur!”
“Tapi pesan yang aku kirim malah ke baca gitu, aku pikir kamu enggak mau angkat telepon!” jelas Darian tanpa tahu jika pesan itu yang membaca adalah Rendra, ketika semalam berada di rumah.
“Masa sih, padahal aku belum buka hp sama sekali dari semalam, apa mungkin mama yang buka?” prasangka Elin belum pasti, apalagi tidak mungkin jika Mama Bella memegang ponselnya, tetapi baru teringat jika semalam ada Rendra di rumah sudah pasti dirinya.
“Mungkin juga...” Darian percaya begitu saja, “Barusan aku chat juga enggak dibalas”
“Ha?” Dicari ponsel dari saku seragam atas juga meja, tetapi tidak menemukan keberadaan ponsel yang sedari tadi di letakkan pada meja kelas.
“Hp elo tadi ada di kelas, tapi sekarang ada di Rendra” sahut Ghazi sudah terbiasa melihat Elin selalu lupa dengan barang juga ucapan.
“Oh iya gue lupa”
***
Tibalah Darian dan Elin menuju lapangan, sudah mengenakan baju ekstrakurikuler basket dan membawa dua bola sengaja diambil selesai berganti baju. Kali ini belum juga anggota basket datang, mungkin sebab kehadiran mereka terlalu awal.
Lapangan basket dan futsal memang lokasinya bersebelahan, anggota ekstrakurikuler futsal sudah mulai pemanasan lebih awal, karena jam setiap ekstrakurikuler berbeda. Bisa dipastikan bahwa keberadaan Rendra menjadi pemimpin pemanasan setiap saat.
Elin mulai bermain bola basket setelah selesai pemanasan, beberapa menit kemudian Darian beranjak dari tempat duduk besi, menghampiri untuk ikut bermain pula. Ketika bola basket berhasil masuk ke dalam ring jatuh di dekat Darian sedang berdiri peregangan tangan.
Dimainkan bola basket dengan berbagai macam gerakan sebelum tangan mendorong tepat ring, bergegas Elin tidak mau kalah dari poin, mencoba mengambil bola basket dari tangan Darian. Segera bola langsung dipeluk erat menjauh dari keberadaan Darian, sambil membawa lari ke arah ring.
“Curang, mana boleh dibawa lari!” ucap Darian tertawa berjalan menghampiri untuk merebut bola basket.
“Bolehlah, kalau mau rebut bolanya....”
Sebisa mungkin merentangkan tangan dan sesekali ikut pergerakan bola yang dipantulkan. Selain itu, Elin juga harus lebih mendesak saat Darian berhenti dribbling di dalam daerah tembakan. Tidak biarkan penyerang mendapat kesempatan mengambil bola, beberapa teknik digunakan demi menjaga bola tetap di dalam kendalinya.
Dari lapangan futsal tanpa henti amatan netra menatap kuat, pada arah keberadaan Darian yang berusaha mendekati, dengan alibi pura-pura merebut bola basket. Ternyata hanya ingin memeluk tubuh Elin dari belakang, sudah jelas Rendra langsung bergegas untuk berhenti bermain futsal.
Tetapi tangan Ghazi berhasil menghentikan langkah kaki Rendra yang akan meninggalkan arena futsal, “Bisa profesional enggak elo? Sekarang kita lagi main futsal, singkirin cemburu elo itu, urus saja nanti!”
“Itu bocah lagi modus sama Elin? Sok-sok an rebut bola, nyatanya meluk dari belakang.....” geram Rendra dengan sorot mata tajam kedua tangan menggenggam.
“Woy elo berdua, fokus!” tegur Farrel sebagai kiper, dengan kedua tangan memegang erat bola yang berusaha masuk gawang.
Rendra dan Ghazi kembali ke posisi awal, meski kini Rendra sudah tidak lagi bisa fokus bermain futsal, karena dalam benak terus merasakan kejengkelan ingin memaki-maki Darian. Atas tingkat yang baru saja dilakukan, berkedok bermain basket!
***
Judul : Selaras Yang Bertepi
Penulis : lianasari993
Post a Comment for "Aku Takut Kehilangan Kamu, Selaras Yang Bertepi. Episode 19, Novel Remaja Romantis "